Jumat, 30 September 2016

Cara Menuliskan Atau Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dalam Kalimat Sendiri

Cara Menuliskan Atau Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dalam Kalimat Sendiri


JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini


Atau Cek FB Kami Disini 


Pada pelajaran terdahulu, kalian telah belajar menceritakan kembali isi cerita secara lisan. Tentu kalian dapat menceritakan kembali isi cerpen secara lisan, bukan? 

Sekarang kalian akan diajak untuk berlatih menuliskan kembali cerita pendek dengan kalimat sendiri. Kalian tentu dapat membayangkan isi cerita setelah membaca cerita pendek kemudian kalian diharapkan dapat menuliskan kembali cerita pendek tersebut dengan kalimat sendiri.

Hal yang dapat kalian pegang dalam menuliskan kembali cerita pendek dengan kalimat sendiri adalah alur. Setelah kalian membaca cerita pendek, kalian dapat menentukan ide-ide pokok sesuai tahaptahap alur cerita pendek.

Tentu kalian masih ingat, bukan, tahaptahap alur dalam cerita pendek? Tahapan alur dalam cerita pendek meliputi perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

Perhatikan penggalan kutipan cerpen berikut!

Tanah Merah
Oleh: Dwicipta
Cara Menuliskan dan Menceritakan Kembali Isi Cerpen dengan Kalimat Sendiri
Cerpen
Ketika ia bersandar pada pagar kapal yang akan membawanya pergi dari Tanah Merah, seluruh peristiwa yang telah dialaminya hampir setahun sebelumnya bagai berputar kembali di pelupuk matanya. 

Hidupnya sendiri adalah rangkaian petualangan demi petualangan yang tak berkesudahan. Semula ia adalah seorang pahlawan untuk negerinya, negeri Belanda yang telah menguasai bumi Hindia Belanda selama ratusan tahun. Semua orang yang tahu atau pernah mendengar tentang peristiwa Banten yang mengegerkan itu sudah barang tentu telah mendengar keharuman namanya.

Oleh tindakan kepahlawanan itu, Pemerintah Hindia Belanda telah menganugerahkan sebuah bintang kepadanya. Orang-orang mengelu-elukkannya. Ia mendapatkan undangan pesta dari para pejabat militer Batavia dan orang-orang yang ingin mendengarkan kisah pertempuran yang telah ia alami, bunyi letusan senapan dan jerit mengerikan ketika tubuh meregang nyawa. Sungguh memabukkan.

Beberapa bulan setelah ia berhasil menumpas pemberontakan kaum merah di Banten, Pemerintah Batavia menunjuknya sebagai komandan ekspedisi yang pertamatama untuk masuk ke Digul dan mempersiapkan kamp pembuangan bagi kaum interniran yang telah memenuhi penjarapenjara di Jawa dan Sumatra.

“Apakah Gubernur Jenderal sudah gila? Digul adalah daerah terpencil, hutan-hutan lebat yang belum dijamah kecuali oleh penduduk rimba setempat dan para petualang Tionghoa. Aku mendengar dari orang-orang yang melakukan ekspedisi ke sana untuk mencari emas bahwa Digul adalah belantara yang dipenuhi para pengayau. Bagaimana kaum interniran bisa hidup di sana?” tanyanya kepada Letnan Drejer, opsir yang juga mendapatkan perintah untuk menemaninya masuk belantara Digul.

“Tampaknya Tuan Gubernur Jenderal de Graeff ingin meniru bangsa Rusia. Bukankah di Rusia terdapat pembuangan yang terkenal di seluruh dunia? Siapa tak mengenal Siberia, neraka bagi siapa pun warga Rusia yang berontak atau menjadi bajingan!” ujar Letnan Drejer sambil tersenyum kecutKita bukan bangsa Rusia, dan Siberia lain dengan Digul, Letnan. Digul hutan lebat. Apa yang bisa diharapkan dari daerah seterpencil itu? Kalau kita membuka hutannya, masalah mengerikan lain telah menunggu: malaria! Bukankah itu sama saja dengan mengirimkan kaum interniran itu ke lembah kematian?”

“Saya tak takut dengan malaria, Kapten. Tapi tinggal di hutan lebat semacam Digul sama saja dengan menyerahkan kepala kita kepada para pengayau atau para kanibal hitam di sana. Itulah yang saya takutkan,” ujar Letnan Drejer dengan kepala bergidik.

“Hehm, benar. Dan kita, kaum terhormat yang baru saja mendapatkan bintang kehormatan dari tindakan militer, harus mengotorkan tangan dengan tindakan memalukan. Sungguh keterlaluan orang-orang Batavia!”

“Yang lebih mengherankan, bukankah Gubernur Jenderal de Graeff itu terkenal berbudi baik, Kapten? Bagaimana ia bisa membuat keputusan-keputusan yang mengerikan seperti membuka kamp pembuangan?” ujar Letnan Drejer tak mengerti.

“Apalah artinya seorang gubernur berbudi baik bila sistemnya telah diracuni oleh para pejabat berhati kotor? Merekalah yang tak ingin kedudukannya terancam dengan ulah para pemberontak yang ingin menjatuhkan kekuasaan. Dan, untuk menangkal ancaman tersebut, tindakan kotor pun buat mereka tak apa-apa dan tak ada salahnya dilakukan.

Letnan Drejer mengangkat bahu. Dipandangnya punggung Kapten Becking yang jangkung itu. Rasa hormatnya yang tinggi tak pernah lenyap terhadap lelaki ksatria yang beranjak tua ini. Di luar dinas militernya, opsir berambut putih itu sungguh terpelajar.

Satu minggu sebelumnya Kapten Becking telah meminta bawahannya untuk mencari segala pengetahuan yang ada hubungannya dengan Digul dan bumi hitam di ujung timur Hindia itu.

Sementara para prajurit dan opsir bawahannya membual dan membayangkan petualangan di tanah mereka yang akan mereka lakukan, ia justru tenggelam dengan buku-buku dan tumpukan laporan tentang Digul dan wilayah New Guinea secara umum. 

Ia gemar sekali membaca suku-suku pedalaman yang tinggal di hutan belantara itu dan di sepanjang Sungai Digul, kebaikankebaikan mereka dan kesukaan mereka dalam mengayau. Tak jarang ia mengingatkan Letnan Drejer akan kebuasan alam tempat baru itu dan berujar ia akan menundukkannya secepat mungkin.

(Sumber: Kompas, 13 Januari 2008)

Berdasarkan kutipan cerita pendek di atas, kalian dapat menentukan ide-ide pokok cerita pendek sesuai alur. Penggalan kutipan cerita pendek tersebut merupakan alur perkenalan.

Berikut ide-ide pokoknya.

1. Ingatan “tokoh” kembali kepada masa lalunya yang merupakan rangkaian petualangan demi petualangan yang tidak berkesudahan.

2. Penunjukan “tokoh” oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia sebagai komandan ekspedisi ke Digul.

3. Sikap protes “tokoh” kepada temannya, Letnan Drejer. 

Ide-ide pokok cerita pendek pada alur perkenalan di atas dapat dikembangkan menjadi cerita pendek dengan kalimat sendiri.

Kembali ia teringat masa lalunya. Masa lalu yang tak kan bisa ia lupakan. Ia teringat pada hidupnya yang merupakan petualang. Memang dulu ia ialah seorang pahlawan untuk negerinya, negeri Belanda. Jika orang pernah mendengar tentang peristiwa Banten, tentu mereka akan mendengar keharuman namanya.
Oleh keberanian akan tindakan kepahlawanan itu, maka Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia menunjuknya sebagai komandan ekspedisi ke Digul. Ia ditunjuk untuk mempersiapkan kamp pembuangan bagi kaum interniran yang telah memenuhi penjara-penjara di Jawa dan Sumatra.
Namun, penunjukan ini tidak membuatnya bangga sebagai pahlawan. Justru ia mengata-ngatakan Gubernur Jenderal telah gila. Ia berpikir bahwa Digul adalah daerah terpencil, hutanhutan lebat yang belum dijamah. Ia melontarkan segala protesnya kepada Letnan Drejer. Letnan Drejer adalah opsir yang juga mendapatkan perintah untuk menemaninya masuk belantara Digul.
“Apa yang membuat Gubernur Jenderal menunjuk kita untuk ke Digul? Apa yang ada di benaknya?” tanyanya.
“Mungkin Tuan Gubernur Jenderal de Graeff ingin meniru bangsa Rusia,” jawab Letnan Drejer.
“Ini jelas beda. Digul hutan lebat. Apa yang bisa diharapkan dari daerah seterpencil itu? Malaria dan kematian!” tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar