Selasa, 24 Januari 2017

CONTOH PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

 CONTOH PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA 



Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini


A.    JUDUL

CONTOH PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DI SEKOLAH DASAR(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran  Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas II SD Negeri Cibogo Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya)



B.     LATAR BELAKANG MASALAH

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah Dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Menurut  Muchlisoh (1992:119), empat aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

  1. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak.
  2. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara.

 Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah sesuai degan konteks waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi dilangsungkan. Standar kompetensi Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik yang mengggambarkan penguasaan pengetahaun keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Standar kompetensi yang dimaksud yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.

Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.

Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

Menurut pandangan “whole language” membaca tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahsa sekaligus, melainkan dapat hanya menyangakut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.

Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas rendah Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.



“Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat” (Depdikbud, 1994/1995: 4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Menurut Badudu (1993: 131) “Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif membaca, menyimak, menulis dan berbicara”.

Kenyataan di lapangan, khususnya di kelas II SDN Cibogo masih terdapat siswa yang kemampuan membacanya kurang. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam kemampuan membaca hanya mencapai 50, sedangkan KKM pelajaran bahasa Indonesia di kelas II SDN Cibogo sebesar 65. Faktor penyebab dari kemampuan membaca siswa masih kurang, diantaranya kefasihan dalam membaca kurang lancar, pelafalan, dan intonasi dalam membaca belum tepat. Selain itu faktor penyebab lain diantaranya minat baca siswa kurang, bimbingan dari keluarga masih kurang, motivasi yang diberikan kepada siswa baik dari guru maupun keluarga masih kurang, serta teknik pembelajaran yang digunakan secara konvensional.  



Untuk mengoptimalkan pembelajaran membaca permulaan di SD salah satu alternatif yang dapat dilakukan ialah melalui permainan bahasa. Menurut Seto Mulyadi (2006:71) yang dimaksud dengan “Bermain dalam konteks pembelajaran tidak sekedar bermain-main. Namun, bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar siswa”. Melalui interkasinya dengan permainan, seorang anak belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat menimbulkan frustrasi. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau mengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalamai frustrasi. Dengan mendampingi anak pada saat bermain, pendidik dapat melatih anak untuk belajar bersabar, mengendalikan diri dan tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi anak mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari untuk tidak cepat frustrasi dalam menghadapi permasalahan kelak di kemudian hari.

Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Permaian seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Diaz, A. (1992:142) mengemukakan pula bahwa dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya.

Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas II SD Negeri Cibogo Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya).



C.    PERUMUSAN MASALAH

1.      Identifikasi Masalah

Menurut Akhadiah (1991/1992: 31), “Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II”. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).

 Dalam hal pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, kemampuan membaca siswa Kelas II SD Negeri Cibogo Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu minat baca siswa, guru dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, bahan bacaan, serta kondisi perpustakaan sekolah.

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas II SD Negeri Cibogo Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya menyadari bahwa siswanya kurang berminat pada membaca, maka guru berupaya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa dalam melengkapi cerita yang menekankan pada pemberian permainan untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :

a.       Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran dalam peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?

b.      Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dalam peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?

c.       Bagaimana peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo?



3.      Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah tentang meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo, peneliti mengemas dalam suatu kegiatan kolaboratif  PTK, yaitu sebagai berikut :

  1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.
  2. Melaksanakan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.
  3. Melakukan pembelajaran bersiklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya berkesinambungan dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.



D.    TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.

2.      Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.

3.      Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita di Kelas II SD Negeri Cibogo.



E.     MANFAAT PENELITIAN

1.      Manfaat Teoretis

Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait digunakannya teknik permainan bahasa melengkapi cerita untuk meningkatkan kemampuan  membaca siswa Sekolah Dasar.

2.      Manfaat Praktis

Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti lainnya.

a.       Bagi Siswa

1)      Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal pengembangan potensi minat dan bakat melalui pembelajaran yang menyenangkan.

2)      Sebagai wahana dan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

3)      Memberikan motivasi untuk gemar belajar bahasa Indonesia, sehingga proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

b.      Bagi Guru

1)      Untuk memperoleh gambaran dan menjadikan suatu alternatif teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

2)      Menjadikan dorongan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran yang bermakna.

3)      Memberikan pengalaman berupa mengatasi permasalahan pembelajaran melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

c.       Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan beragam teknik pembelajaran baru dalam membaca khususnya dan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.



F.     LANDASAN TEORI

1.      Pembelajaran Membaca 

a.      Hakikat Membaca

Menurut Vacca (1991:172), “Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan”. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan. Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar.

Menurut Harris dan Sipay (1980:10) “Membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis”. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.

Dilain pihak, Gibbon (1993:70-71) mendefinisikan :

Membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.



Menurut Smith (1985:12) “Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual”. Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Menurut Anderson (1972:211) “Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan, maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya”. Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Peramalan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis.

Menurut Wilson dan Peters (dalam Cleary, 1993: 284) bahwa “Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.

b.      Membaca Permulaan

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Menurut Anderson (1972:209), “Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decodingMembaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Menurut Syafi’ie (1999:7), bahwa “Pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan”. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the word dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.

Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206), bahwa :

Proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) Visual Memory (VM), (b) Phonological Memory (PM), dan (c) Semantic Memory (SM). Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya.



Tingkat Visual Memory (VM), huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat Phonological Memory (PM) terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari Visual Memory (VM) dan Phonological Memory (PM). Akhirnya pada tingkat Memory (SM) terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan/kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

2.      Kemampuan Membaca

Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Menurut Tarigan (1999:10-11), “Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu : (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning.”

Hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar