Rabu, 27 Juli 2016

Menentukan Konflik yang Tepat

 Menentukan Konflik yang Tepat


JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini

Atau Cek FB Kami Disini

Hey, friends! How’s life? I hope it’s good! Mine is very good, indeed. Merry christmas for everyone who celebrate it! God bless you! The new year is near so prepare your wishes and resolution! Jadi berhubung sekarang lagi liburan, I have a lot of things to share, and a lot of questions to answer! Mari kita lihat pertanyaan dari salah satu teman kita yang berikut ini:So the question is: how to create a conflict? This is actually a very very very easy question, yet so hard to answer. Kita sebagai manusia, paling jago bikin konflik, betul? Setiap hari selalu aja ada masalah, baik dari dalam maupun dari luar. Kita mahluk yang paling pinter bikin masalah, baik sengaja maupun gak.

Nah untuk menjawab pertanyaan Mbak Eti, kita harus menjawab dulu pertanyaan ini, “Kenapa kita bisa buat konflik?” Jawabannya adalah, karena kita manusia. Manusia selalu buat kesalahan. Manusia tidak bisa mengontrol semua hal, dan kadang-kadang situasi jadi lepas kendali. Yakin deh, walaupun kita mingkem alias diam aja selama seharian, pasti bakal ada masalah. Entah itu teman yang curhat karena baru diputusin, atau tiba-tiba hujan padahal kita baru aja nyuci motor, atau saudara yang marah-marah gak jelas karena lagi bad mood. Nah, itu aja kalau kita diam, gimana kalau kita beraktivitas? Bisa bayangin ga berapa banyak masalah yang bakal muncul dari luar + masalah yang gak sengaja kita buat?

Jadi cara untuk menentukan konflik adalah sebagai berikut :D

Untuk tahu masalah kita harus telisik dari akarnya dulu. Akarnya konflik adalah para tokoh karena tanpa tokoh, tidak akan ada konflik. Apalagi kalau tokoh protagonis bertemu dengan antagonis, karena punya beda prinsip/karakter, maka muncul konflik. Nah, maka dari itu kita harus menelusuri tokoh kita juga, yaitu dengan cara berikut.

Seperti apakah karakter tokoh A? Apakah dia impulsif? Nah, biarkan saja dia impulsif. Jangan kontrol gerakannya. Sebagai penulis, yang kita pikirkan bukanlah, “Seperti apa jalan cerita berikutnya menurut aku?” tapi, “Kalau aku adalah A, apa yang kemungkinan besar akan aku lakukan?” Percaya deh, kalau kamu pakai pertanyaan yang pertama, ceritamu akan jadi kaku. Konflikmu akan nampak dibuat-buat. Alurmu jadi tidak alami. Kamu memaksa A untuk mengikuti gerak jalanmu. Padahal tiap tokoh, baik dari fanfiksi maupun fiksi original, punya aliran sendiri, lho.

Bayangkan saja, misalnya kamu orangnya melankolis, sementara tokohmu orangnya ceria, pemikirannya udah pasti beda, kan? Jadi kalau kamu paksakan prinsipmu pada tokohmu yang ceria, tidak akan ketemu. Akhirnya konflikmu mentok, dan kalau dipaksa malah terseok-seok.


Kalau kita sudah kenal karakter tokoh kita, maka konflik itu akan tumbuh dengan sendirinya sesuai dengan kelebihan dan kelemahan mereka. Saya sudah mengalami ini berulang-ulang kali, dan kalau tokoh saya itu beneran hidup, saya pingin peluk cium mereka karena MEREKA SUDAH MEMBANTU SAYA. Iya, ini kebalik banget. Harusnya kita sebagai penulis yang menentukan kehidupan para tokoh. Harusnya kita yang membantu para tokoh untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Tapi terkadang, kita sebagai penulis punya keterbatasan ide. So let them talk to you! Saya seringkali punya ide cerita hanya dari  sampai J, tapi para tokoh cerita saya mengembangkannya dari J sampai Z.

Saya tipe penulis yang cuma bisa buat pembuka sama penutup; kalau masalah isi saya benar-benar blank. Saya sering banget bengong di depan laptop saat menyusun draft, tidak tahu mau tulis apa lagi karena semua ide terasa klise. Tapi kemudian saya renungkan seperti apa sifat karakter, dan kesalahan apa yang paling mungkin mereka buat. Akhirnya konflik jadi panjang (dan malah kebanyakan), dan itu masih dianalisa dari sudut pandang satu tokoh!

Sama seperti manusia yang sifatnya kompleks dan rumit, tokoh juga begitu. Ada 1001 masalah yang seorang tokoh buat. Apalagi kalau tokoh tersebut punya kelemahan khusus, kemungkinannya bisa bertambah dua kali lipat. Jadi intinya; jangan terlalu banyak mikir dan biarkan para tokoh berbicara! Believe me, your characters are professional troublemakers!

Jadi kalau kamu stuck saat ingin menulis konflik, jangan berhenti. Just think: What would logically happen next? Tokohmu pasti bisa menjawabnya dengan baik :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar