PTK Proposal Bahasa Indonesia
Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.
Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius.
Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu pandidiakn di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang digunakan, metode yang memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktek. Kombinasi pembelajaran yang tidak berpariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Kesehatan AL-Ma’arif Sumbawa, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mngajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu,Numbered Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebi aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Smester II, SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada dalam RPP yang ia buat
b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar
c. Penelitian ini dilakukan di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa pada kelas X semester II.
d. Implementasi konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumusnan masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis
1. Bagi siswa
Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih baik.
2. Bagi guru
Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
BABA II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian Numbered Heads Together
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2. Langkah-langkah:
Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran NHT adalah :
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f) Kesimpulan.
Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together.
Kelebihan:
a) Setiap siswa menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
4. Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
a) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a)Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
b) Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
6. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).
a)Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.
b) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91).
7. Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:
a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan.
b) Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.
c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju.
d) Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.
e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.
8. Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
a) Tekun menghadapi tugas
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d) Lebih senang bekerja mandiri
e) idak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
f) Dapat mempertahankan pendapatnya
g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belaja Atau Cek FB Kami DISINI
Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar