Rabu, 18 Januari 2017

CONTOH ARTIKEL PTK

CONTOH ARTIKEL PTK



Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini

PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa sekolah menengah pertama, karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Menurut Widyamartaya (2005:102) menulis cerpen ialah menulis tentang sebuah peristiwa atau kejadian pokok. Selain itu, menurut Widyamartaya (2005:96) menulis cerpen merupakan dunia alternatif pengarang. Sedangkan Sumardjo (2001:84) berpendapat bahwa menulis cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita. Berdasarkan tiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan seni/keterampilan menyajikan cerita tentang sebuah peristiwa atau kejadian pokok yang dapat dijadikan sebagai dunia alternatif pengarang.
            Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya minat menulis siswa. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam Suyono, 2004:5) bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah ditandai dengan (1) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan oleh siswa sangat rendah, (2) kualitas karya tulis siswa sangat buruk, (3) rendahnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya, dan (4) rendahnya kreativitas belajara siswa pada saat kegiatan belajar-mengajar menulis.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan di SMP Negeri 2 Dampit diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih rendah. Siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran dan perasaannya dalam bentuk cerpen. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan  keterampilannya menulis cerpen. Hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu  saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra.
Selama ini guru kurang memberi respon  terhadap pelajaran menulis cerpen sehingga sering dilewati tidak  memanfaatkan media yang tersedia, kurang kreatif dalam mengembangkan potensi diri para siswa. Padahal seharusnya pembelajaran menulis cerpen harus mendapat porsi yang cukup karena banyak unsur-unsur yang perlu diketahui dan diajarkan secara terperinci agar siswa lebih  mudah memahaminya. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan secara kreatif menggunakan sarana dan media yang  ada untuk menarik minat siswa, menghargai hasil karya siswa dengan  memberikan penilaian dan pujian seperlunya, menggunakan bermacam-macam metode secara bervariasi  sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini
menggunakan metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif  sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi. Hal ini dapat  dilihat dari kesesuaian  isi cerpen dengan tema,  pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.
Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan  materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal  tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran  dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Faktor lain yang menyebabkan  rendahnya keinginan siswa menulis cerpen ialah media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena selama ini guru hanya memberikan penjelasan cara-cara menulis cerpen secara teori tanpa adanya media yang digunakan untuk mendukung serta menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting disuguhkan untuk meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi siswa dalam mengungkapkan perasaan ide-ide yang sebenarnya ada dalam potensi setiap siswa hingga dapat memudahkan mereka untuk bercerita yang akan dituangkan atau disajikan dalam bentuk  tulisan yang nantinya bisa menjadi rangkaian kata-kata yang  sangat indah meski relatif pendek.
Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengatasi kondisi tersebut. Guru diharapkan dapat memilih metode yang lebih menekankan pada pembelajaran langsung yang lebih konkret, sehingga kemampuan menulis siswa lebih meningkat. Guru dapat  menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Strategi tersebut diharapkan dapat membuat siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu belajar, yang dapat memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya.
Salah satu strategi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran menulis kreatif adalah strategi copy the master. Ide ini diperkuat pendapat bahwa strategicopy the master adalah strategi pemodelan yang dekat dengan calon penulis. Adanya model yang dekat dengan penulis berarti memudahkan penulis untuk memulai kegiatan menulis. Selain itu peneliti menggunakan media audio visual sebagai sarana  untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Dengan menggunakan strategi copy the master ini siswa mendapat pengalaman langsung karena mendapat kesempatan mengamati atau mencermati model tulisan, sehingga pemahaman siswa tentang konsep lebih konkret. Hipotesis tindakan yang diambil adalah dengan menggunakan strategi copy the master pada pengajaran keterampilan menulis, kemampuan menulis anak semakin meningkat.
Strategi copy the master berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah model untuk ditiru. Model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan.
Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana dan Rivai 2001:2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda 2002:145). 
Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta
suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan menggunakan media audio . Pembelajaran menulis cerpen yang  menggunakan media audio kurang maksimal digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan
inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk menulis sebuah cerpen.
Penelitian mengenai keterampilan menulis banyak dilakukan dengan
menawarkan metode/ media yang bermacam-macam sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa. Terdapat penelitian-penelitian
yang relevan dengan penelitian ini. Setidaknya relevan dalam hal pemakaian
metode, media maupun desain penelitian. Pemakaian media dan metode pada
setiap penelitian tersebut desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini mendeskripsikan seberapa besar peningkatan hasil dan proses pembelajaran menulis cerpen dengan strategi Strategi copy the master melalui Media Audio Visual di kelas IX SMPN 2 Dampit melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi guru dalam mencari strategi alternatif untuk meningkatkan pembelajaran menulis cerpen.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Rancangan ini sesuai dengan latar permasalahan dan karakteristik penelitian yang dilakukan, yakni (1) masalah penelitian berasal dari persoalan yang terjadi dalam praktik pembelajaran di kelas, yakni kemampuan siswa dalam menulis cerpen yang masih rendah, (2) adanya tindakan untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran, yaitu melalui penerapan strategi copy the master (3) adanya kolaborasi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta (4) adanya kegiatan untuk melakukan evaluasi dan refleksi.
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Dampit. Alasan pemilihan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa alasan. Pertama, SMPN 2 Dampit telah menerapkan kurikulum KTSP 2006 yang di dalamnya mengajarkan menuliscerpen. Kedua, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai menulis cerpen dengan menggunakan strategi copy the master melalui media audio visual.Waktu penelitian dilaksanakan pada awal semester I tahun pelajaran 2012/2013.Penentuan waktu ini didasarkan karena kompetensi dasar menulis cerpen diajarkan di kelas IX pada semester pertama.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX C  SMPN 2 Dampit. Pemilihan kelas IX C didasarkan pada pertimbangan bahwa (1) tingkat kecerdasan siswa merata mulai dari yang cerdas, sedang, dan kurang, (2) jumlah siswa memadai, (3) guru kelas bersedia berkolaborasi.
Media pembelajaran utama yang digunakan adalah film. Adapun alat-alat yang digunakan untuk menjaring data keberhasilan belajar siswa adalah lembar observasi, dan rubrik penilaian kemampuan menulis cerpen.
            Penentukan  kualifikasi keberhasilan tindakan penelitian memerlukan rambu-rambu. Indikator pada penelitian ini dibuat untuk mendekripsikan dua permasalahan penelitianyakni permasalahan penelitian proses dan hasil keterampilan menulis cerpen.
Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung
dengan membuat catatan khusus mengenai perilaku siswa dalam kegiatan menulis
cerpen melalui strategi copy the master melalui media  audio visual. Observasi dipergunakan untuk memperoleh data tentang perilaku  siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan pada siklus II. Peneliti sebelumnya mempersiapkan lembar observasi untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan data. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh  peneliti, dibantu oleh guru kolaborator.
Data hasil  dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II dengan tujuan untuk
mengukur keterampilan siswa dalam menulis cerpen dengan strategi copy the master melalui media audio visual. Pada hasil tes siklus I dianalisis, dari hasil analisis akan diketahui kelemahan siswa dalam kegiatan  menulis cerpen, yang selanjutnya sebagai dasar untuk menghadapi tes pada siklus  II, yang pada akhirnya setelah dianalisis hasil tes siklus II dapat diketahui  peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui strategi copy the master dengan media audio visual.
Tes yang berupa soal esai menulis cerpen dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan memperhatikan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan.  Kriteria-kriteria penilaian tersebut yakni (1) Tema, (2) Alur, (3) Latar, (4)  Sudut pandang, (5) Gaya Bahasa,  (6) Tokoh dan Penokohan, dan (7) Kepaduan unsur-unsur dalam cerpen.

HASIL
Kemampuan siswa kelas SMP Negeri 2 Dampit dalam menulis cerita pendek rata-rata masih rendah. Dari hasil pengamatan selama peneliti  melakukan observasi masih banyak siswa yang kurang tertarik pada pembelajaran menulis cerpen. Siswa tampak kesulitan dalam menuangkan ide-ide ke dalam bentuk cerpen, hal ini dikarenakan beberapa faktor  yang mempengaruhi seperti penggunaan media dan teknik pembelajaran yang kurang sesuai. Kesulitan-kesulitan siswa juga tampak dari hasil kerja siswa. Hasil yang dicapai siswa masih rendah, hal ini terbukti dari isi cerpen yang tidak sesuai dengan tema atau bahan pengajaran, isi  cerpen tidak sesuai dengan judul, alur yang tidak jelas, konflik dan karakter tokoh yang kurang sesuai. Seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan
No.
Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi Skor
Bobot
Persen Rata-rata
1
Sangat Baik
85-100



2
Baik
70-84
8
544
20%
3
Cukup
60-69
26
1783
65%
4
Kurang
50-59
6
399
15%
5
Sangat Kurang
0-49



JUMLAH
40
2666
100%
2666 : 40 = 66,65
Siklus I merupakan pemberlakuan awal penelitian dengan strategi copy the master melalui media audio visual. Tindakan siklus ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan. Tahap ini dimulai dengan refleksi awal. Kegiatan yang dilakukan berupa
renungan atau pemikiran hasil dengan guru mata pelajaran Bahasa  Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Dampit. Kegiatan dilanjutkan  dengan perencanaan pembelajaran yang  dilakukan sebagai upaya memecahkan  segala permasalahan yang dilakukan yang telah ditemukan pada refleksi awal, dan  segala hal yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya  perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan  sistematis.
 Langkah-langkah proses perencanaan ini antara lain: (1) menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan tindakan yang telah direncanakan, (2)
mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti
media pembelajaran dan alat evaluasi, (3) mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan
simulasi (bermain peran) pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlaksanaan
rancangan,  sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan
yang sebenarnya.
Rencana pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) siswa dapat mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita, (2) siswa dapatmenyusun alur cerita, (3) siswa dapat menentukan latar yang sesuai dengan cerita.Siswa dapat menentukan sudut pandang yang sesuai dengan cerita, (4) siswa dapat memilih gaya bahasa yang sesuai dengan cerita, (5) siswa dapat melukiskan tokoh dan watak tokoh yang sesuai dengan cerita, siswa dapat menentukan sudut pandang yang sesuai degan cerita, (7) siswa dapat menyusun cerpen sesuai dengan unsur pembangun cerpen, dan (8) Siswa dapat menyunting cerita pendek.
Pada tahap pendahuluan kegiatan yang dilakukan antara lain (1) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang cerpen yang pernah dibaca  dan disukainya (2) Guru menjelaskan  kompetensi dasar yang akan dicapai, dan manfaat yang akan diperoleh dalam  pembelajaran menulis cerpen.
Dari kegiatan stimulus yang bertujuan untuk mengarahkan siswa pada
tujuan pembelajaran yang harus dicapai, siswa merespon kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru dengan menjawab pertanyaan mengenai menulis kreatif cerpen. Siswa memiliki pemahaman bahwa untuk menulis cerpen, sebelumnya harus menentukan tema dari cerpen yang akan ditulis. Selain menentukan tema, siswa berpendapat bahwa sebelum menulis cerpen harus membuat kerangka cerpen terlebih dahulu baru kemudian dikembangkan menjadi sebuah cerpen.
Pada kegiatan ini siswa memiliki pemahaman bahwa di dalam sebuah
cerpen terdapat unsur intrinsik yang menjadi unsur pembangun cerpen. Unsur
intrinsik yang disebutkan siswa yang terdapat dalam sebuah cerpen adalah tokoh,
latar, dan waktu. Selain mengetahui unsur intrinsik, siswa mencoba memberikan
pengetahuannya berupa pengertian cerpen. Menurut siswa cerpen merupakan cerita yang pendek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman bahwa cerpen adalah cerita yang pendek, tetapi siswa belum memberikan batasan pendek yang dimaksud itu dengan ukuran yang bisa dimengerti.
                   Pada tahap pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan dan bagaimana gambaran siswa tentang unsur-unsur instrinsik cerpen dan Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran, serta Siswa dimotivasi bahwa mengarang cerpen menyenangkan.
                   Kegiatan Inti yang dilakukan adalah (1) Guru memberikan contoh sebuah cerpen remaja, (2) Siswa dan guru bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen, (3) Guru menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen, (4) Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam film yang telah diputarkan pada pertemuan sebelumnya, (5) Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup, (6) Berdasarkan unsur instriksik dalam cerita film  siswa diarahkan untuk dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat menyusun kerangka cerpen. (7) berdasarkan kerangka cerpen yang telah dibuat, siswa mengembangkannya menjadi cerpen menjadi cerpen, (8) siswa menulis cerpen dengan memperhatikan contoh cerpen yang diberikan guru, (9) siswa berdiskusi untuk menyunting cerpen yang telah dibuat dengan panduan rubrik yang telah disiapkan oleh guru. dan (10) beberapa siswa membacakan hasil penulisan cerpen di depan kelas.
Penayangan film ini digunakan untuk dikembangkan menjadi sebuah kerangka cerpen. Unsur-unsur yang ada dalam kerangka cerpen meliputi tema; judul; deskripsi karakter tokoh (karakter fisik dan watak); latar cerpen yang berupa latar waktu, latar tempat, dan latar suasana; sudut pandang; dan alur yang terdiri dari pengenalan, pemunculan konflik, klimaks, dan penyelesaian.
Siswa dikondisikan untuk mempersiapkan diri dengan buku catatan untuk
mencatat hal-hal penting dari film yang akan disaksikan  Dalam kegiatan ini siswa terlihat bersemangat. Hal ini menandakan bahwa siswa menjalani kegiatan belajar dengan senang.
Pada kegiatan pramenulis ini suasana kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada siswa yang antusias mengerjakan tugas dari guru. Dengan penuh perhatian siswa memperhatikan film yang ditayangkan guru. Setelah siswa menyaksikan film Sang Pemimpi yang ditayangkan, siswa berdiskusi dengan temansebangku untuk bagian adegan dalam film yang digunakan sebagai pengembangan membuat kerangka cerpen. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas membuat kerangka cerpen dan memahami film, siswa selalu bertanya kepada guru. Pada kegiatan ini guru berkeliling dan mengingatkan siswa untuk memperhatikan unsur pembangun cerpen dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Pada kegiatan pramenulis ini, siswa membuat kerangka sesuai dengan
film Sang Pemimpi. Dari duapuluh tiga siswa hanya terdapat dua siswa yang masih menggunakan judul film sebagai judul cerpennya. Siswa yang lain telah
mampu mengembangkan judul dengan lebih kreatif sesuai dengan cerpen yang akan dikembangkan. Pada tahap pramenulis ini, media film ini berfungsi memudahkan siswa berimajinasi untuk menemukan tokoh beserta karakternya baik fisik maupun wataknya, menemukan konflik, menemukan latar baik latar tempat, waktu, dan suasana; serta menemukan alur.
Pada tahap menulis, yaitu siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu sesuai dengan kreativitas dan imajinasi siswa serta mengembangkan peristiwa melalui narasi, deskripsi, monolog, maupun dialog. Pada tahap menulis ini siswa diberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat, tetapi tetap berdasarkan cerita dalam film untuk membuat kerangka cerpen sebagai dasar imajinasi. Suasana kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada siswa yang antusias mengerjakan tugas dari guru. Siswa membaca kembali kerangka cerpen yang telah dibuatnya, kemudian siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu pada lembar kerja yang telah dipersiapkan oleh guru.
Kegiatan pengembangan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu pada tahap menulis ini dilakukan siswa secara individu. Pengembangan kerangka cerpen menjadi cerita yang utuh dan padu yang dilakukan pada tahap menulis ini, film membantu siswa berimajinasi sehingga film dapat membantu siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu. Pada tahap menulis ini juga dilakukan tahap revisi. Siswa merevisi cerpen yang telah selesai dibuatnya.
            Pada tahap pascamenulis meliputi kegiatan penyuntingan dan pemublikasian cerpen dengan cara membacakan cerpen di depan kelas. Kegiatan penyuntingan dilakukan dengan cara siswa saling menukarkan cerpennya kepada teman sebangku, kemudian teman sebangku menyunting cerpen berdasarkan lembar penyuntingan yang telah dipersiapkan oleh guru. Kegiatan penyuntingan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar yang berupa masukan kepada cerpen milik temannya.
Kegiatan publikasi yang dilakukan dengan membacakan cerpen di depankelas dapat diketahui bahwa siswa lebih memperhatikan pembacaan cerpen yang dilakukan oleh salah satu siswa. Selain siswa yang membacakan cerpen telah memiliki rasa percaya diri dengan bukti suara siswa saat membacakan sudah lantang dan terdengar hingga bangku belakang. Muka siswa juga tidak ditutup dengan teks cerpen yang dibacanya.  
Dari kegiatan pascamenulis dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis kreatif cerpen ini tidak hanya melatihkan siswa untuk pandai menulis tetapi juga aktif dalam keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara. Setelah kegiatan publikasi guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategicopy the master melalui media audio visual (film).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar