Minggu, 23 Oktober 2016

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato 


JASA PEMBUATAN PTK  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini


Atau Cek FB Kami Disini 

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah mahluk social, yakni mahluk yang senantiasa ingin berkelompok dengan sesamanya dalam rangka mempertahankan hidupnya.
Dalam rangka ini, seorang saling berkomunikasi dengan sesamanya, dengan menggunakan alat komunikasi yang lazim yang disebut bahasa baik bahasa lisan ataupun tulisan. Dalam praktiknya pemakaian bahasa lisan lebih banyak daripada bahasa tulisan.
Kegiatan berbahasa meliputi4 aspek keterampilan berbahasa yakni : 1. Keterampilan menyimak ; 2. Keterampilan berbicara; 3. Keterampilan membaca; 4. Keterampilan menulis.
Empat keterampilan berbahasa tersebut dikelompokan ke dalam 2 kelompok: yakni 1. Kemampuan reseptif (pasif = memahami) yang terdriri atas kemampuan menyimak dan membaca dan 2. Kemampuan produktif (aktif menyampaikan) yang terdiri atas kemampuan berbicara dan kemampuan menulis.
Keterampilan menulis merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa. Salah satu tuntutan dari keterampilan menulis adalah keterampilan siswa mampu menulis teks pidato. Menulis teks pidato pada hakikatnya menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan kosakata, kalimat, paragraph, dalam menulis sebuah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan menulis naskah yang lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan kosakata dalam menulis (Arifin, 2008:2009). Pengertian ini perlu diperhatikan agar dapat dipahami siswa. Tidak cukup sampai pengertian, pemberian contohpun, sangat diperlukan. Dengan cara seperti itu, siswa akan beroleh pengetahuan dan keterampilan guna memenuhi tuntutan kompetensi dasar di atas. Jika tidak dilaksanakan, harapan ini hanya mungkin bisa tercapai apabila proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru mempertimbangkan makna pembelajaran yang sesungguhnya.
Proses pengelolaan pembelajaran yang dimaksud pada pernyataan di atas, berkaitan erat dengan pemilihan strategi yang digunakan sebagai cara belajar siswa mempelajari materi yang disajikan. Kekurangtepatan pemilihan strategi belajar bukan saja akan berdampak pada proses belajar siswa menjadi kurang dan atau tidak bermakna, tetapi juga pada hasil belajar nya akan bertolak belakang dengan tuntutan dengan tuntutan indikator hasil belajar yang diharapkan. Hal ini seperti yang telah dialami oleh sebagian besar siswa kelas X SMA.
Siswa bukan saja menrasfer materi yang disajikan, tetapi juga meresponnya dengan perbuatan seperti bertanya, berlatih, menyelesaikan tugas, dan perbuatan-perbuatan positif lainnya. Tuntutan belajar seperti ini sebagaimana dijelaskan Mulyasa (2006: 36) bahwa
proses belajar baik gejala-gejala perilaku siswa yang secara positif mendukung totalitas pembelajaran yang diselenggarakan, seperti halnya mampu merespon materi yang disajikan melalui bertanya, berlatih menyelesaikan bahan penugasan dan lain sebagainya.
Untuk bisa seperti itu, tentunya proses pembelajaran yang diselenggarakn harus berkesan dalam arti tenang dan menyenangkan siswa hingga dapat memancing nafsu belajarnya. Proses pembelajaran yang demikian itu harus disiasati dengan benar, salah satunya dengan cara memperlakukan siswa sesuai dengan tuntutan strategi belajar yang digunakan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Siswa Menengah Atas Negeri 4 Tasikmalaya belum memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan. Hal ini terbukti pada saat siswa diberi tugas untuk menulis teks pidato kadang siswa menggunakan kalimat-kalimat yang kadang-kadang singkat atau sederhana tapi tak kadang mereka menggunakan kalimat yang kompleks namun tidak kohesif. Selain itu ekspresi berbicarapun tidak lancar. Misalnya, seorang siswa sangat lancar berbicara untuk hal yang topiknya tidak menuntut mereka harus mengingat-ngingat pengalaman, berbicara santai, topik pembicaraan keinginan sendiri, tetapi tidak demikian jika mereka berbicara di kelas dengan tuntas belajar yang menuntut mereka untuk berbicara terarah, di depan banyak orang, menyimpulkan, menggabungkan dan sejenisnya. Untuk hal ini pembicaraan sering kaku sehingga kelancaran berbicara tersendat. Koherensi dan kohesi antar kalimat-kalimat berkurang.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa siswa kurang mampu memenuhi tuntutan kuikulum untuk pembelajaran menulis. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang tepatnya strategi yang digunakan oleh guru. Jika guru menggunakan strategi yang didasarkan pada tuntutan rutinitas tugas mengajar sehari-hari niscaya target pembelajaran tidak tidak akan tercapai. Misalnya kalau guru selalu menggunakan strategi yang ditindaklanjuti oleh teknik ceramah niscaya hasilnya tidak akan optimal, karena tuntutan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan strategi yang cocok dan variatuf.
Salah satu strategi yang dijadikan sebagai alternative penyelesaian masalah di atas, adalah strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Konsep pembelajaran berbasis pada strategi ini sebenarnya sudah sering didengar oleh hampir semua guru di sekolah manapun. Namun pemahaman dan implementasinya perlu dipertanyakan. Hal ini didasarkan pada pendapat Ismail (2008: 46-47).
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untu kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenagkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on taks) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Alasan lain dipilihnya strategi PAKEM adalah sebagai berikut :
Strategi ini jarang digunakan di SMA Negeri 4 Tasikmalaya.
Strategi pembelajaran ini memiliki kelebihan dari strategi-strategi pembelajaran lainnya, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang berada dari pembelajarn biasanya.
Berdasarkan uraian di atas , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato melalui penggunaan Strategi PAKEM (PTK pada siswa SMA Negeri 4 Tasikmalaya).
Rumusan Masalah
Pokok permasalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM dalam meningkatkan kemampuan menulis teks pidato pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA?
Bagaimanakah perubahan kemampuan menulis teks pidato siswa SMA Negeri 4 Tasikmalaya setelah mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan strategi PAKEM?
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan di atas maka, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM dalam meningkatkan kemampuan menulis teks pidato pada mata pelajarn Bahas Indonesia di SMA.
Mendeskripsikan perubahan kemampuan menulis teks pidato sisw SMA Negeri 4 Tasikmalaya setelah mengikuti pembelajarn yang disampaikan dengan strategi PAKEM.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Secara teoritis
Melalui teori-teori yang digunakan, penulis memperoleh tambahan pengetahuan, serta pengalaman tentang penggunaan strategi PAKEM dan meningkatkan kemampuan menulis teks pidato.
Secara Praktis
Bagi siswa
Siswa beroleh pengalaman dari pross belajar mengajarnya, sehingga mampu meningkatkan motivasi dalam belajarnya.
Memberikan pengalaman yang sesungguhnya kepada siswa untuk belajar sesuai konteks, yang menantang kreatifitas dan menyenangkan.
Bagi guru
Menambah pengetahuan guru dalam mengelola pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan strategi PAKEM.
Menambah pengalaman bagi guru dalam membaca pemahaman, sehingga dengan pengalaman ini guru akan makin sadar untuk terus berinovasi dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran ini agar lebih bermakna bagi siswa.
Kerangka Pemikiran
Proses pengembangan kompetensi melalui pembelajaran menulis teks pidato berdasarkan strategi PAKEM, meliputi tiga tahap berikut. Pertama, menyusun perencanaan pembelajaran, dengan mempertimbangkan tujuan, kemmapuan guru dan siswa, materi ajar, langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tehnik yang digunakan, dan prosedur dalam pembelajaran (Madjid, 2007:14). Kedua, melaksanakan pembelajaran semua dengan rencana (Mulyasa, 2006:96). Ketiga mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran:. (Mulyasa, 2006:108).
Ketiga tahapan tersebut adalah tahapan-tahapan yang akan ditempuh dalam proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato. Berdasarkan langkah-langkah strategi PAKEM. Tahap-tahap dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
Prapengembangan kemampuan menulis teks pidato, menempuh langkah-langkah berikut.
Guru dan siswa mempersiapkan dari melalui pembelajaran.
Guru dan siswa melakukan apersepsi, melalui Tanya jawab sehubungan dengan dengan materi yang telah dan akan dipelajari.
Guru dan siswa melalui tes awal.
Guru menjelaskan langkah-langkah belajar dan tujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa.
Guru dan siswa saling memotivasi.
Proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato, menempuh langkah-langkah berikut.
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan .
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapakan gagasan sendiri secara lisan atau tulisan.
Guru menyesuaikan bahan an kegiatan belajar dengan kemampuna siswa
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar sswa secara terus-terus.
Pasca proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato menempuh langkah-langkah berikut.
Guru dan siswa membuat simpulan materi yang baru dipelajari.
Guru mengetes kemampuan siswa.
Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajarn.
Adapun perubhan kemampuan siswa yang diharapkan setelah mengikuti proses pengembangan kompetensi menulis teks pidato berdasarkan strategi PAKEM, antara lain: (1) tercapainya indikator hasil belajar; (2) meningkatnya kemampuan menulis teks pidato; dan (3) memperoleh strategi belajarr yang baru.
Proses pengembanagan kompetensi tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan pembelajaran. Dalam setiap siklus menempuh empat tahap sebagi berikut: (1) menyusun rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan; (3) mengobservasi tindakan; (4) merefleksikan hasil tindakan yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi hasil belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Menulis Teks Pidato
Menulis
Wujud pengaturan sesuatu tersusun dengan mempergunakan bahasa disebut karangan. Jadi karangan adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan pikiran, perasaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman (Rusyana, 1982:1).
Mengarang atau menulis adalah suatu kegiatan pengutaraan peras aan, pikiran dan pendapat sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Poerwadarminta (1979:9).
Mengarang sebenarnya bukan kegiatan yang luar biasa. Setiap hari sudah kita lakukan, sebab mengarang tida lainmenuturkan apa yang terpikir dan terasa. Apabila orang berbicara menuturkan sesuatu sesuatu yang terpikir dan terasa dalam batinnya mengarang namanya, meskipun pada umumnya disebut berkata, bertutur dan berbicara, bedanya dengan mengarang sesungguhnya adalah berbicara dengan bahasa yang dituliskan. Berbicara dilakukan orang dengan sopan, sedangkan mengarang tidak demikian halnya. Mengarang termasuk pekerjaan sehari-hari. Menulis iklan, mneulis surat, dan sebagainya semuanya merupakan karangan-karangan.
Takala Ahmadi (1990:24) mengatakan
Menulis adalah proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dan tuturan ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan system tanda-tanda konvensional yang dapat dibaca.
Menurut Tarigan (1983:81) menulis adalah bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, akan tetapi ada pesandibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf tersebut yaitu karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman yang disusun secarra sistematis dan logis.
Akademi kepengarangan menrut Widyamartaya (dalam Yudibrata, 1997:40), mendefinisikan
Menulis atau mengarang, yaitu merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tertulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat seperti dimaksudkan oleh penulis atau pengarang.
Selain pendapat-pendapat di atas Rusyana (1986:14) mengungkapkan tentang pengarang sebagai berikut:
Menulis menggunakan bahasa terpilih dan tersusun, kita memilik kata lalu disusun menjadi kalimat, kalimat disusun pula menjadi paragraph, paragraph dapat disusun menjadi wacana yang lebih terperinci dan lengkap. Demikianlah, karangan itu berupa susunan bahasa yang teratur, baik kata, kalimat, maupun paragraph. Semuanya disusun, ditata sedemikian rupa sehingga menjadi indah dan dapat dinikmati pembacanya.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan seorang dalam mengekspesikan gagasan, perasaan, pengalaman dengan bahasa tulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dapat dipahami dan dapat dinikmati pembaca.
Menulis Teks Pidato
Pidato adalah menyampaiakn dan penanaman pikiran, informasi, gagasan dan pembicaraan kepada hkhalayak ramai Somad dkk (2009:222). Pidato biasanya disampaikan secara lisan dalam acara-acara resmi, seperti peringatan hari bersejarah, perayaan hari besar, atau pembukaan suatu kegiatan. Untuk dapat menulis teks pidato dengan baik harus mempersiapkan materi pidato yang akan disampaikan. Materi tersebut dapat disusun secara lengkap atau hanya pokok-pokoknya saja.
Ada tiga langkah utama yang perlu diperhatikan dalam menyusun teks pidato, yakni meneliti masalah, menyusun uraian, dan melakukan latihan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Somad dkk (2009:222-223) sebagai berikut :
Meneliti masalah
Menentukan topik
Menganalisis pendengaran dan situasi
Memilih dan menyampaikan topik
Menyusun uraian
Mengumpulkan bahan
Membuat kerangka uraian
Menguraikan secara mendetail
Berlatih berpidato
Metode menghapal
Metode naskah
Metode ekstemporan
Banyak cara menyusun teks pidato, namun tetap tidak akan kelar dari tiga prinsip komposisi. Perinsip-prinsip ini akan mempengaruhi seluruh organisasi pesan. Sejalan dengan pendapat Rakhmat (2001:33). Bahwa prinsip-prinsip ini merupakan kesatuan (unity), pertauatan(coherence), dan titik berat (emphasis).
Kesatuan atau unity dimaksudkan agar pembicaraan dalam pidato tampak menyuarakan satu kesatuan (unit) yang tidak terpecahkan. Hal ini perlu disusun secara matang agar tidak terkesan ngawur bertele-tele, dan tidak jelas apa yang dibicarakan loncat-loncat.
Pertautan (coherence) merupakan urutan bagian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebbabkan perpindahan dari pokok yang lainnya berjalan dengan lancar. Untuk memelihara pertautan ini dapat digunakan tiga cara : ungkapan menyambung, paralelisme, dan gema.
Titik berat (emphasis) merupakan gagasan utama (central), ikhtisar, uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok dan sebagainya. Titik berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf besar.
Strategi PAKEM
Konsep Strategi PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Ismail, 2008 :46). Lebih jelasnya mengenaii makna dari PAKEM sebagaimana dikemukakan Ismail (2008: 46-47) sebagai berikut:
Penilaian pelaksanan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) kegiatan mengumpulkan bukti yang sistematik, berkelanjutan guna mendapatkan umpan balik untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Kepala Sekolah/Pengawas dapat melakukan penilaian dengan melakukan penilaian dengan mengumpulkan dan selalu mencatat informasi dengan berbagai cara seperti melalui observasi, wawancara, dan produk/hasil kerja guru.
Pemahaman dan kemampuan guru tentang PAKEM masih sangat beragam. Ada yang sudah memahami dan melaksanakan dengan baik, ada yang memahami tetapi belum melaksanakan dengan baik, ada pula yang masih setengah-setengah. Sebab itu penilaian pelaksanaan PAKEM di sekolah sangat diperlukan untuk mengetahui pemahaman dan menyamakan persepsi dan langkah dalam melaksanakkan PAKEM.
Secara rinci penilaian pelaksanaan pembelajaran PAKEM bertujuan untuk memantau sejauh mana PAKEM telah diterapkan, meningkatkan potensi, kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, membantu guru menemukan masalah pembelajaran dan mencari pemecahannya, memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan variasi pembelajaran, member contoh moel pembelajaran konkret di kelas.
Prinsip Dasar Strategi PAKEM
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru menerapkan PAKEM sebagaimana diuraikan DBE USAIDE dalam Ismail (2008: 54-56) sebagai berikut:
Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.
Menganal peserta didk secara perorangan. Peserta didik berasaldari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Berbeda individu harus diperhatikan dan harus tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutorsebaya).
Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar. Peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan memudahkan mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
Mengembangkan kemampuan perpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk untuk menganalisia masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruanagan kelas yang menarik sngat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (pisik, social, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berpungsi sebagai media belajar.
Dari uraian tentang indikasi dan prinsip-prinsip penenrapan PAKEM tersebut dapat digarisbawahi bahwa secara praktis, tingkat keberhasilan penerapan strategi ini dapat diketahui melalui uji coba yang berulang-ulang dari seorang pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan evaluasi proses dari tahap ke tahap. Dengan kata lain, seorang pendidik yang berhasil, dalam menerapkan strategi PAKEM, seharusnya ia sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas, meskipundalam skala kecil dan terbatas.
Langkah-langkah Strategi PAKEM
Gambaran langkah-langkah strategi PAKEM dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran pada saat yang sama gambaran tersebut menunujukan kemamapuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut ini adalah tabel contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
Kegiatan Guru
Pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, missal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Narasumber
Lingkungan
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterrampilan.
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui :
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai pembelajaran dan kemajuan belajaran siswa secara terus menerus
Guru menentukan kerja siswa
Guru memberikan umpan balik.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya dibutuhkana sebuah metodee untuk kelancaran penelitian tersebut. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli, yaitu Surakhmad (1994:139) yang mengemukakan bahwa penyelidikan deskriptif adalah penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Bentuk penelitian deskriptif ini ialah menuturkan dan menafsirkan data yang actual dan akurat. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data dan menyusun data tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah maka metode ini sering disebut metode analisis.
Uraian di atas cukup memberikan alasan sehubungan dengan dipilihnya metode dekriptif sebagai metode untuk memecahkan masalah penelitian ini.
Fokus Kajian
Fokus kajian dalam penelitian ini sebagaiman tampak pada tabel berikut.
Tabel 2
Fokus Kajiian
Fokus kajian
Aspek yang diteliti
Indikator
Atal Ukur
Peningkatan kemampuan menulis teks pidato siswa melalui penggunaan strategi PAKEM
Langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM
Prapengembangan kompetensi (kegiatan awal), menempuh langkah-langkah berikut.
Guru dan siswa mempersiapkan diri melalui pembelajaran.
Guru dan siswa melakukan apersepsi, melalui Tanya jawab sehubungan dengan materi yang telah dan akan dipelajari.
Guru dan siswa melakukan tes awal.
Guru menjelaskan langkah-langakah belajar dan tujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa..
Guru dan siswa saling memotivasi.
Proses pengembangan kompetensi menempuh lankah-langkah berikut.
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Guru mempberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan sendiri secara lisan atau tulisan
Guru menyesuaikan bahan dann kegiatan belajar dengan kemmapuan
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus
Pasca proses pengembangan kompetensi menempuh langkah-langkah berikut.
Guru dan siswa membuat simpulann materi yang perlu dipelajarri
Guru mengetes kemampuan akhir siswa
Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah strategi PAKEM
Perubahan kemampuan menulis teks pidato siswa setelah mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan strategi PAKEM
Tercapainya indikator hasil belajar;
Meningkatnya kemampuan menulis teks pidato; dan
Memperoleh strategi belajar yang baru
Kriteria kemampuansiswa dalam menulis teks pidato
Desain
Penelitian ini merupakan tindakan kelas yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan kualitas praktik pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherli (2009:2) sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajran. Tindakan berarti kegiatan yang dilakukan (dengan sengaja) untuk mencapai tujuan tertentu yang ditempuh dalam rangkaian siklus.
Ada cirri tersendiri dari penelitian tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan Suherli (2009:6), yang dikutip berikut.
Merupakan kolaborasi antar peneliti dengan praktisi
Berfokus pada pemecahan masalah praktik (pembelajaran di kelas)
Merupakan upaya peningkatkan mutu guru professional (kegiatan pengembangan profesi).
Pemecahan masalah dilakukan berdsarkan pengalaman guru, teori/konsep belajar, pada siklus berikutnya.
Atas dasar pengembangan itu, digunakan desain penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diupayakan untuk mendapatkan suatu yang diharapkan itu dirancang dalam tiga siklus. Dalam tiap siklusnya menempuh empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan ini diadaptasi dari model PTK yang ditawarkan Suherli (2007:7).
Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur penilitian tindakan kelas ini sesuai dengan desain yang sudah dirancang. Adapun aplikasi (penerapannya) dalam penelitian ini dapat deskripsikan sebagai berikut.
SIKLUS 1
Siklus 1 atau tindakan pertama dalam upaya peningkatan kemampuan menulis teks pidato dengan menggunakan strategi PAKEM menempuh prosedur berikut.
Perencanaan
Pelaksanan
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS II
Siklus II menempuh tahapan yang sama dengan siklus I , sebagaiman dideskripsikan dalam uraian berikut.
Perencanaan Ulang
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS III
Siklus III direncanakan sebagai tindakan akhir dalam peningkatan kemampuan menulis teks pidato yang dilakukan melalui penggunaan strategi PAKEM. Tahapan kegiatan yang ditempuh pada siklus III sama halnya dengan dua siklus sebelumnya, sebagaimana terdeskripsikan berikut:
Perencanaan ulang
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Sebaliknya, apabila dirasa belum optimal dan atau masih ada siswa yang kurang mangalami perkembangan ke arah yang diharapkan kemungkinan dilakukan siklus berikutnya, dan seterusnya.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini merujuk pada pendapat Kunandar (2008:125), yang dikutip sebagai berikut.
Ada beberapa teknik pengumpulan data lazim digunakan dalam PTK, empat diantaranya: (1) digunakan untuk mendaapatkan data dan hasil belajar siswa; (2) observasi digunakan untuk menguumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam PBM; (3) wawancara digunakan untuk mendapatkan data keterangan prihal apa yang dirasakan siswa setelah PBM; dan (4) diskusi, digunakan untuk mendapatkan data hasil refleksi antara guru, teman sejawat dan kolabolator.
Keempat teknik itulah yang digunakan dalam pengumpuln data penelitian ini. Adapun insrtumen yang digunakan untuk masing-masing teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Teknik tes, instrumennya menggunakan lembar tes yang di dalamnya terdapat butir-butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memenuhi indikator kompetensi dasar menulis naskah pidato.
Teknik observasi, instrumennya menggunakan lembar observasi yang di dalamnya terdapat butir-butir pernyataan alternative atau pilihan yang menggambarkan suatu kondisi guru dan siswa saat terlibat dalam aktivitas PBM.
Teknik wawancara, instrumennya menggunakan pedoman wawancara yang di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan untuk mengungkapkan perasaan yang dialami siswa yang beraktivitas dalam PBM
Teknik diskusi, instrumennya adalah lembar hasil pengamatan observasi untukk didiskusikan oleh peneliti dengan guru dan kolabolator.
Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data-data tersebut diolah agar bermakna dengan teknik sebagai berikut.
Data kualitatf, yaitu data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat pernyataan dari observer yang memberi gambaran tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa diolah secara deskriptif dengan cara menjelaskan arti data itu agar berarti bagi pokok masalah pertama dalam penelitian ini
Data kuantitatif, yaitu data nilai hasil belajar siswa diolah dengan menggunakan teknik statistik uji. Hasilnya dideskripsikan agar berarti bagi pokok masalah kedua dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP.Jakarta: Depdiknas
Madjid. 2007. Perencanaan pembelajaran. Bandung : Tarsito
Mulyasa, 2006. Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan, Bandung : Rosda Karya
Surakhmad Winarno 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Trianto, 2005. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik. Bandung : Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar