Senin, 05 Desember 2016

Penelitian Tindakan Kelas Pel Bahasa Indonesia kelas VIII


JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini


Atau Cek FB Kami DISINI 

BAB  I
PENDAHULUAN
A.  Latar  Belakang  Masalah
Dalam  kurikulum  sekolah  mulai  dari  tingkat  dasar  sampai  menengah,  mata  pelajaran  bahasa Indonesia  wajib  diajarkan  kepada  siswa  agar  siswa  mengenal,  memahami  dan  mencintai  bahasa negaranya  sendiri.  Pengenalan  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  perlu  diberikan  sejak  dini  kepada  siswa sejak  duduk  dibangku  Sekolah  Dasar.
Kegiatan  dalam  pembelajaran  bahasa  Indonesia  meliputi  beberapa  aspek,   antara  lain : Mendengarkan,  Berbicara,  Membaca,  dan  Menulis. Dalam  materi  pelajaran  bahasa  Indonesia,  keempat aspek  kebahasaan  tersebut  juga  tertuang  dalam  kurikulum  2004  ditambah  dengan  aspek  Apresiasi  Sastra.
            Salah  satu  kegiatan  dalam  mengapresiasi  sastra  adalah  meringkas  novel. Dalam  pembelajaran meringkas  novel  Remaja  Indonesia,  daya  serap   yang   diperoleh   siswa   kelas   VIII-4   dalam   kategori   cukup   yaitu
Rerata  73.  Perolehan  rata-rata  tersebut  perlu  ditingkatkan  karena  berada  pada  batas  70 – 75.  Dengan demikian  menurut  peneliti,  hasil  tersebut  masih  rendah.  Rendahnya  daya  serap  kompetensi  ini disebabkan  karena  metode  pembelajaran  yang  dipergunakan  oleh  guru   kurang  tepat.  Hal  ini  yang mengakibatkan  antusiasme  siswa  dalam  pembelajaran  kompetensi  ini  kurang,  serta  hasil  tugas  yang dikerjakan  oleh  siswa  terkesan  asal-asalan.  Beberapa   faktor   yang   menyebabkan  hal  tersebut  di  atas adalah : 
(1) Konsentrasi belajar siswa tidak lebih dari 20 menit. Padahal dalam membaca novel dibutuhkan konsentrasi dan waktu yang lama.
(2) Materi yang terdapat dalam buku paket siswa, ceritanya kurang menarik dan tidak dikenal oleh siswa. Ini yang mengakibatkan siswa tidak tertarik pada kompetensi dasar ini. Selain itu materi yang ada dibuku paket siswa hanya merupakan ringkasan cerita dari satu bagian dalam isi novel. Jadi siswa hanya mengenal sepenggal isi cerita novel tersebut.
(3) Dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran ( 2 X pertemuan ), tidak mungkin siswa dapat membaca isi novel secara keseluruhan sampai selesai.
(4) Kurangnya koleksi  novel yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah, sehingga apabila guru mengganti cerita novel yang ada di buku paket dengan cerita novel yang sedang boming atau terkenal dan dikenal oleh remaja terutama untuk anak SMP, perpustakaan sekolah hanya mempunyai koleksinya dalam jumlah terbatas.
Meskipun   daya   serap   nilai   bahasa   Indonesia   cukup  bahkan
masih kurang, sampai saat  ini guru masih belum juga beranjak melakukan  upaya bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII-4, terutama dalam hal  meringkas serta menanggapi novel. Selama ini guru masih mengacu hanya pada buku paket pegangan siswa. Tidak mencoba untuk mencari materi yang di luar  paket siswa. Alasannya jika mencari novel  yang di luar paket siswa, kendalanya  justru  pada jumlah novelnya yang tidak ada. Jika siswa  diberi  tugas  membaca  novel dalam waktu satu minggu, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru, mereka beralasan membaca cerita novelnya belum selesai karena banyak tugas dari guru lain, atau tidak mendapat giliran membaca novel dari temannya satu kelompok. Kalaupun siswa yang tidak selesai membaca isi novel tersebut mengerjakan tugas guru, tugas yang  dikerjakan asal-asalan saja (asal  mengerjakan,  biarpun  sedikitsalah asal tidak dihukum oleh guru).
                     Selama ini proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti selaku guru bahasa Indonesia di SMP. BAHAUDDIN NGELOM TAMAN, juga merupakan kegiatan rutinitas dari tahun ke tahun. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia terutama kompetensi dasar meringkas dan novel remaja Indonesia, guru hanya membacakan ringkasan yang terdapat dalam buku paket, lalu ceramah sebentar dan menugaskan kepada siswa untuk melanjutkan ringkasan ceritanya dengan cara mencari sendiri kelanjutan ceritanya. Jika tugas di sekolah belum selesai, maka tugas tersebut dijadikan tugas di rumah atau pekerjaan  rumah (selanjutnya disebut dengan  PR).
                        Siswa yang rajin akan berusaha mencari novel yang sama dengan yang ada di buku paket. Siswa akan berusaha semampunya sampai mendapatkan novel tersebut untuk bisa mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan siswa yang kurang mampu dalam hal ekonomi, untuk membeli novel mapun menyewa membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Siswa yang  seperti gambaran di atas lebih memilih mencontoh teman. Apalagi siswa yang malas belajar, mendapat tugas mencari novel, sangat memberatkan bagi mereka. Mereka lebih memilih mencontoh teman, daripada harus susah-susah mencari dan berusaha sendiri. Mengerjakan tugasnya asal-asalan, maka prestasi belajarnya kurang memuaskan.
                     Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia seperti ilustrasi di atas terjadi di kelas VIII-4. Siswa yang kurang antusias dalam belajar sastra terutama dalam membaca, meringkas dan menanggapi novel karena selain ceritanya kurang menarik, novel rujukan dari guru tidak ada di perpustakaan sekolah. Jadi sudah kloplah  malasah yang  ada  dan  terjadi  rutin  setiap  tahun.
                     Disamping  itu  kondisi  siswa  kelas  VIII-4  saat ini  berjumlah  46  orang  siswa,  dengan jumlah siswa  laki-laki  24  orang  dan  perempuan  22  orang.  Dengan  jumlah  siswa  yang  begitu  banyak  dalam  satu kelas  tidak  mudah  bagi  guru  untuk  menanamkan  konsep  yang  mudah  diterima  oleh  siswa  dalam  satu  kelas. Dibutuhkan  tenaga  dan  upaya  yang   ekstra  agar  bisa  mencapai  nilai  yang  memuaskan  dalam  setiap kompetensi  dasar.  Secara  umum  kemampuan  dasar  siswa  kelas  VIII-4  cukup  bagus,  akan  tetapi  mungkin karena  strategi  pembelajaran  yang  diterapkan  oleh  masih  menggunakan  strategi  tradisional  yang  monoton, serta  belum  bisa  membangkitkan  minat  dan  gairah  siswa  untuk  belajar  mengapresiasi  sastra  terutama  dalam hal  meringkas  novel.
                     Hal  ini  senada  dengan  apa  yang  dikatakan  oleh  Sawali  Tuhusetya  (2008),  bahwa  pelajaran sastra  disekolah  belum  sepenuhnya  mampu  membangkitkan  minat  dan  gairah  siswa  untuk  belajar  apresiasi sastra  secara  suntuk,  total,  dan  intens.  Suasana  pengajaran  sastra  berlangsung  monoton,  tidak  menarik bahkan  menegangkan.  Siswa  hanya  diberlakukan  bak  "Tong  sampah"  yang  terus  menerus  menerima  transfer ilmu  bercorak  teoritis  dan  hafalan  dari  sang  guru.  Tanpa  disediakan  ruang  untuk  berdiskusi,  berdialog,  dan bercurah  pikiran  terbuka,  interaktif,  kritis  dan  kreatif.  Siswa  hanya  dibebani  target  untuk  mencapai  hasil belajar maksimal  dalam  prestasi  akademik  tanpa  diimbangi  dengan  pendalaman  secara  apresiasif.
                     Berdasarkan  pada  kenyataan  masalah  di  atas,  maka  untuk  meningkatkan  hasil  belajar  siswa dalam  mengapresiasi  sastra  terutama  dalam meringkas  novel  remaja  Indonesia  digunakanlah  strategi pemodelan.  Alasan  peneliti  memilih  strategi  pemodelan  ini  adalah  dengan  menggunakan  pemodelan  siswa akan  lebih  mudah  memahami  materi  yang  disampaikan  oleh  guru,  serta  belajar  akan  terasa  lebih menyenangkan.
                            Dari  paparan  di  atas,  maka  perlu  dilakukan  kajian  oleh peneliti  dengan  judul  : Peningkatan  Hasil  Belajar  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia  Melalui  Strategi  Pemodelan  di  Kelas VIII-4  SMP  BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  Tahun  Pelajaran  2007-2008.

B.  Rumusan  Masalah
             Berdasarkan  latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah      yang  akan  dibahas dalam  penelitian  ini  adalah :
a.       Bagaimana  proses  pelaksanaan  pembelajaran  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia  melalui  strategi pemodelan  di  kelas  VIII-4  siswa  SMP. BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  Tahun  Pelajaran  2007-2008 ? 
b.      Bagaimana hasil  pembelajaran  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia  melaui  penerapan  strategi pemodelan di kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  Tahuin Pelajaran 2007-2008 ?
c.       Bagaimana  tanggapan  siswa kelas VIII-4 siswa SMP. BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  Tahun Pelajaran 2007-2008 dengan diterapkannya strategi  pemodelan  pada pembelajaran  meringkas  novel Remaja Indonesia ?
C.  Tujuan  Penelitian
     1.  Tujuan  Penelitian
           Sesuai  dengan  permasalahan  di  atas,  maka  tujuan  yang  ingin  dicapai  dalam  Peneilitian  Tindakan Kelas  ini  adalah  :
a.       Mengetahui  keefektifan  proses  pelaksanaan  pembelajaran  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia melalui  Strategi  Pemodelan  di  kelas  VIII-4  siswa  SMP. BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO Tahun  Pelajaran  2007-2008.
b.      Mengetahui  hasil  Pembelajaran  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia  melalui  Strategi  Pemodelan  di kelas  VIII-4  siswa  SMP.  BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  Tahun  Pelajaran  2007-2008.
c.       Menggali  tanggapan  siswa  kelas  VIII-4  SMP.  BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  tentang penggunaan  Strategi  Pemodelan  pada  pembelajaran  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia.
D.  Manfaat  Pernelitian
a.  Bagi  Peneliti
  Jika  penerapan  Strategi  Pemodelan  ini  terbukti  dapat  meningkatkan  motivasi  dan  hasil  belajar  siswa, maka  strategi  pembelajaran  ini  dapat  dilanjutkan  pada  materi  pokok  yang  lain.  Selain  itu  dengan adanya  penelitian  ini  semakin  menambah  wawasan  dan  kreatifitas  guru  dalam  mengembangkan model-model  pembelajaran  yang  lain  serta  untuk  meningkatkan  profesionalitas  guru.
  1. Bagi  Lembaga  Sekolah
  Diharapkan  dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  di   jadikan  masukan  bagi  sekolah  untuk  terus menerus  memperbaiki  sarana  dan  prasarana  pembelajaran  yang  lebih  bervariasi  untuk  memfasilitasi kreatifitas  guru  dalam  proses  belajar  mengajar.
E.  Definisi  Operasional,  Asumsi  dan  Keterbatasan
     1.  Definisi  Operasional
          Dalam  penelitian  ini  definisi  operasional  masalah  adalah  :           
          a.  Model  Pembelajaran  Kontekstual  Strategi  Pemodelan
  Adalah  model  pembelajaran  yang  dilakukan  dengan  cara  direncanakan  secara  cermat  mengenai kegiatan proses  pembelajaran  untuk  mencapai  indikator  dalam  kompetensi  dasar  meringkas  novel remaja  Indonesia  dengan  menggunakan  alat  Bantu  Video Compact  Disc  serta  power   point  sebagai model.
        
         b.  Hasil  Belajar
  Adalah  penguasaan  pengetahuan  atau  ketrampilan   siswa  pada  suatu  mata  pelajaran.  Lazimnya ditunjukkan  dengan  nilai  atau  angka  yang  diberikan  oleh  guru.  Hasil  belajar  pada  penelitian  ini adalah  nilai  yang  diperoleh  siswa  pada  pembelajaran  meringkas  novel  remaja  Indonesia.
          c.  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia
  Yang  maksud  dengan  meringkas  novel  remaja  Indonesia  adalah  memendekkan  cerita  panjang  yang bertemakan  tentang  kehidupan  anak-anak  yang  sudah  mulai  dewasa  dengan  cara  mengambil   intisari dari  cerita  dengan  mempertahan  isi  dan  sudut  pandang  pengarang  yang  berasal  dari  negeri  sendiri yaitu  Indonesia.
     2.  Asumsi 
      Untuk   memperlancar   proses   penelitian   sehingga   lebih  terarah   dan  terencana, maka  diasumsikan bahwa  jika  tidak digunakan pembelajaran  konvensional  dan  dengan  menggunakan  pembelajaran  CTL pemodelan  , maka   dapat   meningkatkan  hasil  belajar  siswa  pada  pembelajaran  meringkas  novel remaja   Indonesia  di  kelas  VIII-4   siswa   SMP  BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO.  
     3.  Keterbatasan
     Supaya  permasalahan  yang  akan  dibahas  tidak  terlalu  luas,  maka  penulis  memberi  batasan  sebagai berikut :
a.       Materi  pengajaran  yang  dilakukan  adalah  bidang  studi  bahasa  Indonesia  dengan  Kompetensi Dasar  Meringkas  Novel  Remaja  Indonesia.
b.      Siswa  kelas  VIII  di  SMP.  BAHAUDDIN  TAMAN  SIDOARJO  ada  7  kelas  parallel,  yaitu  :  VIII-1,  VIII-2, VIII-3, VIII-4, VIII-5, VIII-6, VIII-6  dan  VIII-7.  Dari  ketujuh  kelas  paralel  tersebut peneliti  membatasi  hanya  melakukan  penelitian  di  kelas  VIII-4  semester  2  Tahun  Pelajaran  2007-2008.
 
BAB  II
KAJIAN  PUSTAKA
A.  Teori  Belajar
      Dalam membicarakan hasil belajar tidak terlepas dari dari kata belajar  itu  sendiri .
a. Belajar
Belajar  merupakan  proses  perubahan  tingkah  laku  atau  tanggapan  yang  disebabkan  oleh  pengalaman. Beberapa  pengertian  atau  definisi  tentang  belajar  antara  lain  : Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan, kecakapan atau skill. Kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh disampaikan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif ( WS. Wingkel , 1989 )
         Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun. Sedangkan menurut Gagne Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru  (Dimyati, 2002;10)
             Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Belajar diartikan dengan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.
                            Berdasarkan definisi belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar  adalah perubahan tingkah laku dan perbuatan karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar, Perubahan ini meliputi kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat dan penyesuaian diri.

      b.   Hasil  Belajar
adalah  penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia Remaja Indonesia dalam bentuk nilai berupa angka.
       c.  Faktor-Faktor  yang  Mempengaruhi  Belajar 
Hasil  belajar  yang  diperoleh  siswa-siswi  berbeda-beda.  Hal  tersebut  dapat  terjadi  karena  banyak faktor  yang  mempengaruhinya.  Faktor-faktor  tersebut  adalah  :
1.  Faktor  yang  berasal  dari  diri  siswa  ( Faktor  Internal )
           Menurut  Kartini  Kartono (1995 ; 1-4)  ada  5  faktor  internal  yang  mempengaruhi  hasil  belajar siswa,  yaitu  : 
a)  Kecerdasan
            Kecerdasan  atau  Intelegensi  dalam  arti  sempit  adalah  kemampuan  seseorang  untuk  mencapai prestasi  di  sekolah  yang  di  dalamnya  berfikir  sangat  berperan  penting.  Kecerdasan  sangat berpengaruh  sekali  terhadap  hasil  belajar  siswa  pada  semua  peringkat  atau  tingkatan  pendidikan. Seorang  siswa  yang  tingkat  kecerdasannya  tinggi  mempunyai  korelasi  yang  cukup  tinggi  terhadap hasil  belajar  seseorang.  Hal  ini  sudah  diakui  oleh  guru,  orang  tua  maupun  oleh siswa  sendiri,  bahwa dalam  belajar  di  sekolah,  kecerdasan  atau  intelegensi  mempunyai  pengaruh  yang  kuat  terhadap  hasil belajar  yang  dicapai  oleh  siswa.


         b)  Bakat
Bakat  adalah  potensi  atau  kemampuan  yang  bila  diberi  kesempatan  untuk  dikembangkan  melalui belajar,  akan  menjadi  kecakapan  yang  nyata.  Setiap  siswa  mempunyai  bakat  yang  berbeda-beda antara  satu  dengan  yang  lainnya.   Sehingga  kemungkinan  hasil  belajar  siswa  yang  berbakat  dalam kemampuan  berbahasa,  mereka  lebih  baik  nilainya  dalam  pelajaran  bahasa  Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar