Selasa, 17 Januari 2017

CONTOH BUKU PTK

CONTOH BUKU PTK



Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini



  1. Pengertian
Penelitan tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan pembelajaran dengan  secara siklik. Menurut Dirjen Depdiknas (2003:3) Penelitian seperti ini merupakan penelitian pembelajaran reflektif yang dilaksanakan secara siklik oleh guru di dalam kelas dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis PTK, dua di antaranya adalah individual classroom action research dan collaborative classroom action recearch.
Penelitian Tindakan Kelas bisa berupa penelitian  kualitatif bisa juga  kuantitatif pada masalah  yang akan atau sedang dipecahkan/diselesaikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak langsung digeneralisasikan. Namun demikian PTK dapat saja diterapkan  oleh orang lain yang mempunyai konteks yang mirip dengan masalah yang akan ditelitinya.
Perbedaan antara PTK dengan non-PTK dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Non-PTKPTK
Dilakukan oleh orang luarDilakukan oleh guru/dosen
Sampel harus representatifKerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus secara isi dan konstruk valid dan releabelInstrumen valid secara isi dan reliabel
Menuntut penggunaan analisis statistik yang rumitTidak digunakan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesisTidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teoriMemperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
Tidak memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
Hasil penelitian merupakan produk ilmuHasil penelitian merupakan peningkatan mutu pembelajaran
  1. 2. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Dua model penelitian tindakan kelas yang menjadi acuan PTK di Indonesia, di anataranya Model Kurt Lewin  dan Model Hopkin. Hampir semua penelitian tindakan kelas yang ada sekarang ini mengacu pada kedua model tersebut. Menurut Kurt Kewin konsep pokok Peneltitian Tindakan Kelas  terdiri dari empat komponen, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Perhatikan satu siklus menurut Kurt Lewin berikut ini.
tindakan
pengamatan
Perencanaan
refleksi
Model Kemmis & Taggart adalah model pengembangan dari konsep dasar tersebut lalu diperkenalkan oleh Kurt Lewin dengan cara menggambarkan spiral classroom action reserch yang masing-masing spiral terdiri dari empat langkah tersebut. Spiral atau siklus itu berulang terus sampai masalah yang dihadapi terpecahkan.
Perhatikan model  PTK menurut Kemmis & Taggart berikut ini.
  1. 3. Menemukan Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan  pada saat menentukan masalah, di antaranya adalah: (1) merenungkan barang sejenak, (2) berpikirlah tentang apa yang mungkin dapat diperbaiki, (3) pikirkan tentang beberapa kelompok masalah pembelajaran, (4) pikirlah masalah yang layak (feasible) untuk dipecahkan, (5) pikirlah masalah yang tidak terlalu besar atau terlalu kecil, (6) pilihlah masalah yang strategis, (7) pilihlah masalah yang disenangi
a) Merenungkan Barang sejenak
Setiap saat guru selalu menghadapi permasalahan. Permasalahan tersebut seakan-akan tidak pernah habis. Oleh karena itu, guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenungkan barang sejenak atau berdiskusi/berkolaborasi dengan teman sejawat, pasti guru akan menemukan segudang permasalahan.
b) Berpikirlah Tentang Apa yang Mungkin dapat Diperbaiki
Kemmis da McTeggart memberikan alternatif pengembangan fokus penelitian tindakan kelas tanpa memulai dari masalah, jika kita masih sukar menemukannya. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memfokuskan perhatian:
  • Apa yang sedang terjadi sekarang ini di kelas saya?
  • Dalam hal apa peristiwa atau kondisi ini bersifat problematik (merupakan masalah yang perlu dipecahkan)?
  • Apa yang dapat saya lakukan terhadap hal itu?
  • Saya ingin memperbaiki….
  • Berapa orang tidak suka dengan…
  • Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah keadaan itu?
  • Saya dipusingkan oleh…
dan seterusnya.
c) Pikirkan tentang Beberapa Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu: (1) pengorganisasian  materi pelajaran, (2) penyampaian materi pelajaran, (3) pengelolaan kelas, (4) kurikulum, (5) siswa dan guru, (6) sarana dan prasarana pembelajaran. Sebagai contoh, jika kita  berpikir bahwa  pembahasan suatu topik dari segi keterampilan berbahasa satu dengan lainnya akan lebih bermakna  bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri. Kita sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika kita suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya kita  sedang berhadapan dengan  masalah penyampaian materi. Apabila kita mengimginkan  kerja kelompok antarsiswa berjalan lebih efektif, kita berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas, dan seterusnya.
d) Pilihlah Masalah yang Layak untuk Diteliti
Jika kita yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, kita tidak perlu melaksanakan PTK. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan kita. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa  masalah  yang akan kita pecahkan cukup layak, berada di dalam wilayah pembelajaran, yang kita kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan kita adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada dekat  jalan raya. Sedangkan contoh masalah  yang layak untuk kita pecahkan, di antaranya;  aktivitas yang rendah, ketidakmampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, banyaknya siswa yang ngantuk di dalam kelas  saat menjelang siang, ketidakmampuan siswa bertanya.
e) Pilihlah Masalah yang Tidak Terlalu Besar atau TerlaluKecil
Nilai Ujian Nasional yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan melalui PTK karena cakupan PTK hanya kelas. Faktor yang mempengarui Nilai Ujian Nasional sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk diteliti.
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa, sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
f) Pilihlah Masalah yang Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat” merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu itu, dan dampaknya terhadap proses  belajar siswa  cukup besar. “Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,” dan “ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar” merupakan contoh lain dari masalah yang strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar. Namun masalah-masalah yang kan dipecahkan melalui PTK harus benar-enar masalah yang muncul di dalam kelas.
f) Pilihlah Maslah yang Disenangi
Akhirnya kita harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diselidiki. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran terhadap masalah itu dan keinginan  untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakuan yang diberikan.
  1. 4. Identifikasi, Pemilihan, Deskripsi, dan Rumusan Masalah
a) Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, kita sebaiknya mendata semua permasalahan yang ada dalam kelas tersebut. Permasalahan itu  harus ditulis dan didiskusikan dengan teman-teman guru. Contoh identifikasi guru bahasa Indonesia SMP
1)      Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab.
2)      Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan
3)      Sebagian siswa mencatat pelajaran bahasa Indonesia pada buku yang berganti-ganti.
4)      Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan pasangan duduknya.
5)      Siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman.
6)      Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia.
7)      Siswa tidak dapat mentransfer keterampilan  mengemukakan hipotesis  untuk mata pelajaran lain.
8)      Siswa tidak dapat melihat huungan  anta mata pelajaran  yang satu dengan yang lain
9)      Siswa tidak berusaha mengaitkan  keterampilan membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis
10)  Siswa tidak berusaha mengaitkan keterampilan berbahasa dengan kehidupan di masyarakat.
b. Pemilihan Masalah
Kita tidak mungkin memecahkan semua  masalahan yang teridentifikasikan itu secara keseluruhan dalam suatu PTK yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan  penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan  terhadap yang satu  akan berdampak  pada yang lain, dua-duanya akan dipecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat kita perlu menyusun  masalah-masalah itu berdasarkan kriteria berikut: tingkat kepentingannilai strategis, atau nilai prasarat. Akhirnya kita harus memilih hubungan antara konsep keterampilan yang satu  dengan yang lainnya dalam satu mata pelajaran.
c. Deskripsi Masalah
Setelah kita memilih satu masalah, deskripsikan masalah itu secara terperinci untuk memberi gambaran  tentang pentingnya masalah terhadap pembelajaran secara umum dan jumlah siswa yang terlibat.
Contoh mendeskripsikan masalah, dalam pembelajaran membaca intensif, siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersirat, dan tersorot. Padahal pembelajaran membaca intensif sudah mulai ada di tingkat dasar (SD) kelas V. Kesulitan tersebut diakibatkan kurangnya siswa berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya tersirat dan tersorot. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk anak yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar menjawab pertanyaan yang jawabnya tersirat dan tersorot. Karena hal seperti itu, guru perlu melatih siswa menjawab pertanyaan jawaban tersirat dan tersorot dengan strategi pembelajaran  berbasis CTL.
d. Rumusan Masalah
Setelah kita memilih satu masalah secara saksama, selanjutnya kita perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Masalah dapat dirumuskan dengan pernyataan atau pertanyaan, atau kedua-duanya. Hendaknya dihindarkan rumusan masalah  yang mirip dengan penelitin non-PTK. Contoh rumusan masalah yang harus dihindari: “Apakah optimalisasi variasi metode dapat meningkatkan hasil belajar siswa?”
Menurut Sagor dalam Pedoman Teknis PTK (2003:13) merinci rumusan masalah PTK menggunakan lima pertanyaan:
1)      Siapa yang terkena dampak negatifnya?
2)      Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3)      Masalah apa sebenarnya?
4)      Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
5)      Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana tindakan)
Contoh rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas:
Rumusan yang berupa pernyataan:
Siswa kelas VII SMP tidak dapat bisa menjawab pertanyaan tersirat, tersorot dalam membaca intensif.
Rumusan masalah yang berupa pertanyaan:
Bagaimanakah peningkatan membaca intensif siswa kelas VII dengan strategi CTL?
Jika permasalahan sudah ada, kita perlu menentukan judul penelitian tindakan kelas. Judul penelitian harus mencerminkan peningkatan mutu pembelajaran. Kata kuncinya selalu ada kata “peningkatan” “meningkatan”, “mengefektifkan”, “upaya meningkatkan”.
Misalnya Judul PTK Bahasa Indonesia:
Peningkatan Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen dengan Peta  Semantik Siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2009/2010.
5.  Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan
Dalam membuat rumusan masalah tersebut, sebenarnya kita telah melakukan analisis penyebab masalah sekaligus membuat rencana tindakan yang akan diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, kita perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya untuk meyakinkan pembaca atau guru lain bahwa apa yang kita lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses  kolaborasi memegang peranan  yang sangat penting.
Kita juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk PTK, siapa tahu apa yang akan kita  lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Kita dapat mengambil manfaat  dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, kita akan mengetahui trend baru yang sedang diperhatikan  atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia.  Misalnya pembelajaran  yang bernuansa CTL, Problem Solving, Quantum Learning,  yang semua berorientasi pada kepentingan siswa.
Setelah  kajian pustaka, kita perlu menentukan perencanaan tindakan. Untuk merencanakan tindakan ini, kita bisa menganalisis penyebab secara saksama agar tindakan yang kita rencanakan berjalan dengan efektif. Rencana tindakan  dapat kita tuliskan  secara eksplisit, tetapi juga tidak karena pada dasarnya kita belum tahu tindakan mana  yang akan berdampak paling efektif.
6. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK. Misalnya: Pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ngimbang.
7. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini, kita perlu menegaskan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara siklus-siklus dan dilakukan secara kolaboratif. Dalam metode penelitian ini perlu dijelaskan identifikasi awal dan setting penelitianpersiapan penelitian (perencanaan yang berupa silabus, RPP, sistem penilaian, skenario pembelajaran), siklus penelian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Misalnya:
a) Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang pemfokusannya dilaksanakan dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini ingin mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi peningkatan  kualitas pembelajaran  membaca di kelas. Guru akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswanya jika guru tersebut mau melihat kembali pembelajaran yang diberikan kepada siswanya. Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran itu sangat bergantung pada tindakan guru.  Tindakan guru seperti itu  bila dicatat, kemudian direfleksikan kembali permasalahannya maka  guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai penelitian tindakan kelas sebab  penelitian tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis (dalam McNiff, 1992:2)  adalah  suatu bentuk  penelitian refleksi diri (self-reflective) secara kolektif yang melibatkan partisipan (guru, siswa, kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk mengembangkan   rasionalisasi dari praktik  pendidikan yang sedang dialami guru.
Selain pendapat di atas, Elliot (1991:60) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan  suatu kajian  tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Ini dimaksudkan untuk memberi  penilaian terhadap prektik yang dilakukan dalam situasi konkret. Adapun McNiff (1992:4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap perubahan.
Penelitian tindakan pada  penelitian ini terfokus pada rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Berdasarkan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran membaca kritis dan meningkatkan hasil pembelajaran  membaca yang terjadi pada situasi kelas yang konkret. Di samping tujuan di atas, diharapkan pula penelitian ini  dapat menghasilkan interpretasi dan penilaian terhadap  praktik yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar kritis yang terjadi di dalam kelas.
Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam Sukamto,2000:11), setiap siklus penelitian tindakan  selalu ada aktivitas dasar, di antaranya adalah: identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan, mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama, mengevaluasi dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan  siklus dasar ini, peneliti mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan seperti itu dilakukan terus-menerus sampai ada perbaikan.
Berdasarkan pendapat  Lewin itu, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang meliputi: studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah awal kegiatan penelitian ini dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran, baik permasalahan yang ada dalam siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan.  Setelah itu, diadakan analisis hasil permasalahan dan diperoleh temuan  bahwa strategi pembelajaran  yang digunakan oleh guru kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan  menulis secara maksimal. Berdasarkan temuan itu,  peneliti bersama-sama guru menyusun rencana tindakan  untuk diterapkan dalam pembelajaran membacakritis. Perencanaan tindakan kelas disusun  bersama antara guru dan peneliti, yang berupa tujuan pembelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran, penilaian, bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan  itu dilaksanakan dalam siklus-siklus pembelajaran.  Setelah selesai tindakan setiap siklusnya, peneliti dan guru mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai. Secara terperinci, alur penelitian ini diuraikan pada bagian berikut ini.
1)  Identifikasi Awal dan Setting Penelitian
Kegiatan ini dilakukan  oleh peneliti pada saat pembelajaran membaca di kelas IX SMP Negeri 2 Ngimbang Kabupaten Lamongan. Identifikasi awal ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan  pelaksanaan pembelajaran menulis, terutama kegiatan membaca intensif di kelas IX A.
Adapun tempat penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 2 Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Subjek penelitian  ini meliputi guru dan siswa kelas  IX A.  Adapun  pengalaman guru sebagai peneliti dan kolaborator  dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Kasmadi, S.Pd. sebagai guru kelas VIIIA, yang pengalaman mengajar di sekolah ini sudah mencapai 2 tahun. Guru tersebut sebelumnya sudah berpengalaman mengajar di  MTs Singosari Malang. Latar belakang guru kelas IIA ini adalah  sarjana (S1) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang. (2) Azis Subekti, S.Pd sebagai guru kelas IX D, yang pengalaman mengajar di SMP  Negeri 2 Ngimbang sudah mencapai 4 tahun. Selain mengajar di sekolah ini, guru tersebut sebagai pembimbing di Primagama Lamongan. Latar belakang guru kelas IX B tersebut adalah   sarjana (S1) dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Negeri Malang. (3) Sujak, S.Pd sebagai guru kelas IX A di SMP Negeri 2 Ngimbang. Pengalaman mengajar di SMP Negeri 2 Ngimbang sudah 11 tahun. Sebelum mengajar di SMP ini, guru tersebut mengajar di SMP Negeri 2 Lamongan. Pendidikan terakhir guru yang mengajar di kelas IX tersebut adalah  S1 Universitas Wisnuwardhana Malang dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ketiga guru tersebut berkolaborasi dalam pengajaran di kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Pemilihan SMP Negeri 2 Ngimbang ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama, SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan  merupakan salah satu sekolah yang mengikuti ulangan umum bersama di kabupaten Lamongan, yang nilai keterampilan menulis siswa kelas IX pada kelompok  yang paling bawah. Kedua, SMP Negeri 2 Ngimbang, Lamongan  lokasinya di daerah perbatasan kabupaten Lamongan dan Kabupaten Jombang sehingga siswa yang belajar di SMP itu  berlatar belakang yang berbeda-beda. Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda itu perlu adanya penanganan  proses belajar mengajar yang tepat, baik berkaitan dengan perancanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Ketiga, tenaga guru yang berlatar belakang bahasa Indonesia tiga  guru tetap, satu guru bantu, dan satu guru kontrak. Semua guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan tersebut  berijazah S1. Keempat, SMP  Negeri 2 Ngimbang Lamongan  merupakan tempat peneliti berdinas sehingga peneliti mengetahui kondisi sekolah tersebut dengan jelas.
Peneliti menentukan subjek penelitian  kelas IX A   SMP karena pada siswa kelas III SMP rata-rata sudah berusia 15 tahun. Siswa seusia itu sudah mampu menulis kreatif.  Di samping  usia yang sudah 15 tahun, peneliti mengambil kelas IX karena kelas IX merupakan kelas yang siswanya mempunyai latar belakang yang bermacam-macam.
2)  Persiapan Penelitian
Berdasarkan teman permasalahan pada studi pendahuluan, guru dan peneliti sebagai kolaborator mrnyusun perencanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan langkah yang pertama dilakukan adalah peneliti memberikan pemahaman terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX dan guru kelas VIII sebagai kolaborator lainnya mengenai pembelajaran membaca kritis dengan strategi SQ3R. Pemahaman tersebut berkenaan dengan kegiatan menyusun persiapan mengajar yang dilakukan pada tanggal 18 Februari sampai tanggal 20 Februari 2002, yang memperhatikan: (1) tema dan butir pembelajaran, (2) menentukan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus, (3) menentukan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran, (4) menentukan materi dan media, (5) evaluasi proses dan hasil, (6) membuat pedoman pengamatan, menyusun format aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, membuat catatan lapangan dan penetapan deskriptor serta kriteria dengan SQ3R, menyusun rambu-rambu penilaian.
Perencanaan tindakan itu disusun menjadi rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus pembelajaran dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran (2 X 45 menit). Masing-masing pertemuan difokuskan pada kegiatan membaca kritis melalui proses membaca dengan tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca dengan strategi SQ3R.
Pada kegiatan tahap prabaca guru melakukan kegiatan yang berkaitan dengan membimbing siswa dalam mensurvei judul bacaan, isi bacaan dan menyusun pertanyaan. Pada kegiatan tahap saat-baca guru membimbing siswa membaca kritis  dengan cara membaca untuk menemukan jaaban, menjawab pertanyaan secara lisan, menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasanya sendiri, membaca kembali teks bacaan dengan cara memberi komentar terhadap isi bacaan.
Proses pembelajaran membaca kritis dalam siklus pertama sampai siklus ketiga menggunakan urutan yang sama. Hasil pengamatan siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan siklus berikutnya.
3)  Siklus Penelitian
Penelitian ini direncanakan  tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas dua pertemuan. Pertemuan kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Setiap pertemuan direncanakan dengan durasi waktu 2 x 45 menit. Adapun rencana tindakan  pada siklus pertama sebagai berikut.
Pertemuan Pertama  (2 x 45 menit)
Tahap Prabaca
  1. Mensurvei teks bacaan
  2. Menyusun pertanyaan
Tahap saat-baca
  1. Membaca teks bacaan untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban pertanyaan
  2. Menjawab pertanyaan dengan bahsanya sendiri (menceritakan kembali)
  3. Menentukan ide pokok paragraf
  4. Menyimpulkan isi bacaan
  5. Mendiskusikan hasil kegiatan
Tahap Pascabaca
  1. Menilai isi bacaan
  2. Mengomentari isi bacaan
4)   Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan dan menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas pembelajaran membaca kritis  dengan strategi SQ3R. Hasil refleksi ini dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Peneliti, guru, kolaborator pada tahap ini mendiskusikan pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Hal yang didiskusikan meliputi: (1) kesesuaian proses  pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, (2) materi yang digunakan dalam pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran, (4) kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran, (5) kemajuan yang dicapai siswa, (7) rencana  tindakan pembelajaran selanjutnya.
Pelaksanaan refleksi ini dilakukan setelah proses pembelajaran dan setelah evaluasi belajar, yang berupa pelaksanaan ulangan formatif. Ulangan formatif tersebut digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran setelah pelaksanaan membaca kritis dengan strategi SQ3R. Pelaksanaannya menggunakan bentuk soal objektif dan subjektif.
Bedasarkan hasil refleksi itu, guru, peneliti, dan kolaborator mengadakan perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran sampai pada evaluasi hasil belajar, yang akan digunakan dalam pembelajaran siklus berikutnya.
Langkah-langkah yang dibuat oleh guru, peneliti, dan kolaborator tersebut, yang berupa pertanyaan rencana pembelajaran sampai pada kegiatan refleksi ini. Kegiatan seperti ini juga digunakan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan penelitian tercapai.
b) Data  Penelitian
Pada  bagian ini peneliti akan menguraikan data penelitian yang meliputi data proses pembelajaran pada tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca, data hasil pembelajaran, yang berkaitan dengan hasil mengerjakan tugas pada saat proses pembelajaran dan hasil evaluasi belajar dengan menggunakan strategi SQ3R dalam proses membaca kritis tersebut.
1)  Data
Data penelitian meliputi data perencanaan, data pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi. Data perencanaan pembelajaran berupa  dokumen persiapan pembelajaran yang dibuat secara kolaboratif antara guru dan kolaborator. Data perencanaan meliputi  perumusan tujuan, kegiatan  belajar-mengajar termasuk materi dan media, dan evaluasi pembelajaran. Data ini dikumpulkan sebelum pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran berupa deskrepsi pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar. Data tersebut akan terekam dalam catatan lapangan.
Data hasil belajar diambil dari hasil siswa  menulis, yang pelaksanaannnya dilakukan  dalam proses belajar mengajar. Data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi kegiatan membimbing siswa dan memotivasi, mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, memodelkan membaca kritis, membimbing siswa  dalam menjawab pertanyaan, membimbing siswa menceritakan kembali teks bacaan, membimbing berdiskusi, kegiatan bertanya, memberi tuntunan, memberi balikan. Data aktivitas siswa meliputi kegiatan: mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, membaca secara kritis, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali isi bacaan, diskusi kelompok. Data pelaksanaan pembelajaran berupa catatan dan rekaman hasil observasi, baik dalam bentuk dafar cek maupun catatan lapangan. Data pelaksanaan dikumpulkan pada saat proses pembelajaran membaca berlangsung.
Data hasil belajar diambil dari ulangan formatif yang pelaksanaannya dilakukan setelah pembelajaran membaca. Penyusunan soal tes hasil belajar tersebut berdasarkan pada tujuan pembelajaran khusus dan tujuan membaca dengan bentuk soal objektif dan uraian. Penentuan bentuk-bentuk soal tersebut berdasarkan pada kurikulum 1994, khususnya buku petunjuk pelaksanaan ulangan.
Data perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dikumpulkan dalam waktu pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. Data-data itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam pembelajaran. Adapun waktu pengumpulan data dimulai pada tanggal 21 Februari 2002 sampai dengan tanggal 28 Maret 2002. Pengumpulan data dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama mulai tanggal 21 Februari 2002 sampai dengan 24 Februari 2002. Adapun pelaksanaan  pengambilan data proses belajar mengajar dilakukan pada tanggal 21 Februari 2002 dan pengambilan data hasil belajar pada tanggal 22 Februari 2002. Refleksi kegiatan dan penyusunan perencanaan siklus II pada tanggal 23, 24 Februari 2002. Tahap II dilaksanakan tanggal 25  Februari 2002 sampai dengan tanggal 1 Maret 2002. Pelaksanaan pengambilan data proses belajar mengajar pada tanggal 25 Februari 2002 dan pengambilan data hasil elajar tanggal 27 Februari 2002. Adapun refleksi dan penyusunan perencanaan siklus III tanggal 28 februari sampai dengan tanggal 3 Maret 2002. Tahap III mulai tanggal 4 Maret 2002 sampai tanggal 28 Maret 2002. pengambilan data proses belajar mengajar pada siklus III ini  tanggal 4 Maret 2002 dan pengambilan data hasil belajar tanggal 5 Maret 2002. Adapun diskusi refleksi pelaksanaan siklus III mulai tanggal 6 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret 2002.
2) Instrumen  Penelitian
Pengumpulan data  dalam penelitian tindakan kelas ini  dengan menggunakan instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen  utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh Bogdan dan Biklen (1982)  bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dokumen tasi dan foto (Moleong, 1995:153).
Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa  bila sudah disiapkan pedoman observasinya. Aktivitas yang dijaring dalam pedoman observasi ini berupa interaksi guru terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.
Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala  yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dipikirkan  selama  dalam pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan strategi SQ3R.  Selain itu, catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hasil refleksi dari peneliti dan kolaborator. Kolaborator akan mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dan refleksi.
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data  tentang rencana pembelajaran di kelas. Dokumentasi ini berupa program satuan pembelajaran. Selain itu, dokumentasi yang berupa LKS, hasil kerja siswa dalam menyusun pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali isi bacaan dalam proses pembelajaran, yang  digunakan menjaring data kerja siswa selama proses pembelajaran.
Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses belajar mengajar membaca dengan strategi SQ3R. Semua peristiwa yang terjadi di kelas dalam pembelajaran itu difoto, baik peristiwa siswa mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, membaca untuk menemukan jawaban, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali teks bacaan, mendiskusikan gagasan umum bacaan, sampai pada menceritakan kembali teks bacaan dan pelaksanaan penelitian. Selain itu, peristiwa yang melibatkan kegiatan guru juga didomunetasikan di antaranya: guru membimbing siswa mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, membaca untuk menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali teks bacaan, membimbing diskusi siswa menemukan gagasan umum bacaan dan kesimpulan (periksa lampiran).
c) Teknik Analisis Data
Dalam penelitian  tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36) analisis data kualitatif dapat bersifat linier (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Berdasarkan pendapat itu,  analisis data dilakukan  selama proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, peneliti menganalis, mereduksi, dan menyimpulkan data itu. Pengumpulan data dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas. Dengan adanya  penyimpulan setiap siklus, peneliti akan lebih memahami proses tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan siklus berikutnya.
Pedoman yang digunakan analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36), yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan pengklasifikasian, (3) menyimpulkan dan verifikasi.
Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dan dokumentasi ditelaah oleh peneliti dan guru. Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil pengamatan, kemudian menganalisis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. Penelaahan data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data penelitian terkumpul.
Reduksi data dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Kegiatan reduksi data meliputi pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan dan dikelompokkan dilanjutkan pada penyimpulan.  Untuk mempermudah penyimpulan data, peneliti menyederhanakan data itu dengan cara membuat ringkasan, memberi kode, membuang data yang tidak perlu, dan pengaturan masalah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian tindakan kelas ini.  Data tersebut dipilah-pilah berdasarkan fokus siswa, dan guru dalam pra menulis, saat penulisan, dan pascapenulisan.
Data-data yang telah diklasifikasikan dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan data dilakukan dengan  menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya pemaparan informasi itu,  peneliti akan dapat  menarik  kesimpulan  dengan mudah.  Untuk memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan  dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan tabel.
Penyimpulan hasil penelitian  tindakan kelas ini dilakukan dengan cara menafsirkan makna suatu fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung, mencatat kejadian-kejadian positif, negatif, menjelaskan hubungan sebab-akibat dan akhirnya peneliti menyimpulkan.  Penyimpulan pada langkah ini masih bersifat sementara karena baru berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam tindakan.  Setelah proses pembelajaran selesai, kesimpulan yang bersifat  sementara  itu diuji  kembali berdasarkan  data-data  yang baru terkumpulkan  sehingga hasil menyimpulkan akan lebih  mantap. Proses seperti  ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan tindakan siklusnya.
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (trianggulasi) data. Kegiatan trianggulasi ini dilakukan dengan jalan mengecek kembali hasil wawancara terhadap siswa setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil angket pembelajaran  menulis dengan peta semantik. Kedua data itu dibandingkan  dengan hasil observasi peneliti di kelas saat pelaksanaan pembelajaran. Setelah kegiatan itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menetapkan pembelajaran siklus berikutnya dengan menyiapkan perencanaan pembelajaran.
Untuk menafsirkan dan menyimpulkan hasil penelitian ditentukan kreteria keberhasilan.  Penelitian dinyatakan berhasil jika  hasil penelitian itu berkualifikasi baik (B) atau sangat baik (SB). Kreteria kualifikasi itu berlaku pada aspek pembelajaran, yang meliputi  aktivitas siswa, guru dalam proses pembelajaran dan dibuktikan dengan  hasil proses pembelajaran siswa dalam bentuk lembar kerja siswa. Selain itu, kreteria di atas juga berlaku untuk  hasil pembelajaran. Adapun kreteria penilaian terhadap pencapaian masing-masing deskriptor adalah: (1) mendapat skor nol bila  tidak satu pun indikator muncul, (2) mendapat skor satu bila satu indikator yang muncul, (3) mendapat skor dua bila dua indikator yang muncul, (4) mendapat skor  tiga bila tiga indikator yang muncul. Adapun taraf keberhasilan tindakan dan rambu-rambu analisis hasil menulis cerpen sebagai alat untuk menentukan keberhasilan  sebagai berikut.
Taraf Keberhasilan Tindakan
Pencapain Tujuan PembelajaranSkor/NilaiKualifikasiTingkat Keberhasilan Pembelajaran
85-100 %3Sangat Baik (SB)Berhasil
65-84 %2Baik (B)Berhasil
55-64 %1Kurang (K)Tidak Berhasil
0-54 %0Sangat Kurang (SK)Tidak Berhasil
Rambu-rambu Analisis Hasil Menulis
Pencapain Tujuan PembelajaranSkor/NilaiKualifikasiTingkat Keberhasilan Pembelajaran
85-100 %4Sangat Baik (SB)Berhasil
65-84 %3Baik (B)Berhasil
55-64 %2Cukup (C)Tidak Berhasil
45-54 %1Kurang (K)Tidak Berhasil
0-44 %0Sangat Kurang (SK)Tidak Berhasil
8. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian PTK tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
Dalam laporan penelitian tindakan kelas bab ini memuat hasil dan temuan siklus, yang di dalamnya berisi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran,  refleksi, dan temuan siklus tersebut. Jika bagian itu siklus pertama, maka bagian berikutnya siklus II, yang isinya sama dengan siklus pertama.
Untuk menggambarkan hasil siswa, tabel, grafik, dan diagram sangat baik untuk menyajikan data  hasil observasi. Gunanya agar refleksi   dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya  diatur sedemikian rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai  dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya,  sehingga pembaca akan semakin ragu. Dengan demikian tabel, diagram, dan grafik harus disertai dengan  penjelasan bagaimana proses pencapaian hasil belajar dalam tabel, grafik, dan diagram tersebut. Akan lebih sempurna jika dalam hasil tersebut dipaparkan proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, dan akhir pembelajaran.
Selain grafik, tabel, dan diagram tersebut perlu ada lampiran hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar karya siswa, hasil rekaman, foto tentang proyek yang dilakukan siswa. Hasil siswa secara terperinci dimasukkan dalam lampiran laporan penelitian.
Hasil temuan siklus pertama sampai dengan siklus terakhir perlu dibahas dengan teori-teori yang sudah ada. Peneliti wajib membaca buku yang berkaitan dengan variabel penelitian tersebut sebab akan bermanfaat dalam pembahasan hasil penelitian tindakan kelas. Pembahasan bisa dijadikan satu bab dengan hasil penelitian, bisa juga dipisah (bab tersendiri). Jika penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru maka pembahasan dijadaikan satu bab dengan hasil penelitan (agar tidak membebani guru sebagai peneliti), tetapi jika peneliti seorang mahasiswa maka  pembahasan harus dijadikan bab tersendiri, misalnya skripsi atau tesis.
9. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam rumusan permasalahan. Pertanyaan penelitian  dalam permasalahan, di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Kesimpulan PTK tidak hanya berisi jawaban hasil penelitian  yang berupa angka-angka atau data, melainkan juga berisi proses pembelajaran. Makanya selain hasil penelitian yang meningkat, peneliti wajib menyampaikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil tersebut.
Setelah penyimpulan, peneliti perlu  menulis saran.  Saran ditujukan kepada para guru yang kemungkinan melaksanakan pembelajaran dengan  menggunakan skanario pembelajaran dalam penelitian ini, bahkan disampaikan kepada para peneliti  lain yang akan mengembangkan hasil penelitian tindakan kelas ini. Di samping itu saran perlu disampaikan kepada pengambil kebijakan di sekolah, misalnya kepala sekolah atau pengawas.
10. Daftar Pustaka
Daftar pustaka yang ditulis pada bagian akhir laporan mencerminkan penguasaan kita atas teori belajar dan pembelajaran yang kita minati. Orang lain akan mengetahui buku apa saja yang dibaca sebagai sumber penelitian ini. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan  keluasan pengetahuan  kita atas penelitian-penelitian  terbaru yang sedang  nge-trend. Karena itu, kita perlu menulis daftar pustaka secermat mungkin dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar