Bahasa Indonesia Untuk kelas VIII
Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.
Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurikulum sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah, mata pelajaran bahasa Indonesia wajib diajarkan kepada siswa agar siswa mengenal, memahami dan mencintai bahasa negaranya sendiri. Pengenalan mata pelajaran bahasa Indonesia perlu diberikan sejak dini kepada siswa sejak duduk dibangku Sekolah Dasar.
Kegiatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi beberapa aspek, antara lain : Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, keempat aspek kebahasaan tersebut juga tertuang dalam kurikulum 2004 ditambah dengan aspek Apresiasi Sastra.
Salah satu kegiatan dalam mengapresiasi sastra adalah meringkas novel. Dalam pembelajaran meringkas novel Remaja Indonesia , daya serap yang diperoleh siswa kelas VIII-4 dalam kategori cukup yaitu
Rerata 73. Perolehan rata-rata tersebut perlu ditingkatkan karena berada pada batas 70 – 75. Dengan demikian menurut peneliti, hasil tersebut masih rendah. Rendahnya daya serap kompetensi ini disebabkan karena metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru kurang tepat. Hal ini yang mengakibatkan antusiasme siswa dalam pembelajaran kompetensi ini kurang, serta hasil tugas yang dikerjakan oleh siswa terkesan asal-asalan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut di atas adalah :
(1) Konsentrasi belajar siswa tidak lebih dari 20 menit. Padahal dalam membaca novel dibutuhkan konsentrasi dan waktu yang lama.
(2) Materi yang terdapat dalam buku paket siswa, ceritanya kurang menarik dan tidak dikenal oleh siswa. Ini yang mengakibatkan siswa tidak tertarik pada kompetensi dasar ini. Selain itu materi yang ada dibuku paket siswa hanya merupakan ringkasan cerita dari satu bagian dalam isi novel. Jadi siswa hanya mengenal sepenggal isi cerita novel tersebut.
(3) Dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran ( 2 X pertemuan ), tidak mungkin siswa dapat membaca isi novel secara keseluruhan sampai selesai.
(4) Kurangnya koleksi novel yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah, sehingga apabila guru mengganti cerita novel yang ada di buku paket dengan cerita novel yang sedang boming atau terkenal dan dikenal oleh remaja terutama untuk anak SMP, perpustakaan sekolah hanya mempunyai koleksinya dalam jumlah terbatas.
Meskipun daya serap nilai bahasa Indonesia cukup bahkan
masih kurang, sampai saat ini guru masih belum juga beranjak melakukan upaya bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII-4, terutama dalam hal meringkas serta menanggapi novel. Selama ini guru masih mengacu hanya pada buku paket pegangan siswa. Tidak mencoba untuk mencari materi yang di luar paket siswa. Alasannya jika mencari novel yang di luar paket siswa, kendalanya justru pada jumlah novelnya yang tidak ada. Jika siswa diberi tugas membaca novel dalam waktu satu minggu, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru, mereka beralasan membaca cerita novelnya belum selesai karena banyak tugas dari guru lain, atau tidak mendapat giliran membaca novel dari temannya satu kelompok. Kalaupun siswa yang tidak selesai membaca isi novel tersebut mengerjakan tugas guru, tugas yang dikerjakan asal-asalan saja (asal mengerjakan, biarpun sedikit salah asal tidak dihukum oleh guru).
Selama ini proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti selaku guru bahasa Indonesia di SMP. BAHAUDDIN NGELOM TAMAN, juga merupakan kegiatan rutinitas dari tahun ke tahun. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia terutama kompetensi dasar meringkas dan novel remaja Indonesia , guru hanya membacakan ringkasan yang terdapat dalam buku paket, lalu ceramah sebentar dan menugaskan kepada siswa untuk melanjutkan ringkasan ceritanya dengan cara mencari sendiri kelanjutan ceritanya. Jika tugas di sekolah belum selesai, maka tugas tersebut dijadikan tugas di rumah atau pekerjaan rumah (selanjutnya disebut dengan PR).
Siswa yang rajin akan berusaha mencari novel yang sama dengan yang ada di buku paket. Siswa akan berusaha semampunya sampai mendapatkan novel tersebut untuk bisa mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan siswa yang kurang mampu dalam hal ekonomi, untuk membeli novel mapun menyewa membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Siswa yang seperti gambaran di atas lebih memilih mencontoh teman. Apalagi siswa yang malas belajar, mendapat tugas mencari novel, sangat memberatkan bagi mereka. Mereka lebih memilih mencontoh teman, daripada harus susah-susah mencari dan berusaha sendiri. Mengerjakan tugasnya asal-asalan, maka prestasi belajarnya kurang memuaskan.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia seperti ilustrasi di atas terjadi di kelas VIII-4. Siswa yang kurang antusias dalam belajar sastra terutama dalam membaca, meringkas dan menanggapi novel karena selain ceritanya kurang menarik, novel rujukan dari guru tidak ada di perpustakaan sekolah. Jadi sudah kloplah malasah yang ada dan terjadi rutin setiap tahun.
Disamping itu kondisi siswa kelas VIII-4 saat ini berjumlah 46 orang siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 24 orang dan perempuan 22 orang. Dengan jumlah siswa yang begitu banyak dalam satu kelas tidak mudah bagi guru untuk menanamkan konsep yang mudah diterima oleh siswa dalam satu kelas. Dibutuhkan tenaga dan upaya yang ekstra agar bisa mencapai nilai yang memuaskan dalam setiap kompetensi dasar. Secara umum kemampuan dasar siswa kelas VIII-4 cukup bagus, akan tetapi mungkin karena strategi pembelajaran yang diterapkan oleh masih menggunakan strategi tradisional yang monoton, serta belum bisa membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar mengapresiasi sastra terutama dalam hal meringkas novel.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Sawali Tuhusetya (2008), bahwa pelajaran sastra disekolah belum sepenuhnya mampu membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar apresiasi sastra secara suntuk, total, dan intens. Suasana pengajaran sastra berlangsung monoton, tidak menarik bahkan menegangkan. Siswa hanya diberlakukan bak "Tong sampah" yang terus menerus menerima transfer ilmu bercorak teoritis dan hafalan dari sang guru. Tanpa disediakan ruang untuk berdiskusi, berdialog, dan bercurah pikiran terbuka, interaktif, kritis dan kreatif. Siswa hanya dibebani target untuk mencapai hasil belajar maksimal dalam prestasi akademik tanpa diimbangi dengan pendalaman secara apresiasif.
Berdasarkan pada kenyataan masalah di atas, maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengapresiasi sastra terutama dalam meringkas novel remaja Indonesia digunakanlah strategi pemodelan. Alasan peneliti memilih strategi pemodelan ini adalah dengan menggunakan pemodelan siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, serta belajar akan terasa lebih menyenangkan.
Dari paparan di atas, maka perlu dilakukan kajian oleh peneliti dengan judul : Peningkatan Hasil Belajar Meringkas Novel Remaja Indonesia Melalui Strategi Pemodelan di Kelas VIII-4 SMP BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui strategi pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008 ?
b. Bagaimana hasil pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melaui penerapan strategi pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahuin Pelajaran 2007-2008 ?
c. Bagaimana tanggapan siswa kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008 dengan diterapkannya strategi pemodelan pada pembelajaran meringkas novel Remaja Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam Peneilitian Tindakan Kelas ini adalah :
a. Mengetahui keefektifan proses pelaksanaan pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui Strategi Pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
b. Mengetahui hasil Pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui Strategi Pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
c. Menggali tanggapan siswa kelas VIII-4 SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO tentang penggunaan Strategi Pemodelan pada pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia.
D. Manfaat Pernelitian
a. Bagi Peneliti
Jika penerapan Strategi Pemodelan ini terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, maka strategi pembelajaran ini dapat dilanjutkan pada materi pokok yang lain. Selain itu dengan adanya penelitian ini semakin menambah wawasan dan kreatifitas guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang lain serta untuk meningkatkan profesionalitas guru.
- Bagi Lembaga Sekolah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan masukan bagi sekolah untuk terus menerus memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran yang lebih bervariasi untuk memfasilitasi kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar.
E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional masalah adalah :
a. Model Pembelajaran Kontekstual Strategi Pemodelan
Adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara direncanakan secara cermat mengenai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai indikator dalam kompetensi dasar meringkas novel remaja Indonesia dengan menggunakan alat Bantu Video Compact Disc serta power point sebagai model.
b. Hasil Belajar
Adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan siswa pada suatu mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar pada penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran meringkas novel remaja Indonesia.
c. Meringkas Novel Remaja Indonesia
Yang maksud dengan meringkas novel remaja Indonesia adalah memendekkan cerita panjang yang bertemakan tentang kehidupan anak-anak yang sudah mulai dewasa dengan cara mengambil intisari dari cerita dengan mempertahan isi dan sudut pandang pengarang yang berasal dari negeri sendiri yaitu Indonesia.
2. Asumsi
Untuk memperlancar proses penelitian sehingga lebih terarah dan terencana, maka diasumsikan bahwa jika tidak digunakan pembelajaran konvensional dan dengan menggunakan pembelajaran CTL pemodelan , maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran meringkas novel remaja Indonesia di kelas VIII-4 siswa SMP BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO.
3. Keterbatasan
Supaya permasalahan yang akan dibahas tidak terlalu luas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut :
a. Materi pengajaran yang dilakukan adalah bidang studi bahasa Indonesia dengan Kompetensi Dasar Meringkas Novel Remaja Indonesia.
b. Siswa kelas VIII di SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO ada 7 kelas parallel, yaitu : VIII-1, VIII-2, VIII-3, VIII-4, VIII-5, VIII-6, VIII-6 dan VIII-7. Dari ketujuh kelas paralel tersebut peneliti membatasi hanya melakukan penelitian di kelas VIII-4 semester 2 Tahun Pelajaran 2007-2008.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Belajar
Dalam membicarakan hasil belajar tidak terlepas dari dari kata belajar itu sendiri .
a. Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Beberapa pengertian atau definisi tentang belajar antara lain : Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan, kecakapan atau skill. Kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh disampaikan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif ( WS. Wingkel , 1989 )
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun. Sedangkan menurut Gagne Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002;10)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Belajar diartikan dengan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.
Berdasarkan definisi belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan perbuatan karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar, Perubahan ini meliputi kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat dan penyesuaian diri.
b. Hasil Belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia Remaja Indonesia dalam bentuk nilai berupa angka.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa-siswi berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor yang berasal dari diri siswa ( Faktor Internal )
Menurut Kartini Kartono (1995 ; 1-4) ada 5 faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu :
a) Kecerdasan
Kecerdasan atau Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan seseorang untuk mencapai prestasi di sekolah yang di dalamnya berfikir sangat berperan penting. Kecerdasan sangat berpengaruh sekali terhadap hasil belajar siswa pada semua peringkat atau tingkatan pendidikan. Seorang siswa yang tingkat kecerdasannya tinggi mempunyai korelasi yang cukup tinggi terhadap hasil belajar seseorang. Hal ini sudah diakui oleh guru, orang tua maupun oleh siswa sendiri, bahwa dalam belajar di sekolah, kecerdasan atau intelegensi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurikulum sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah, mata pelajaran bahasa Indonesia wajib diajarkan kepada siswa agar siswa mengenal, memahami dan mencintai bahasa negaranya sendiri. Pengenalan mata pelajaran bahasa Indonesia perlu diberikan sejak dini kepada siswa sejak duduk dibangku Sekolah Dasar.
Kegiatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi beberapa aspek, antara lain : Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, keempat aspek kebahasaan tersebut juga tertuang dalam kurikulum 2004 ditambah dengan aspek Apresiasi Sastra.
Salah satu kegiatan dalam mengapresiasi sastra adalah meringkas novel. Dalam pembelajaran meringkas novel Remaja Indonesia , daya serap yang diperoleh siswa kelas VIII-4 dalam kategori cukup yaitu
Rerata 73. Perolehan rata-rata tersebut perlu ditingkatkan karena berada pada batas 70 – 75. Dengan demikian menurut peneliti, hasil tersebut masih rendah. Rendahnya daya serap kompetensi ini disebabkan karena metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru kurang tepat. Hal ini yang mengakibatkan antusiasme siswa dalam pembelajaran kompetensi ini kurang, serta hasil tugas yang dikerjakan oleh siswa terkesan asal-asalan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut di atas adalah :
(1) Konsentrasi belajar siswa tidak lebih dari 20 menit. Padahal dalam membaca novel dibutuhkan konsentrasi dan waktu yang lama.
(2) Materi yang terdapat dalam buku paket siswa, ceritanya kurang menarik dan tidak dikenal oleh siswa. Ini yang mengakibatkan siswa tidak tertarik pada kompetensi dasar ini. Selain itu materi yang ada dibuku paket siswa hanya merupakan ringkasan cerita dari satu bagian dalam isi novel. Jadi siswa hanya mengenal sepenggal isi cerita novel tersebut.
(3) Dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran ( 2 X pertemuan ), tidak mungkin siswa dapat membaca isi novel secara keseluruhan sampai selesai.
(4) Kurangnya koleksi novel yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah, sehingga apabila guru mengganti cerita novel yang ada di buku paket dengan cerita novel yang sedang boming atau terkenal dan dikenal oleh remaja terutama untuk anak SMP, perpustakaan sekolah hanya mempunyai koleksinya dalam jumlah terbatas.
Meskipun daya serap nilai bahasa Indonesia cukup bahkan
masih kurang, sampai saat ini guru masih belum juga beranjak melakukan upaya bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII-4, terutama dalam hal meringkas serta menanggapi novel. Selama ini guru masih mengacu hanya pada buku paket pegangan siswa. Tidak mencoba untuk mencari materi yang di luar paket siswa. Alasannya jika mencari novel yang di luar paket siswa, kendalanya justru pada jumlah novelnya yang tidak ada. Jika siswa diberi tugas membaca novel dalam waktu satu minggu, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru, mereka beralasan membaca cerita novelnya belum selesai karena banyak tugas dari guru lain, atau tidak mendapat giliran membaca novel dari temannya satu kelompok. Kalaupun siswa yang tidak selesai membaca isi novel tersebut mengerjakan tugas guru, tugas yang dikerjakan asal-asalan saja (asal mengerjakan, biarpun sedikit salah asal tidak dihukum oleh guru).
Selama ini proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti selaku guru bahasa Indonesia di SMP. BAHAUDDIN NGELOM TAMAN, juga merupakan kegiatan rutinitas dari tahun ke tahun. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia terutama kompetensi dasar meringkas dan novel remaja Indonesia , guru hanya membacakan ringkasan yang terdapat dalam buku paket, lalu ceramah sebentar dan menugaskan kepada siswa untuk melanjutkan ringkasan ceritanya dengan cara mencari sendiri kelanjutan ceritanya. Jika tugas di sekolah belum selesai, maka tugas tersebut dijadikan tugas di rumah atau pekerjaan rumah (selanjutnya disebut dengan PR).
Siswa yang rajin akan berusaha mencari novel yang sama dengan yang ada di buku paket. Siswa akan berusaha semampunya sampai mendapatkan novel tersebut untuk bisa mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan siswa yang kurang mampu dalam hal ekonomi, untuk membeli novel mapun menyewa membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Siswa yang seperti gambaran di atas lebih memilih mencontoh teman. Apalagi siswa yang malas belajar, mendapat tugas mencari novel, sangat memberatkan bagi mereka. Mereka lebih memilih mencontoh teman, daripada harus susah-susah mencari dan berusaha sendiri. Mengerjakan tugasnya asal-asalan, maka prestasi belajarnya kurang memuaskan.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia seperti ilustrasi di atas terjadi di kelas VIII-4. Siswa yang kurang antusias dalam belajar sastra terutama dalam membaca, meringkas dan menanggapi novel karena selain ceritanya kurang menarik, novel rujukan dari guru tidak ada di perpustakaan sekolah. Jadi sudah kloplah malasah yang ada dan terjadi rutin setiap tahun.
Disamping itu kondisi siswa kelas VIII-4 saat ini berjumlah 46 orang siswa, dengan jumlah siswa laki-laki 24 orang dan perempuan 22 orang. Dengan jumlah siswa yang begitu banyak dalam satu kelas tidak mudah bagi guru untuk menanamkan konsep yang mudah diterima oleh siswa dalam satu kelas. Dibutuhkan tenaga dan upaya yang ekstra agar bisa mencapai nilai yang memuaskan dalam setiap kompetensi dasar. Secara umum kemampuan dasar siswa kelas VIII-4 cukup bagus, akan tetapi mungkin karena strategi pembelajaran yang diterapkan oleh masih menggunakan strategi tradisional yang monoton, serta belum bisa membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar mengapresiasi sastra terutama dalam hal meringkas novel.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Sawali Tuhusetya (2008), bahwa pelajaran sastra disekolah belum sepenuhnya mampu membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar apresiasi sastra secara suntuk, total, dan intens. Suasana pengajaran sastra berlangsung monoton, tidak menarik bahkan menegangkan. Siswa hanya diberlakukan bak "Tong sampah" yang terus menerus menerima transfer ilmu bercorak teoritis dan hafalan dari sang guru. Tanpa disediakan ruang untuk berdiskusi, berdialog, dan bercurah pikiran terbuka, interaktif, kritis dan kreatif. Siswa hanya dibebani target untuk mencapai hasil belajar maksimal dalam prestasi akademik tanpa diimbangi dengan pendalaman secara apresiasif.
Berdasarkan pada kenyataan masalah di atas, maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengapresiasi sastra terutama dalam meringkas novel remaja Indonesia digunakanlah strategi pemodelan. Alasan peneliti memilih strategi pemodelan ini adalah dengan menggunakan pemodelan siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, serta belajar akan terasa lebih menyenangkan.
Dari paparan di atas, maka perlu dilakukan kajian oleh peneliti dengan judul : Peningkatan Hasil Belajar Meringkas Novel Remaja Indonesia Melalui Strategi Pemodelan di Kelas VIII-4 SMP BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui strategi pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008 ?
b. Bagaimana hasil pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melaui penerapan strategi pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahuin Pelajaran 2007-2008 ?
c. Bagaimana tanggapan siswa kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008 dengan diterapkannya strategi pemodelan pada pembelajaran meringkas novel Remaja Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam Peneilitian Tindakan Kelas ini adalah :
a. Mengetahui keefektifan proses pelaksanaan pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui Strategi Pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
b. Mengetahui hasil Pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia melalui Strategi Pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO Tahun Pelajaran 2007-2008.
c. Menggali tanggapan siswa kelas VIII-4 SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO tentang penggunaan Strategi Pemodelan pada pembelajaran Meringkas Novel Remaja Indonesia.
D. Manfaat Pernelitian
a. Bagi Peneliti
Jika penerapan Strategi Pemodelan ini terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, maka strategi pembelajaran ini dapat dilanjutkan pada materi pokok yang lain. Selain itu dengan adanya penelitian ini semakin menambah wawasan dan kreatifitas guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang lain serta untuk meningkatkan profesionalitas guru.
- Bagi Lembaga Sekolah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan masukan bagi sekolah untuk terus menerus memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran yang lebih bervariasi untuk memfasilitasi kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar.
E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional masalah adalah :
a. Model Pembelajaran Kontekstual Strategi Pemodelan
Adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara direncanakan secara cermat mengenai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai indikator dalam kompetensi dasar meringkas novel remaja Indonesia dengan menggunakan alat Bantu Video Compact Disc serta power point sebagai model.
b. Hasil Belajar
Adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan siswa pada suatu mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar pada penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran meringkas novel remaja Indonesia.
c. Meringkas Novel Remaja Indonesia
Yang maksud dengan meringkas novel remaja Indonesia adalah memendekkan cerita panjang yang bertemakan tentang kehidupan anak-anak yang sudah mulai dewasa dengan cara mengambil intisari dari cerita dengan mempertahan isi dan sudut pandang pengarang yang berasal dari negeri sendiri yaitu Indonesia.
2. Asumsi
Untuk memperlancar proses penelitian sehingga lebih terarah dan terencana, maka diasumsikan bahwa jika tidak digunakan pembelajaran konvensional dan dengan menggunakan pembelajaran CTL pemodelan , maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran meringkas novel remaja Indonesia di kelas VIII-4 siswa SMP BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO.
3. Keterbatasan
Supaya permasalahan yang akan dibahas tidak terlalu luas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut :
a. Materi pengajaran yang dilakukan adalah bidang studi bahasa Indonesia dengan Kompetensi Dasar Meringkas Novel Remaja Indonesia.
b. Siswa kelas VIII di SMP. BAHAUDDIN TAMAN SIDOARJO ada 7 kelas parallel, yaitu : VIII-1, VIII-2, VIII-3, VIII-4, VIII-5, VIII-6, VIII-6 dan VIII-7. Dari ketujuh kelas paralel tersebut peneliti membatasi hanya melakukan penelitian di kelas VIII-4 semester 2 Tahun Pelajaran 2007-2008.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Belajar
Dalam membicarakan hasil belajar tidak terlepas dari dari kata belajar itu sendiri .
a. Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Beberapa pengertian atau definisi tentang belajar antara lain : Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan, kecakapan atau skill. Kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh disampaikan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif ( WS. Wingkel , 1989 )
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun. Sedangkan menurut Gagne Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002;10)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Belajar diartikan dengan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.
Berdasarkan definisi belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan perbuatan karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar, Perubahan ini meliputi kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat dan penyesuaian diri.
b. Hasil Belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia Remaja Indonesia dalam bentuk nilai berupa angka.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa-siswi berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor yang berasal dari diri siswa ( Faktor Internal )
Menurut Kartini Kartono (1995 ; 1-4) ada 5 faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu :
a) Kecerdasan
Kecerdasan atau Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan seseorang untuk mencapai prestasi di sekolah yang di dalamnya berfikir sangat berperan penting. Kecerdasan sangat berpengaruh sekali terhadap hasil belajar siswa pada semua peringkat atau tingkatan pendidikan. Seorang siswa yang tingkat kecerdasannya tinggi mempunyai korelasi yang cukup tinggi terhadap hasil belajar seseorang. Hal ini sudah diakui oleh guru, orang tua maupun oleh siswa sendiri, bahwa dalam belajar di sekolah, kecerdasan atau intelegensi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar