Senin, 05 Desember 2016

Contoh PTK : Bahasa Indonesia Untuk SMP Kls VIII

Contoh PTK : Bahasa Indonesia Untuk SMP Kls VIII


JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini


Atau Cek FB Kami DISINI 

PENDAHULUAN

  1. A.      Latar Belakang Masalah
Pada abad ini hampir di segala sektor kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat, bahkan hampir tak terduga. Supaya semua perubahan tersebut segera dapat diketahui seseorang harus memperoleh informasi dari sumber manapun. Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan itu semua adalah kemampuan membaca. Kemampuan membaca tersebut bukan sekadar dapat membaca, melainkan membaca secara cepat, apalagi sumber informasi digital dan elektronis yang sekarang ini semakin pesat.
Menurut Baldridge (1979), setiap calon cendekiawan abad modern ini dituntut untuk membaca 850.000 kata/menit. Jika seseorang hanya mampu membaca 250 kata/menit, dalam seminggu ia harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/hari. Sungguh dramatis, bukankah hidup ini tidak hanya diabdikan untuk membaca? Masih banyak tugas lain yang lebih penting daripada itu. Agar seseorang dapat memanfaatkan waktu dengan efisien, sekali lagi seseorang perlu memiliki keterampilan membaca cepat. Kemampuan membaca cepat ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ditetapkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa semakin berkembang karier seseorang tuntutan untuk membaca juga semakin besar, padahal waktu yang tersedia semakin terbatas. Semua harus berpacu dengan informasi dan gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya. Informasi yang membanjir akan memperbudaknya apabila ia tidak terampil membaca cepat. Sementara itu, masih terdengar keluhan bahwa kemampuan membaca buku-buku para mahasiswa Indonesia terlalu lemah. Mereka terlalu lama menyelesaikan pembacaan buku-buku, bahkan buku-buku yang tipis sekalipun. Hal itu terjadi bukan hanya karena kesalahan mereka. Sewaktu bersekolah di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar mereka memang diajari membaca, mengenali kata, mengejanya, dan seterusnya. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama mereka tidak lagi diajari cara membaca yang benar. Salah satunya adalah cara membaca cepat yang benar.
Tampaknya terdapat berbagai sebab mengapa kemampuan membaca para siswa kita rendah .Faktor yang dimaksud dapat berasal dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor dari dalam berarti faktor dari siswa. Mereka mempunyai kebiasaan ‘menunda atau interupsi, mengulangi pembacaan, vokalisasi dan subvokalisasi. Sedangkan faktor dari luar misalnya dari guru. Guru kurang tepat dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Secara tidak langsung hal tersebut akan semakin membuat kemampuan membaca para siswa semakin rendah dan ini berarti semakin memperbesar ketidak berhasilan pembelajaran membaca cepat.
Dalam penelitian tindakan kels ini peneliti menginformasikan salah satu ‘media’pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat.  Media yang dimaksud adalah media ’teks berjalan’. Dengan media tersebut diharapkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca cepat seperti yang sudah disebutkan di atas dapat dihindari.

  1. B.           Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
  1. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca cepat bahan-bahan pustaka yang ada.
  2. Kurangnya minat dan motivasi siswa membaca cepat teks bacaan.
  3. Ketidaksesuaian strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran membaca cepat.
  4. Ketidaksesuaian media pembelajaran yang digunakan guru untuk dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam membaca cepat.

  1. C.          Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagaai berikut.
  1. Mengapa kemampuan membaca cepat para siswa masih rendah?
  2. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan membaca cepat para siswa?
  3. Media pembelajaran apa yang dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat para siswa?
  4. Bagaimana media ‘teks berjalan’ dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat para siswa?           

D.     Tujuan Penelitian
Tujuan umum penggunaan media ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga berdampak pada peningkatan kompetensi siswa. Tujuan khususnya adalah mengetahui efektivitas media dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca cepat yang merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum KTSP.

E.     Manfaat Penelitian
1.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi para siswa dan guru, terutama guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaraan membaca cepat.
2. Dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa sehingga pembelajaran membaca cepat lebih menunjukkan keberhasilannnya. Kebiasaan ‘menunda dan interupsi, serta regresi pun akan dapat dikurangi bahkan dihindari.
3.  Bagi guru, kegiatan memilih atau merancang media pembelajaran yang tepat dan inovatif akan lebih meningkatkan kreativitas mereka.
4.  Guru akan lebih tertantang untuk bisa berkreasi dan berinovasi sendiri dalam membuat media-media pembelajaran alternatif-inovatif.
5.  Bagi lembaga pendidikan penelitian ini akan bisa memberikan satu kontribusi yang cukup berarti apabila disosialisasikan dan dikembangkan di kalangan guru. Bentuk sosialisasi tersebut misalnya pelatihan-pelatihan media pembelajaran, simposium-simposium guru, workshop multimedia, dan sebagainya.

BAB II
LANDASANTEORIDANHIPOTESISTINDAKAN

        
A.    Landasan Teori
1.      Pengertian Media
Secara harfiah kata ‘media’ yang dalam bahasa latin disebut mediumb berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Banyak para pakar yang memberi batasan tentang media. Assosiation of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaiakan pesan dan informasi. Selain itu Gagne (1970) menyatakan, bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswayang dapat merangsang kegiatan belajar.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa media pendidikan adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2002:726). Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat lunak (soft ware) dan atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu Brown, dkk (dalam Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Bahan PTBK Guru Mapel Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, hal. 18) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for learning) , sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities forlearning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.
Dari berbagai sumber dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa dapat lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Dengan kata lain, ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena siswa akan lebih terbantu dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.
  1. 2.      Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Briggs (1986:23) mengemukakan bahwa media pembelajaran ada 13 bagian yaitu : a) objek, b) model, c) suara,                d) langsung, e) rekaman, f) audio, g) media cetak, h) pembelajaran terprogram, i) papan tulis, j) media transparan, k) film rangkai, l) film bingkai, m) film televisi dan gambar. Sedangkan Amir Hamzah Sulaiman (Nyoman S. Degeng 1993:5) menggolongkan media sebagai berikut.
  1. Alat-alat audio, alat-alat yang menghasilkan bunyi atau suara.
  2. Alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan bentuk atau rupa yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual dibedakan menjadi : 1) alat-alat visual dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan alat-alat visual dua dimensi pada bidang transparan dan 2) Alat-alat visual tiga dimensi.

Sementara Rudy Bratz (Arief S. Sadiman 1986:20) mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu : a) media audio visual gerak, b) media audio visual diam, c) media audio visual semi gerak,       d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g) media audio dan h) media cetak. Selanjutnya Gagne (Arief S. Sadiman  1986:23)  mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu  a) benda didemonstrasikan, b) komunikasi lisan, c) media cetak, d) gambar diam, e) gambar gerak,     f) film bersuara dan g) mesin belajar. Masih banyak lagi yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum mereka berpendapat media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : visual, audio dan audio visual.
Berdasarkan uraian tentang klasifikasi media pembelajaran di atas, maka media Baba termasuk media cetak. Media cetak biasanya diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan professional atau pun produksi sendiri. Penggunaan media cetak ada beberapa keuntungan dan kelemahannya. Keuntungan media cetak adalah : a) media cetak relative murah; b) penggunaannya mudah; c) lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau dipindahkan. Kelemahannya dari media cetak adalah : a) jika tidak dirancang denan baik membosankan; dan b) kurang memberikan suasana yang hidup.
  1. 3.      Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Derek Rowtree (Imam Supardi 1987:11) fungsi media pembelajaran sebagai berikut.
  1. Membangkitkan motivasi belajar.
  2. Menyediakan stimulus belajar bagi siswa.
  3. Membantu siswa untuk mengulang atau mempelajari kembali pelajaran yang telah diterima.
  4. Dapat memberikan umpan balik dengan segera baik siswa maupun guru.

Sedangkan menurut Nyoman S. Degeng (1993:24) secara garis besar fungsi media pembelajaran sebagai berikut:
  1. Menghindari terjadinya verbalisme.
  2. Membangkitkan minat/motivasi.
  3. Menarik perhatian siswa.
  4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran.
  5. Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar.
  6. Mengaktifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas selanjutnya dapat dikemukakan bahwa fungsi media pendidikan adalah : a) mengurangi verbalisme,         b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, c) dapat memberikan umpan bai\lik dengan segera baik siswa maupun guru dan                         d) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
  1. 4.      Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk lebih mengefektifkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yang perlu diperhatikan antara lain : tujuan, ketepatgunaan, keadaan siswa, ketersediaan, mutu teknis dan biaya yang tersedia dapat dijabarkan sebagai berikut.
  1. Tujuan : media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
  2. Ketepatgunaan : jika materi yang kita pelajari sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka guru harus memilih media yang sesuai.
  3. Keadaan : harus sesuai keadaan, kemampuan siswa dan besar kecilnya kelas.
  4. Ketersediaan : ada atau tidaknya media yang diperlukan apabila mungkin guru membuat sendiri.
  5. Mutu teknis : harus betul-betul sesuai dan cocok untuk dugunakan sebagai alat Bantu di sekolah.
  6. Biaya : biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang dicapai.
Sedangkan menurut Dick Caray (Arief S. Sadiman 1986:36) hal-hal yang menjadi kriteria dalam pemilihan media pendidikan adalah sebagai berikut.
  1. Kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar.
  2. Ketersediaan sumber setempat.
  3. Ketersediaan dana, tenaga, fasilitas untuk membeli dan memproduksi.
  4. Keluwesan, keaktifan, ketahanan media untuk waktu yang lama.
  5. Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kriteria pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan antara lain : tujuan, keadaan, ketersediaan sumber setempat, mutu teknis dan dana.
  1. 5.      Media Pembelajaran Teks Berjalan
Batasan tentang media pembelajaran dijelaskan dalam Dictionary of Education. Instructional media is devices and other materials which present a complete body of information and are largely self-suporting rather than supplementary in thenteaching-leraning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. Teks berjalan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah satu jenis media yang berupa teks yang ditulis dalam sebuah strip film. Teks tersebut selanjutnya direkam dalam sebuah vcd kosong (blank vcd). Penggunaannya dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan alat bantu lain yaitu satu unit komputer dan satu unit LCD. Seandainya tidak tersedia komputer dan LCD guru bisa menggunakan VCD player dan satu unit TV monitor. Hanya saja kalau menggunakan VCD player dan TV monitor maka jangkauan baca para siswa menjadi terbatas, kecuali kalau guru menggunakan TV monitor yang cukup besar.
Membaca cepat yang dimaksud dalam tulisan ini adalah salah satu jenis membaca yang dilakukan secara cepat (sekitar 250 kata per menit). Tujuan kegiatan membaca adalah agar pembaca memahami ‘ide pokok’ dan ‘detail penting’terhadap isi teks bacaan. Soedarso (1988) menjelaskan bahwa dalam membaca cepat terkandung di dalamnya pemahaman yang cepat pula.Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannya kecepatan (hal. xiv).
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh seseorang dalam membaca adalah mereka terlalu menekuni detail sehingga kehilangan ide sentralnya. Menemukan ide pokok suatu paragraf atau bacaan adalah kunci untuk mengerti apa isi bacaan. Lebih lanjut Soedarso menjelaskan bahwa pada hakikatnya, membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan. Karena  kebiasaan yang salah yang kita bawa dari kecil ketika kita belajar membaca, cara membaca kita menjadi lambat. Keadaan tersebut dipacu oleh beberapa kebiasaan yang salah, di antaranya vokalisasi ,gerakan bibir, gerakan kepala, menunjuk dengan jari, regresi dan subvokalisasi.
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara, menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan jari, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, seperti dilakukan semasa kanak-kanak, merupakan kebiasaan yang menghambat kecepatan membaca. Dengan menggerakkan bibir ataupun bersuara (mengucapkan kata demi kata) kecepatan membaca menjadi amat berkurang, yaitu hanya seperempatnya jika kita membaca secara diam. Kecepatan menjadi berkurang karena orang lebih memperhatikan pengucapannya daripada menangkap ide yang terkandung dalam sebuah tulisan. Orang pun lebih cepat lelah karena kegiatan  lebih tertumpu pada aktivitas otot. Hal senada diperkuat oleh Colin Rose dalam bukunya yang berjudul Accelerated Learning. Femmy Syahrani, (dalam K.U.A.S.A.I Lebih Cepat, Buku Pintar Accelerated Learning) penerjemah buku Rose tersebut menjelaskan bahwa kemampuan membaca cepat dapat dimiliki apabila seseorang membaca berdasarkan cara visual murni (1999: 68). Membaca berdasarkan cara visual murni dapat disamakan maknanya  dengan membaca tanpa bersuara (vokalisasi atau subvokalisasi).
Dijelaskan oleh Rose bahwa mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga. Oleh karena itu, kita tidak boleh ‘mendengar’ perkataan dalam benak kita ketika kita sedang membaca. Apabila hal tersebut tetap kita lakukan berarti kita benar-benaar telah melambatkan pembacaan kita. Kita hanya dapat ‘mendengar’ perkataan sekitar 250 kata per menit, tetapi kita dapat melihat kata dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih. Hal sama dijelaskan juga oleh Hernowo (editor) dalam Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca (2005: 142). Hal yang sama juga terjadi pula ketika seseorang menggerakkan kepala dan menunjuk teks bacaan dengan tangan. Hal ini disebabkan gerakan mata serta proses di otak jauh lebih cepat daripada gerakan kepala dan tangan itu. Lebih lanjut Soedarso menjelaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang melibatkan fisik itu dapat diatasi bahkan dihilangkan  asalkan pada diri siswa kita latihkan cara-cara penanggulangannya. Waktu yang kita gunakan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan negatif tersebut sekitar dua minggu.
Hambatan lain yang sulit diatasi adalah regresi atau mengulangi pembacaan beberapa kata ke belakang. Ditegaskan lagi oleh Rose (dalam K.U.A.S.A.I Lebih Cepat Pembelajaran Accelerated Learning, karya terjemahan Femy Syahrani) bahwa dengan membaca ulang seperti itu berarti kecepatan membaca seseorang akan terpotong sepertiganya (1999: 68). Hal sama dijelaskan oleh Hernowo (editor) dalam Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca (2005: 143).Kebiasaan regresi ini disebabkan melamun atau  kurang berkonsentrasi sewaktu membaca. Dengan kata lain, secara mental siswa mengerjakan hal lain di tempat lain sementara ia sedang membaca di sini. Kebiasaan beregresi akan dapat dihilangkan dengan memanfaatkan media ‘teks berjalan’. Huruf-huruf yang cepat menghilang membuat siswa bergegas menyelesaikan pembacaan sehingga mereka tidak berkesempatan melakukan regresi (mengulang).
Dari paparan di atas dapat kita ambil simpulan tentang manfaat menggunakan media pembelajaran ‘teks berjalan’. Dengan media ‘teks berjalan’secara langsug atau tidak langsung beberapa kebiasaan salah tersebut akan dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan kemampuan membaca sekaligus peningkatan keberhasilan pembelajaran membaca cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar