Rabu, 18 Januari 2017

Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bahasa Indonesia SD

Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bahasa Indonesia SD 




Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dunia pendidikan memiliki sistem yang relevan dengan pembangunan, baik fisik maupun mental. Adaptasi dan antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibina secara sistematik dan berkesinambungan. Dengan demikian untuk memecahkan masalah harus dimulai dengan peningkatan  dan pemerataan kualitas tenaga pengajar  dipendidikan dasar.
Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia, karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan dasar perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Lebih-lebih sekolah dasar yang merupakan pondasi bagi seluruh jenjang pendidikan.
Pada awal pembelajaran bahasa Indonesia aspek mendengarkan di kelas I SD Negeri 1 ., Kecamatan ., Kabupaten . tahun pelajaran 2009/2010, menemui beberapa hambatan. Penyebab-penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, serta sarana yang kurang memadai.
Pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek mendengarkan di kelas I semester 2 di SD Negeri 1 .,  Kecamatan . Kabupaten . tahun 2009/2010 mengalami kegagalan. Hal ini ditunjukkan dari 27 siswa hanya 4 orang siswa yang mencapai nilai di atas 75 sehingga presentase ketuntasan belajar hanya 14,8 %. Oleh karena itu penulis bermaksud memperbaikinya melalui Penelitian Tindakan Kelas.


B.       Identifikasi Masalah
Dari pembelajaran mendongeng ini dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut :
  1. Guru  saat mendiskripsikan benda sekitar kurang menarik.
  2. Guru mendongeng tentang kerajaan yang kurang diminati oleh siswa.
  3. Saat mendongeng guru tidak menggunakan media yang dapat menarik siswa.
  4. Guru mendongeng dengan suara kurang menarik perhatian siswa.
  5. Siswa mendengarkan tapi kurang antusias.
  6. Siswa tidak dapat menceritakan dongeng yang telah didengarnya dari guru kepada temannya.
  7. Setelah mendengarkan guru mendongeng siswa tidak dapat menyebutkan isi dongeng.
Semua data yang didapat di atas dapat diperbaiki melalui penelitian tindakan kelas.

C.      Analisis Masalah
Dari masalah di atas peneliti menganalisis bahwa masalah yang perlu ditangani lebih dahulu adalah mengganti dongeng tentang kerajaan sebelum perbaikan dengan dongeng yang lebih menarik perhatian anak, seperti dongeng tentang binatang serta pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih tepat yaitu pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung.

D.      Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut di atas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana cara menerapkan pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek mendengarkan pada siswa kelas I semester 2 SD Negeri 1 .,  Kecamatan ., Kabupaten . tahun pelajaran 2009/2010?

E.       Tujuan Perbaikan
Penulis melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan tujuan untuk :
1.         Mendeskripsikan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek mendengarkan.
2.         Mendeskripsikan metode lebah berdengung dalam pembelajaran bahasa Indonesia  pada aspek mendengarkan.
3.         Mendeskripsikan/menganalisis dampak penggunaan pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung dalam pembelajaran bahasa Indonesia  pada aspek mendengarkan.

F.       Manfaat Perbaikan
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah :
1.         Bagi siswa :
Siswa dapat meningkat pemahamannya, sehingga hasil ketuntasan belajar siswa meningkat.
2.         Bagi guru :
a.         Menemukan permasalahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar.
b.        Merumuskan pemecahan masalah pembelajaran yang muncul.
c.         Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
d.        Dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa.
e.         Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam menyampaikan materi pelajaran pada siswa.
f.         Dapat menentukan cara yang paling efektif dalam mengatasi permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan proses belajar mengajar.
g.        Melaksanakan perbaikan pembelajaran yang telah direncanakan.
h.        Melaporkan hasil perbaikan pembelajaran.
3.         Bagi Institusi Pendidikan :
a.         Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar.
b.        Sebagai bahan diskusi dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di wilayah kerja penelti.


BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.      Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD)
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan mengandung makna. Bahasa memeiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sisial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahsa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

B.       Pendekatan Komunikatif dan Metode Lebah Berdengung
1.      Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat ketrampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk kemampuan komunikatif siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang mencakup empat ketrampilan, baik menyimak, membaca, menulis maupun berbicara.
Ada beberapa bentuk variasi yang bisa dilakukan oleh guru sehubungan dengan penampilannya dalam kegiatan pembelajaran mendongeng. Bentuk-bentuk variasi tersebut antara lain adalah variasi dalam suara, Variasi dalam gerak anggota badan, variasi dalam dalam posisi guru, mimik, kontak pandang, kesenyapan dan pemusatan perhatian.
2.      Metode Lebah Berdengung
Metode lebah berdengung merupakan metode mengajar yang digunakan dalam mengajarkan materi dongeng. Dalam pelaksanaannya metode lebah berdengung adalah siswa diberi kebebasan dalam mendongeng dengan teman-temannya, baik dengan teman satu bangku maupun dengan teman satu kelompok. Selama proses mendongeng guru mengamati dan memberi motivasi pada siswa untuk mendongeng bebas tanpa rasa takut kepada temannya.
Guru dituntut dapat sedekat mungkin dengan siswa, sehingga tidak ditakuti oleh siswa, dalam pelaksanaannya bisa di luar kelas maupun di dalam kelas, bila di dalam kelas menjadi gaduh dengan suara-suara siswa mendongeng dengan bebasnya, teman yang diajak mendongeng boleh menambah atau ikut mendongeng untuk membantu ingatan temannya yang sedang mendongeng.
Prosedur metode lebah berdengung yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah ;
Pertama,          guru mendongeng dengan menggunakan alat bantu bisa berupa gambar maupun boneka atau alat lain yang dapat menarik perhatian siswa.
Kedua,            memberi penjelasan cara mendongeng yang benar dan runtut.
Keempat,         pelaksanaan mendongeng bebas dengan teman, guru membimbing dan memberi motivasi pada siswa.
Kelima,            siswa disuruh menyebutkan isi dari dongeng yang telah didongengkan oleh guru.
Menurut peneliti kelebihan dari metode ini adalah menjadikan siswa lebih dapat memahami isi dongeng.

C.      Materi Penelitian
Berdasarkan kurikulum KTSP tahun 2006, Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I (satu), maka peneliti mengangkat materi :
Standar Kompetensi     5.     Memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng.
Contoh Materi :

dengarkan dongeng ini dengan baik


monyet dan kura kura
monyet sangat kelaparan
monyet hendak mencari makanan
monyet melihat pohon pisang
pohon pisang itu di pulau seberang

monyet tidak dapat berenang
monyet mengajak kura kura
kura kura bersedia mengantar monyet

monyet memanjat pohon pisang
monyet makan pisang sepuasnya
monyet melupakan kura kura

kura kura sangat kecewa
kura kura pergi meninggalkan monyet
monyet baru sadar
ia tidak bisa pulang
ia tidak bisa berenang
itulah akibatnya kalau serakah



dikutip dari buncil dengan pengubahan


D.      Kerangka Berfikir
Keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar salah satunya ditunjang oleh adanya pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap siswa yang peka akhirnya akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

E.       Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir seperti tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut :
“Bahwa penerapan pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung terhadap pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi menyebutkan isi dongeng, siswa kelas I semester 2 SD Negeri 1 .,  Kecamatan ., Kabupaten . tahun pelajaran 2009/2010”.


BAB III
PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN KELAS


A.      Subjek Penelitian
1.         Lokasi dan Waktu.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 .  Kecamatan ., Kabupaten ., Tahun Pelajaran 2009/2010.
Pelaksanaannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
a.         Siklus I
1)          Pertemuan 1 : dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Maret 2010.
2)          Pertemuan 2 : dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Maret 2010.
b.        Siklus II
1)     Pertemuan 1 : dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Maret 2010.
3)          Pertemuan 2 : dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Maret 2010.
2.         Mata Pelajaran dan Kelas
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek mendengarkan pada siswa kelas I semester 2 SD Negeri 1 .  Kecamatan . Kabupaten . tahun pelajaran 2009/2010.
3.         Karakteristik Siswa
a.         Jumlah siswa keseluruhan 27 siswa.
b.        Jumlah siswa laki-laki 14 siswa.
c.         Jumlah siswa perempuan 13 siswa.
d.        Minat dan semangat belajar siswa rendah.
e.         Kondisi ekonomi orang tua siswa ekonomi lemah.
f.         Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai buruh pabrik, bekerja seharian, berangkat pagi pulang malam, sehingga siswa tidak mendapat perhatian dari orang tua.

B.       Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini hádala siswa kelas 1 SD Negeri 1 . ., teman sejawat sebagai pengamat dan peneliti.

C.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dengan menggunakan model observasi dan model tes. Data diperoleh dengan observasi yang dilengkapi dengan lembar pengamatan dan diskriptif.
Data penelitian yang peneliti kumpulkan adalah :
1.       Tabel pengamatan partisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
2.       Tabel analisis perolehan nilai hasil ulangan harian.
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
1.       Rencana Pembelajaran (RP)
Rencana pembelajaran yang penulis susun sesuai dengan pendekatan dan metode pembelajaran. 
2.       Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa disusun untuk mengetahui rata-rata tingkat aktivitas siswa, dan dilaksanakan tiap-tiap pertemuan.
3.       Lembar observasi guru
Lembar observasi guru disusun untuk mengetahui rata-rata tingkat aktivitas guru dalam proses pembelajaran, dan dilaksanakan tiap-tiap siklus.
4.       Lembar kerja siswa (LKS)
Lembar kerja siswa disusun dan diberikan kepada siswa untuk melatih ketrampilan dalam menyelesaikan bentuk-bentuk soal-soal cerita, selain itu digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal.
5.       Tes akhir
Tes akhir dilaksanakan pada tiap-tiap akhir siklus, yaitu pada pertemuan keempat untuk siklus satu dan pertemuan kedelapan untuk siklus kedua. Hasil dari tes akhir ini digunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar.

D.      Indikator Keberhasilan
Sebagai tolok ukur (kriteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil bila:
1.       Minimal rata-rata aktivitas siswa 70%.
2.       Rata-rata aktivitas guru lebih dari 80%.
3.       Minimal 80% dari siswa telah mencapai nilai 6 atau lebih untuk rentang nilai ideal 0 sampai 10. Hal ini didasarkan pada hasil belajar konsep pengukuran tahun sebelumnya yaitu 5,5.
Apabila tiga hal tersebut di atas belum terpenuhi, maka harus diadakan program perbaikan, sesuai dengan hasil yang diperoleh. Maksudnya bila aktivitas siswa dan guru kurang memenuhi tolok ukur maka diulang sampai memenuhi, dan untuk perbaikan nilai siswa yang memperoleh nilai kurang dari 6 jika jumlahnya sedikit yaitu 20%, maka diadakan program perbaikan secara individual dengan pemberian tugas rumah atau pekerjaan rumah (PR). Namun bila yang memperoleh nilai kurang dari 6 jumlahnya masih banyak, yaitu lebih dari 20% maka dilanjutkan siklus berikutnya.

E.     Prosedur Penelitian
1.      Siklus I
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa peneliti mencoba melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam pelaksanaannya penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/Pengumpulan data/Instrumen dan Refleksi.
a.         Rencana
1)        Pada tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah peneliti dibantu oleh teman sejawat dan superior untuk mengungkap dan menperjelas permasalahan yang peneliti hadapi untuk dijadikan jalan pemecahan yang tepat.
2)        Merancang pembelajaran dengan menitik beratkan mengganti dongeng pada awal pembelajaran dengan dongeng yang lebih diminati oleh siswa.
3)        Menyusun lembar observasi dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada aspek motivasi, keaktifan, kerjasama.
4)        Merancang tes formatif.
b.        Pelaksanaan
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus I, meliputi :
1)        Merencanakan, meliputi
a)        Mengidentifikasi masalah
b)        Menganalisis dan merumuskan masalah
c)        Merencanakan perbaikan
2)        Melakukan tindakan
3)        Megamati
4)        Melakukan refleksi
Untuk mengumpulkan data dan permasalahan serta masukan dalam perbaikan pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang disebut teman sejawat.
Adapun dalam pelaksanaan pembelajaran/kegiatan belajar mengajar meliputi prosedur sebagai berikut : pra-kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Pada kegitan perbaikan pembelajaran siklu I seluruh hipotesis tindakan dilaksanakan secara terpadu, pada akhir siklus pertama hasilnya dianalisis baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan sebagai bahan perkembangan untuk memperbaiki perlakuan yang akan diberikan pada siklus II, demikian seterusnya direncanakan berdasarkan analisis/refleksi pada siklus sebelumnya.
c.         Pengamatan/pengumpulan data/instrument
Data penelitian ini diambil dengan pengamatan/pengumpulan data/instrument dengan menggunakan lembar observasi berisi tentang tugas yang dilaksanakan siswa yang meliputi mendongeng kepada teman sebangku, kesungguhan dalam mendongeng, latihan mendongeng dengan inisiatif sendiri.
Angket digunakan untuk mencari informasi pelaksanaan pembelajaran yang berisi kesukaan belajar, kepahaman materi, penggunaan alat pembelajaran, bimbingan guru terhadap siswa, penampilan guru dalam mengajar.
Guru sebagai subyek penelitian terlibat langsung dalam planningactingobserving dan reflecting tindakan-tindakan yang diberikan.
d.        Refleksi
Refleksi pada siklus I untuk mengungkapkan keberhasilan maupun untuk mengungkapkan kelemahan pembelajaran, metode mendongeng dengan menggunakan media berupa boneka, digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II.
2.      Siklus II
b.         Rencana
Berdasarkan refleksi siklus I peneliti akan memfokuskan penelitian pada pembelajaran guru mendongeng menggunakan media peraga berupa boneka dipadu metode lebah berdengung/mendongeng bebas.
Adapun prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran secara garis besar sebagai berikut :
1)        Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai kegiatan awal.
2)        Guru mendongeng di depan kelas dengan gerakan dan mimik yang meyakinkan serta dengan menggunakan alat peraga berupa boneka, sambil mendengarkan siswa mencatat hal-hal penting yang belum dipahami siswa.
3)        Siswa menanyakan hal-hal penting dalam dongeng yang belum mereka pahami.
4)        Guru melakukan tanya jawab tentang isi cerita.
5)        Siswa diberi kesempatan untuk mendongeng kepada teman sebangku dengan metode lebah berdengung (mendongeng bebas dengan suara jelas)
6)        Guru bersama siswa mengulas cara mendongeng yang baik.
7)        Guru mengevaluasi secara lesan (mendongeng di depan kelas)
c.         Pelaksanaan
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus II, meliputi :
1)        Merencanakan, meliputi
a)        Mengidentifikasi masalah
b)        Menganalisis dan merumuskan masalah
c)        Merencanakan perbaikan
2)        Melakukan tindakan
3)        Mengamati
4)        Melakukan refleksi
Untuk mengumpulkan data dan permasalahan serta masukan dalam perbaikan pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang disebut teman sejawat.
Adapun dalam pelaksanaan pembelajaran/ kegiatan belajar mengajar meliputi prosedur sebagai berikut : pra-kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Pada kegitan perbaikan pembelajaran siklus II seluruh hipotesis tindakan dilaksanakan secara terpadu, pada akhir siklus kedua hasilnya dianalisis untuk direfleksi
d.        Pengamatan/pengumpulan data/instrument
Data penelitian ini diambil dengan pengamatan/pengumpulan data/instrument dengan menggunakan lembar observasi berisi tentang tugas yang dilaksanakan siswa yang meliputi mendongeng dengan teman sebangku, kesungguhan dalam mendongeng, latihan mendongeng dengan inisiatif sendiri dan bimbingan guru.
Angket digunakan untuk mencari informasi pelaksanaan pembelajaran yang berisi kesukaan belajar, kepahaman materi, penggunaan alat pembelajaran, bimbingan guru terhadap siswa, penampilan guru dalam mengajar.
Guru sebagai subyek penelitian terlibat langsung dalam planningactingobserving dan reflecting tindakan-tindakan yang diberikan.
e.         Refleksi
Refleksi pada siklus II untuk mengungkapkan keberhasilan maupun untuk mengungkapkan kelemahan pembelajaran, guru mendongeng dengan menggunakan media boneka dengan dipadu metode lebah berdengung, digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya atau dihentikan.



BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.      Deskripsi Awal Pembelajaran
Pada awal pembelajaran bahasa Indonesia materi “menyebutkan isi dongeng”, dari 27 siswa hanya 4 orang siswa yang sudah bisa mendongengkan kembali dongeng yang telah diceritakan guru di depan kelas kepada teman sebangkunya. Hal ini disebabkan karena dongeng yang didongengkan oleh guru kurang diminati oleh siswa.
Hasil tes pembelajaran menyebutkan isi dongeng diperoleh data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 75, nilai terendah 30, dengan nilai rata-rata kelas 54,6 dan tingkat ketuntasan klasikal 14,8%. Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I.

B.       Deskripsi per siklus
1.         Siklus I
Peneliti membuat rencana dan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, Guru mengganti deskripsi benda pada awal pembelajaran dengan benda yang diminati dan disukai oleh siswa, seperti binatang.
Dalam melaksanakan pembelajaran siklus I, peneliti dibantu teman sejawat untuk melakukan observasi/ pengamatan terhadap proses belajar mengajar dan pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah sebagai berikut : Siswa yang mendeskripsikan benda sekitar dengan inisiatif sendiri meningkat dari 12 % menjadi 48 % dari keseluruhan siswa kelas I, Siswa yang mendengarkan pendeskripsian benda sekitar dengan sungguh-sungguh meningkat dari 50 % menjadi 70 % dan siswa yang mendengarkan penndeskripsian benda sekitar dengan sedang berkurang dari 40 % menjadi 30 %, aktivitas siswa dalam belajar mendeskripsikan benda sekitar dengan inisiatif sendiri 40 %, dengan bimbingan guru 40 %, dan yang diam saja/tidak bersuara 20 %.
Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90, nilai terendah 45, dengan nilai rata-rata kelas 69,6 dan tingkat ketuntasan klasikal 37 %. Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus I dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
Dari hasil tes perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh nilai :
Nilai (X1)
Tally
Banyak Siswa (F1)
F1X1
45
11
1
45
50
1
0
0
55
11111
3
165
60
11
3
180
65
11111
7
455
70
1111
3
210
75
111
3
225
80
111
3
240
85
1
0
0
90
1
4
360
Jumlah

27
1880

Tabel  1 : Distribusi frekwensi hasil belajar siklus I
Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh nilai rata-rata :
  _      
X  1915  = 70,9
          27
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut :


Refleksi Siklus I
Pada siklus I suasana proses pembelajaran terlihat masih kurang aktif, interaksi antara guru dengan siswa sudah terjadi dua arah. Namun demikian pada siklus ini semua siswa memperhatikan deskripsi benda sekitar dengan sungguh-sungguh, namun belum bisa untuk mendongeng sendiri. Dipandang dari sisi guru dalam perbaikan pembelajaran siklus pertama sudah terlihat aktif dan lebih kreatif, mendongeng lepas dari teks dongeng dan berdiri di depan kelas, memotivasi siswa dengan baik. Namun guru masih canggung dalam mendeskripsikan benda sekitar di depan kelas sehingga kelihatan agak kaku.
2.         Siklus II
Peneliti membuat rencana dan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, Guru mendongeng dengan berdiri dengan mimik dan intonasi suara dengan gerakan tubuh, serta disertai media berupa boneka binatang yang disesuaikan dengan dongeng yang sedang didongengkan oleh guru serta dipadu dengan metode lebah berdengung.
Dalam melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti dibantu teman sejawat untuk melakukan observasi/pengamatan terhadap proses belajar mengajar dan pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah sebagai berikut : Siswa yang mendongeng tanpa ditunjuk oleh guru/inisiatif sendiri meningkat menjadi 80 % dari keseluruhan siswa kelas I, Siswa yang mendengarkan dongeng dengan sungguh-sungguh 90 % dan sedang 10 %, aktivitas siswa dalam belajar mendongeng dengan inisiatif sendiri 90 %, dengan bimbingan guru 10 %, semua sudah belajar mendongeng.

Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 100, nilai terendah 75, dengan nilai rata-rata kelas 85,5 dan tingkat ketuntasan klasikal 100 %. Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus II dihentikan
Dari hasil tes perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh nilai :
Nilai (X1)
Tally
Banyak Siswa (F1)
F1X1
75
1111
4
300
80
11111 11111
10
800
85
111
3
255
90
111
3
270
95
111
3
285
100
1111
4
400
Jumlah

27
2310
Tabel  2 : Distribusi frekwensi hasil belajar siklus II
Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh nilai rata-rata :
_      
X  2310  = 85,5
          27
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut :



Refleksi Siklus II
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus pertama mendorong peneliti untuk berupaya memperbaiki kekurangan. Dari sudut pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Suasana proses belajar semakin interaktif, sudah berjalan dua arah antara guru dengan siswa, siswa berani mendongeng dengan teman sebangku dengan suara keras walaupun kelihatan agak gaduh karena peneliti menggunakan metode yang penulis namakan metode lebah berdengung. Hal ini berlangsung selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Dari sudut guru dalam mengelola kegiatan perbaikan pembelajaran sudah cukup maksimal, guru tidak terpaku pada pola lama guru mendongeng siswa mendengarkan kemudian ganti siswa yang mendongeng, namun lebih mengoptimalkan interaksi siswa dengan guru dan banyak memberi kesempatan dan latihan mendongeng sendiri dengan temannya yang lain.
Pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi menyebutkan isi dongeng, dengan ditugasinya siswa untuk banyak latihan mendongeng dengan teman sebangku maupun yang lain mendorong siswa lebih proaktif tanpa menunggu perintah dari guru. Terhadap siswa yang kurang berani dan kurang pandai guru memberikan bantuan mendongeng ulang tersendiri saat siswa yang lain mendongeng dengan teman yang lain. Kepada siswa yang berani mendongeng tanpa ditunjuk guru, guru juga memberi aplaus atau penghargaan pujian dan acungan jempol.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan refleksi masing-masing siklus dapat di simpulkan indikator penelitian tindakan kelas  mata pelajaran bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur dongeng yang terdiri atas : 1). Guru trampil mengelola proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya mendongeng, 2). Terjadinya interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, 3). Siswa sudah bisa menceritakan kembali dongeng guru kepada teman sebangkunya, 4). Tercapainya target tingkat ketuntasan belajar klasikal dapat terwujud walaupun dengan dua siklus.

C.      Pembahasan
Pada awal pembelajaran guru bercerita dengan duduk sambil membaca buku, pada awalnya siswa mendengarkan cerita dengan sungguh-sungguh namun pada pertengahan guru membaca cerita siswa merasa bosan, dan cenderung bermain sendiri, sehingga saat guru memberikan tugas bercerita banyak siswa yang tidak berani, hanya beberapa siswa yang bisa bercerita ke kepada teman sebangkunya. Hal ini disebabkan karena saat guru bercerita hanya 50 % siswa yang mendengarkan sungguh-sungguh. Pada awal pembelajaran masih banyak siswa yang dalam belajar tidak bersuara/diam saja, tidak dapat mengawali bercerita. Perolehan nilai rata-rata kelas pada awal pembelajaran adalah 54,6. Sehingga perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I.
Pada Siklus I guru mengubah dongeng yang semula pada awal pembelajaran berupa dongeng tentang kerajaan menjadi dongeng tentang binatang yang lebih disukai oleh siswa, sehingga siswa bisa lebih tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran. Dalam hal aktivitas belajar bercerita, sudah terjadi penurunan dalam hal yang tidak bersuara atau tidak dapat bercerita dari 36% menjadi 20%, hal ini dikarenakan siswa termotivasi guru dalam bercerita dan atas bimbingan guru, sehingga sudah banyak yang memiliki inisiatif sendiri bercerita dengan temannya. Sehingga hasil tes menyebutkan isi cerita terjadi kenaikan dari 60,9 menjadi 70,9.
Pada siklus II guru memaksimalkan pembelajaran dengan bercerita dengan menggunakan media pembelajaran berupa boneka binatang yang disesuaikan dengan dongeng yang sedang didongengkan oleh guru dan dipadu dengan metode lebah berdengung/mendongeng bebas dengan teman sebangku maupun dengan teman lain, dalam hal ini kelas kelihatan gaduh namun hal ini menjadikan keunikan tersendiri dalam pembelajaran dan ternyata dengan metode ini pembelajaran menyebutkan isi dongeng di depan kelas berhasil dengan sempurna, dan keberanian siswa dalam bercerita sangat bagus. Aktivitas siswa dalam belajar bercerita dengan inisiatif sendiri meningkat menjadi 80%, hal ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel hasil tugas bercerita.
Hasil tes mengidentifikasi unsur cerita dari 27 orang siswa 100% tuntas dalam pembelajaran dan rata kelas menjadi 85,5.
Adapun hasil angket yang diisi siswa saat awal dan akhir pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut : Siswa yang menyenangi pelajaran mendongeng terjadi peningkatan dari 84% menjadi 96%. Memahami materi sebelum dan sesudah digunakan metode lebah berdengung 52% pada awal pembelajaran menjadi 88%.Yang memanfaatkan kesempatan bertanya pada guru terjadi peningkatan dari 12% pada awal pembelajaran menjadi 72%, hal ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel angket.
Berdasarkan data hasil tes dan diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran tentang bercerita ada peningkatan pada masing-masing siklus. Baik peningkatan rata-rata prestasi belajar yang cukup signifikan, peningkatan apresiasi siswa terhadap pembelajaran. Berikut ini peneliti sajikan tabel hasil penilaian serta tingkat ketercapaian target sebagai perbandingan pada setiap siklus.
Perbandingan Hasil Penilaian tiap Siklus.
KBM
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
Ketuntasan
%
Ket.
Awal
75
40
54,6
14,8

Siklus I
90
45
69,6
37

Siklus II
100
75
85,5
100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar