Sabtu, 18 Februari 2017

(PTK) BAHASA INDONESIA SMA

(PTK) BAHASA INDONESIA SMA

 JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)


Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia kelas XII IPS 1 SMA Negeri Ajibarang. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan pidato persuasif siswa kelas XII IPS 1 semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan, bagan lomba, lembar soal evaluasi, lembar penilaian. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus I adalah 68,40 siklus II 86,06. psikomotorik siklus I 63,20, siklus II 69,00. Ketuntasan belajar siklus I 25%, siklus II 82%.
Kata kunci: ketrampilan, metode simulasi, pidato.
Pendahuluan.
Kesan bahwa materi pelajaran berpidato pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak menyenangkan (membosankan), yang muncul setiap siswa diajar ketrampilan berpidato, menjadi cermin betapa mengajarkan materi berpidato sebagai materi yang harus diusahakan sungguh-sungguh. Pidato masih dianggap momok, sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Untuk dapat berpidato di depan khalayak memang harus menguasai materi yang hendak disajikan, harus mempunyai teknik berbicara yang baik, mempunyai keberanian mental. Jadi tidak sekadar teori pidato, apalagi tanpa praktik.
Teknik mengajar yang konvensional tidak lagi dipercaya sebagai sistem yang relevan dengan tuntutan kemampuan psikomotorik pada hasil belajar siswa. Guru dituntut inovatif dalam menggali metode-metode pembelajaran. yang kreatif. Guru tidak lagi harus mempertahankan dan membanggakan teknik maupun metode masa lalunya. Zaman semakin berkembang, tuntutan masyarakat semakin meningkat. Metode mengajar pun harus semakin bervariatif. Guru yang masih berkutat dengan metode mengajar masa lalunya, akan “ditinggalkan” oleh siswa-siswanya.
Proses belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall, bukan sekadar penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan (logos). Akan tetapi, lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001).
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini. (http://sinarharapan.co.id, 2002).
Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.
Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia. Betapa tidak, keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai.
Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato siswa sebatas teori.
Dari fenomena di atas maka upaya peningkatan kemampuan berpidato para siswa merupakan hal yang mendesak dan segera diatasi jalan keluarnya.
Salah satu upaya untuk itu adalah menerapkan Model Pembelajaran dengan Metode Simulasi Lomba Pidato pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpidato para siswa.
Dengan demikian maka masalah dalam penelitian tindakan ini ialah:
Apakah Hasil prestasi siswa dapat ditigkatkan melalui Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia?
Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia, bertujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran pidato, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, terutama pada pembelajaran pidato. Dan meningkatkan prestasi akademik siswa.
Lima Hukum Yang Komunikatif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena diyakini bahwa komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. (http://sinarharapan.co.id, 2002).
Jadi pidato merupakan perpaduan ketrampilan dalam meraih perhatian pendengar, menyampaikan materi pidato dengan penuh cinta kasih, membangkitkan minat pendengar terhadap materi pidato, sehingga tumbuh kepedulian, dan simpati positif, serta berani memberikan tanggapan dan respon positif terhadap peristiwa dalam materi pidato.
Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas, mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang banyak (public).
Banyak cara yang telah dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pelajarannya di depan kelas. Tidak sedikit variasi yang dipakai guru dalam kegiatan belajar mengajar. Segala teknik telah diterapkan untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Teknik, cara, ataupun apa istilahnya, dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan metode. Bagaimana sesungguhnya metode yang dapat digunakan dalam pengajaran pidato di kelas?
Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar diberi kesempatan pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga dapat memperbaiki kesalahan sendiri.
Metode Simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya. (http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf).
Setidaknya metode simulasi memberi kesempatan pada siswa untuk mencoba pidato, mulai dari persiapan sampai dengan penampilan di depan orang lain. Bukan sekadar belajar teori pidato, atau sebatas pengetahuan pidato, tetapi belajar teori pidato yang sekaligus mempraktikannya. Maka keterampilan pidato, yang memang membutuhkan banyak pengetahuan. Metode simulasi ini dapat membantu guru bahasa Indonesia untuk mempermudah dan mengefektifkan pembelajaran pidato di hadapan para siswanya.
Lomba pidato adalah ajang kompetisi ketrampilan pidato bagi siswa. Ajang simulasi pidato dapat dimanfaatkan sebagai ajang berlatih bagi para siswa sebelum mereka terjun ke masyarakat.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lomba adalah 1. adu kecepatan (berlari, berenang, dsb). 2. adu ketrampilan (ketangkasan, kekuatan dsb.). Jadi pada situasi lomba yang dimaksud dalam pengertian ini adalah mengubah kondisi kelas pembelajaran menjadi situasi berlomba. Dalam hal ini penekanannya pada; adanya adu ketrampilan antarsiswa, sehingga ada rasa bersaing sesama siswa, ada unsur penilaian. Penilaian ini akan berdampak siswa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Ada unsur kemenangan. Siswa akan merasa bangga atas prestasi yang dapat dicapai. Ada unsur penghargaan. Penghargaan ini hanya sebatas pada nilai maupun pujian, ataupun sebutan tertentu, seperti super orator atau sebutan yang lain.
Namun, kembali lagi bahwa lomba ini hanya merupakan simulasi untuk pembelajaran. Jadi sifatnya penyemangat, dan klinis, memperbaiki kemampuan belajar siswa, suasana menyenangkan, dan pada penilaiannya pun tidak membuat siswa jera, bagi yang tidak dapat meraih prestasi baik. Dan tidak menjadikan siswa takabur, bagi yang berprestasi baik.
Pada cakupan ini, lomba yang dimaksud adalah lomba pidato berbahasa Indonesia. Artinya materi pidato boleh dari berbagai tema, tidak harus tema-tema ilmu bahasa Indonesia, tetapi boleh tema ekonomi, lingkungan, politik, sosial, budaya, atau yang lain sebatas tidak melanggar hukum maupun kaidah SARA. Dan pidato ini harus menggunakan bahasa Indonesia.
Pidato, di samping untuk memberi informasi kepada pendengar, bisa untuk mempengaruhi atau memerintahkan sesuatu kepada pendengarnya supaya berbuat sesuatu yang diinginkan pembicaranya.
Menurut Burgoon & Rufner, persuasi ialah proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat & keinginan komunikator. Atau proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman. (http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/)
Apabila pidato itu ditulis maka menjadi bentuk teks pidato yang siap dibacakan (menggunakan teknik membaca teks) maka tulisan itu pun harus bersifat persuasi.
Tulisan persuasif adalah tulisan yang berisi himbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi orang lain, tulisan harus disertai penjelasan dan fakta-fakta. (Dwi Hartati, http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf).
Jadi intinya agar siswa dapat mempengaruhi orang lain (audiens) untuk melakukan sesuatu, sesuai keinginan pembicara.
Pidato merupakan bagian dari proses komunikasi. Dalam sebuah komunikasi tentu ada lawan bicara, ada kandungan informasi yang disampaikan. Muatan informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah dan benar. Di samping itu pidato dapat mengakibatkan berubahnya pikiran pendengar selaras dengan isi pidato yang telah didengarnya.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).
Jadi pidato merupakan proses komunikasi yang berisi sebuah informasi, mengandung maksud, dan menimbulkan efek berubahnya pikiran seseorang.
Oleh karena itu untuk dapat melakukan pidato, seseorang harus dapat menguasai informasi atau materi yang akan dikomunikasikan, harus menguasai teknik berbicara agar maksud informasi dapat dipahami dengan baik, pidato efektif, serta mampu mengubah pikiran pendengar.
METODE
Kegiatan ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini siswa kelas XII IPS1 SMA Negeri Ajibarang.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap Pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
TABEL 1 Pelaksanaan Tindakan pada Setiap Siklus
Siklus/Materi
Pokok/Waktu
Rencana Tindakan
Awal
Pertengahan
Akhir
Siklus 1
Cara berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat
4 x 45 menit
Siswa mempersiapkan diri untuk memper-oleh pelajaran tentang pidato, dan penyiapan alat tulis masing-masing. Guru menyiapkan perangkat mengajar, lembar-lembar pengamatan.Siswa memperhatikan penjelasan guru ten-tang teknik pidato, seperti komponen pidato, teknik pidato dari segi lafal, intonasi, nada, dan sikap pidato.
Siswa menyusun teks pidato persuasif.
Siswa pratik pidato dan sekaligus meng-amati teman lain yang sedang berpidato. Guru melakukan observasi.
Siswa mendisku-sikan kekurangan dan kelebihan dalam pidato, melaksana-kan nevaluasi. Guru melakukan refleksi
Siklus 2
Cara berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat (perbaikan teknik/ metode)
4 x 45 menit
Siswa lebih memper-siapkan diri untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Guru menyiapkan materi menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia.
Siswa memperoleh penjelasan dengan metode mengajar yang lebih lengkap. Guru melakukan presentasi menggunakan media pembelajaran berbasis IT.Siswa memberikan komentar atas pem-belajaran pidato yang telah dilaku-kan. Dan melaksana-kan evaluasi tertulis
Guru melakukan refleksi
Pengamatan ini dipusatkan pada aktivitas pembelajaran dan keterampilan siswa dalam melaksanakan tugas pelajaran.
Keunggulan metode simulasi ini, semua siswa mempersiapkan materi pidato yang berupa teks. Semua siswa tampil di hadapan siswa lain di kelasnya. Siswa diberi kesempatan mengamati dan diamati siswa lain dalam berpidato. Baik dari segi bobot materi pidato, penampilan, maupun bahasa yang digunakan.
Data yang akan diambil adalah kualitas teks pidato, data penampilan yaitu: Keakuratan informasi, Hubungan antar-informasi, Ketepatan struktur dan kosa kata, Kelancaran berpidato, Kewajaran urutan wacana, Gaya pengucapan, Lafal, Intonasi, Nada, dan Sikap. Data yang diperoleh dapat berupa nilai kualitatif. Sedangkan data kuantitatif dapat diambil dari nilai evaluasi koqnitif secara tertulis.
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dalam pengambilan data, dengan saat praktik pidato yang hampir bersamaan, maka penulis menggunakan teknik sampel. Pada penelitian tindakan ini sekurang-kurangnya sampel yang digunakan mencapai siswa 20 orang.
Indikator Kinerja penelitian ini setidak-tidaknya 80% dari jumlah siswa dapat membuat teks pidato tertulis. Sekurang-kurangnya 80% jumlah siswa dapat melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Sekurang-kurangnya 80% jumlah siswa dapat mengamati penampilan siswa lain. Artinya siswa melihat kelebihan dan kekurangan teknik berpidato siswa lain. Dan sekurang-kurangnya 70% jumlah siswa dapat memahami konsep teknik pidato.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian.
Pada awalnya siswa pesimis atas kemampuannya dalam berpidato. Namun setelah mendapatkan penjelasan tentang teknik menyiapkan naskah pidato, teknik berpidato, dan menyaksikan simulasi lomba pidato, maka siswa mulai berangsur lebih optimis. Ada pengetahuan yang belum pernah didapatkan sebelum pembelajaran ini. Setidak-tidaknya ada peningkatan pemahaman tentang konsep berpidato. Namun demikian keterampilan pidato, seperti pembicara yang profesional, belum mampu dikuasai. Masih butuh banyak waktu untuk belajar.
Data observasi yang telah diperoleh dengan model lomba pidato berbahasa Indonesia dalam Siklus 1 masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas praktik berpidato baru mencapai 63,20. Masih berada di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6,70, Hubungan antar-informasi 6,15, Ketepatan struktur dan kosa kata 6,45, Kelancaran berpidato 6,55, Kewajaran urutan wacana 6,35, Gaya pengucapan 6,25, Lafal 6,45, Intonasi 6,10, Nada 6,15, dan Sikap 6,05. Belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Dan nilai rata-rata evaluasi koqnitif tertulis mencapai 68,40.
Ini berarti masih ada kekurangsempurnaan pada perencanaan ataupun pada proses pembelajaran. Siswa belum dapat melakukan pidato dengan baik, meskipun semua siswa telah mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Dan hasil evaluasi tertulis menunjukkan hasil yang baik. Dari hasil refleksi pada siklus 1 maka perlu ada perbaikan prosedur pembelajaran pada penyempurnaan model pembelajaran, termasuk pada simulasi pidato.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar