Jumat, 19 Agustus 2016

Konflik Dan Pengembangan Konflik Di Dalam Novel

Konflik Dan Pengembangan Konflik Di Dalam Novel



JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini

Atau Cek FB Kami Disini



Konflik dan Pengembangan Konflik dalam Novel – Siswa mampu menentukan jenis konflik dan tahapan pengembangan konflik dalam novel.

Sudahkah kamu memahami unsur intrinsik yang telah disampaikan sebelumnya, yaitu mengenai alur, latar, dan sudut pandang? Jika sebelumnya kita berbicara beberapa unsur intrinsik dalam novel, kali ini kamu akan sedikit mengingat materi sebelumnya, yaitu tentang alur, sebab pada pembahasan kali ini kamu akan belajar tentang konflik dan pengembangannya yang seluruhnya masih bagian dari alur cerita.

Setiap konflik terdapat pada alur, tetapi tidak semua alur memiliki konflik. Sebuah cerita akan terasa hambar jika memiliki alur tanpa konflik. Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan situasi yang lebih mengarah pada permasalahan darurat yang nantinya akan memuncak pada klimaks permasalahan. Jika dianalogikan, konflik seperti memasak air pada kompor. Awalnya dingin tetapi semakin didiamkan akan semakin panas dan mendidih, bahkan bisa habis hingga gosong jik a kompor tidak juga dipadamkan. Begitu pun dengan konflik. Permasalahan yang awalnya biasa saja akan semakin kompleks jika dibiarkan. Oleh karena itu, setiap konflik memiliki tahapan pengembangan yang harus dilewati agar cerita tersusun rapi dan tidak monoton. Tahapan pengembangan konflik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pengenalan atau pengantar

Pada bagian ini, cerita berisi pengenalan tokoh, waktu, tempat, dan gambaran permasalahan yang biasanya disampaikan di awal cerita. Perhatikan contoh berikut ini!

Ibu kos dengan daster kebesarannya sibuk hilir-mudik dengan aktivitas paginya: menyapu dan mengelap kaca jendela. Sapu injuk di tangan kanan dan sehelai lap hinggap di bahunya. Suara berita di tevisi disetelnya keras-keras.
“Punten Bu,” kataku ketika lewat ke kamar mandi.
“Mangga. Eh Lif, coba lihat tuh di pintu kamar kamu geura. Kayaknya kamu bakal kedatangan tamu. Atau bakal dapat keberuntungan, meureun.”

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

2. Pemunculan konflik

Bagian ini menampilkan cerita awal mula datangnya masalah. Perhatikan contoh berikut ini!

Selepas zuhur, ketika duduk-duduk di teras kos, aku mendengar klakson motor melengking. Sesaat kemudian aku lihat kepala yang berkacamata hitam dan berkumis tebal mondar-mandir di balik pagar. Lalu pintu pagar diketuk keras. Ketika aku dekati, dia tampak melongok-longok ke dalam rumah. Tampaklah seluruh badannya yang lebih menyeramkan dibanding kepalanya. Berkaos ketat biru kelam dengan otot lengan dan dada yang menyembul-nyembul.
“Ini tempat tinggal Pak Alif Fikri?” tanya laki-laki itu ketika melihatku.

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

3. Klimaks atau puncak masalah

Bagian ini mendeskripsikan ketegangan yang berlangsung sebagai puncak permasalahan. Dengan kata lain, masalah sedang sangat parah dan panas-panasnya. Perhatikan contoh berikut ini!

“Maaf, ada keperluan apa Pak?”
“Orangnya mana? Jangan banyak tanya. Dia ada urusan penting dengan kantor saya!” serunya dengan suara lantang. Mentang-mentang berbadan kekar, gaya bicara dan bahasa tubuhnya mengancam. Aku mencoba mengimbangi keadaan dengan waspada.
“Loh yang namu kan Bapak. Saya hanya tanya, ada urusan apa? Lalu dari kantor apa?” balasku sengit.
“Saya dari kantor kartu kredit! Kami akan menagih utangnya yang belum lunas. Kamu siapanya?”salaknya membalas tidak kalah keras.
……………………………………………………………………………….
“Ayo panggil orangnya sekarang!” suaranya makin tinggi. Lengannya tanpa segan sudah terjulur ke dalam pagar. Intimidasi fisik tampaknya sudah dimulai.

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

4. Antiklimaks

Bagian ini menggambarkan situasi akibat masalah perlahan-lahan menuju ketenangan dan ketegangan berangsur-angsur menurun. Sudah tidak ada kecemasan pada diri tokoh, seperti
Sosok berwajah belang dan si Kepala Botak itu baru pergi setelah aku berjanji akan mulai mencicil lagi. “Awas, kami akan ke sini kalau bermasalah lagi!” ancam si Botak sambil menunjuk-nunjuk mukaku.

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

5. Resolusi

Bagian ini mendeskripsikan bahwa masalah sudah benar-benar reda dan tuntas sehingga tokoh sudah merasa tidak bermasalah lagi. Perhatikan contoh berikut ini!

“Aku cuma mengangguk-ngangguk seperti burung beo. Dia menjulurkan tangannya menyalamiku. “Semoga harga kertas segera stabil Lif, jadi kami bisa memuat tulisan bermutu dari kamu lagi.”

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

Konflik tersebut tentu saja disebabkan oleh para tokoh yang ada dalam cerita, baik antara tokoh dengan tokoh lainnya maupun antara tokoh dengan kondisi sekelilingnya, terutama dengan alam. Dari penyebab-penyebab di atas, konflik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Konflik internal

Konflik internal disebabkan oleh adanya perseteruan antara tokoh dengan dirinya sendiri. Perseteruan itu terjadi karena pertempuran batin atau ide terhadap suatu permasalahan pada diri tokoh itu sendiri. Konflik internal disebut juga dengan konflik batin. Perhatikan contoh berikut ini!

Kini akulah laki-laki satu-satunya di keluarga kecil kami. Akulah yang harus membela Amak dan adik-adik. Tapi bagaimana caranya? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku mungkin harus berhenti kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk kuliah? Untuk merantau keluar negeri? Aku memijit-mijit keningku yang kini berkulit kusut. Pesan terakhir Ayah terus bersipongang di lubuk hatiku: “Alif, bela adik-adik dan amakmu. Rajinlah sekolah.” Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk menjalankan amanat ini.

(Ranah 3 Warna, A. Fuadi)

2. Konflik eksternal

Konflik eksternal muncul karena adanya perseteruan antara tokoh dengan sesuatu yang ada di sekitarnya, baik dengan tokoh lain maupun dengan alam. Oleh karena itu, konflik eksternal terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

Konflik fisik yang disebabkan benturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Perhatikan contoh berikut ini!
Aku rapatkan jaket melawan angin dingin musim gugur dan duduk di kursi kayu di tengah Kogan Plaza. Aku kunyah pretzel keras dan asin ini. Mulutku mengeluarkan asap seperti naga setiap kali menganga.

(Rantau 1 Muara, A. Fuadi)

Konflik sosial yang disebabkan pertentangan antartokoh dalam cerita. Perhatikan contoh berikut ini!
Tiba-tiba, Beni mencoba nampar Nandan. Nandan mengelak. Tapi oleh karena justru itu malah membuat Beni makin jadi emosi.
Beni merangsek dan lalu berusaha mukul Nandan. Saribin berusaha mencegahnya. Aku teriak ke Beni berusaha agar bisa kuhentikan.

(Dilan, Pidi Baiq)

Poin Penting
Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan situasi yang lebih mengarah pada permasalahan darurat yang nantinya akan memuncak pada klimaks permasalahan. Tahapan pengembangan konflik tersebut adalah sebagai berikut.

Pengenalan atau pengantar
Pemunculan konflik
Klimaks atau puncak masalah
Antiklimaks
Resolusi
Konflik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

Konflik internal
Konflik eksternal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar