Rabu, 08 Maret 2017

PTK Bahasa Indonesia Untuk Jenjang SMP

PTK Bahasa Indonesia Untuk Jenjang SMP


Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini



BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 

1. Keterampilan Menulis
a. Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Download PTK SMP Seseorang bisa disebut sebagai penulis karena memiliki kemahiran menuangkan secara tertulis ide, gagasan, dan perasaan dengan runtut. Apa yang dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang lain merasa perlu membaca dan menikmatinaya (Sabarti Akhadiah, dkk., 2001: 1.3).

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu : (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis, dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya   Haerudin Kurniawan, http://www.ialf.edu/kpbipa/papers/ haherudinkurniawan.doc.)

Pada dasarnya, PTK SMP Kelas 8 menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.

b. Pembelajaran Menulis
Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih daripada sekedar pengetahuan tentang bahasa. Pembelajaran bahasa, selain meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. PTK Bahasa Indonesia Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antarindiv idu maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama (Depiknas, 2003: 4).

Dalam proses pembelajaran menulis pada jenjang SMP, guru dapat menyuruh siswa menyusun karangan singkat, menulis surat, misalnya yang berisi pemberitahuan singkat, kemudian karangan itu dikumpulkan. Guru yang berpengalaman akan dapat mengutip beberapa kesalahan umum dari karangan siswa itu, kemudian langsung membahasnya. Bahasan kesalahan bahasa itu tentu saja sangat berguna bagi siswa (Badudu, 1985: 101).

Agar siswa mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikai, tidak dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa.
Yang perlu ditandaskan adalah pelajaran menulis haruslah dipentingkan dan diberi waktu secara cukup dan diberikan secara tetap. Jika tidak demikian, berarti guru tidak memberikan kesempatan kepad asiswa untuk melatih berbahasa secara tertulis, yang sangat berguna dalam kehidupannya kelak.

Mengingat pentingnya menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu lebih diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut diharapkan siswa mempunyai keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang dapat membuat suat tulisan dengan baik berarti ia telah menguasai  tata bahasa, mempunyai perbendaharaan kata, dan mempunyai kemampuan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dowload PTK untuk SMP Dengan demikian, tulisan siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia (Sukmana, 2005: 30).

Gloria M Russo (dalam Rivers, 1987: 83) mengemukakan bahwa di dalam pembelajaran, menulis bukan semata-mata bagian aktivitas yang terpisah dari seorang pengarang melainkan secara intensif dapat berarti interaktif, yakni melibatkan guru, siswa, dan pihak lain di luar seting kelas formal. Biasanya, suatu tulisan ditulis dengan tujuan untuk dibaca orang lain dan tulisan itu berkembang ketika penulis merespon reaksi orang lain. Kemauan untuk menulis jug atumbuh ketika orang lain menunjukkan perhatian kepada apa yang telah ditulisnya.

c. Penilaian Pembelajaran Menulis

Penilaian adalah suatu proses untuk mengeahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Penelitian tindakan kelas SMP Untuk memperoleh data, diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan (Sarwiji Suwandi, 2004: 3).

Pada hakikatnya, kegiatan penilaian dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil belajar siswa itu dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan pengajarna yang dilakukan (Burhan Nurgiantoro, 2005: 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran sehingga kegiatan penilaian yang dilakukan tidak hanya mmentingkan hasil, melainkan juga proses. Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, sebagai dasar pembuatan keputusan, selanjutnya dapat digunakan sebagai umpan-balik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. PTK Bahasa indonesia kelas VIII


PTK Meningkatkan Ketrampilan Menulis

2. Pendekatan Kontekstual

a. Hakikat Pendekatan Kontekstual
Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelasi yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan memberikan hakikat pokok bahasan yang diajarkan (Depdiknas, 2004e: 70).

Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang dikontradiksi, dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Pendekatan bersifat aksiomatis sedangkan metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode. PTK Bahasa Indonesia meningkatkan ketrampilan menulis

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi ang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002a: 1).

b. Pembelajaran Kontekstual

Belajar adalah perilaku yang relatif permanen dan merupakan hasil dari pelatihan yang mendapat penguatan. Sedangkan mengajar adalah membantu seseorang (siswa) untuk belajar mengerjakan sesuatu, memberikan pengajaran, membimbing pembelajaran, memberikan pengetahuan agar mengetahui atau memahami (Depdiknas, 2004e: 22).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran kontekstual, Blancard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran kontekstual dengan :
1) Menekankan pemecahan masalah download ptk
2) Menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan
3) Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi siswa mandiri
4) Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda
5) Mendorong siswa belajar dri sesama teman dan belajar bersama, dan 
6) Menerapkan penilaian autentik (dalam Depdiknas, 2004d: 45)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada hakikatnya merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inguiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Pembelajaran di kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan tujuh komponen utama (Depdiknas, 2002a: 10). download ptk ketrampilan menulis

Tujuh komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Dalam pandangan ini, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks ruang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri (Depdiknas, 2002a: 11). Pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada pada diri siswa dimanfaatkan, dan siswa dilibatkan secara aktif, kreatif, produktif dalam proses pembelajaran dan diberikan pengalaman memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan nyata atau dalam konteks bermakna (Depdiknas, 2004b: 6). 

Baca Juga

PTK BAHASA INDONESIA KELAS 7 SMP LENGKAP


Pandangan konstruktivisme berpendapat bahwa manusia mengonstruksi sendiri pengetahuan yang diperolehnya berdasarkan pada skemata atau prior knowledge yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kemajemukan car amemperoleh pengetahuan dan memberikan sesuatu sah adanya. Konstruktivisme sangat menghargai kemajemukan dan tidak menyarankan keseragaman (Depdiknas, 2004e: 26).
Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima”pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002a: 11).
2) Menemukan (Inguiry) Donwload PTK Lengkap Bahasa Indonesia
Kata kunci dari strategi inquiri adalah “siswa    menemukan sendiri”. Langkah-langkah kegiatan inquiri adalah: (1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun),            (2) Mengamati atau melakukan observasi. Misalnya, mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumebr atau objek yang diamati,  (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,            (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. Misalnya, karya siswa disampaikan kepada teman sekelas atau orang banyak untuk mendapatkan masukan (Depdiknas, 2002a: 13). Melalui inquiri, siswa diberi kesempatan untuk menggunakan proses  mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya (Mulyasa, 2004: 107).
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting, yaitu untuk menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1) menggali informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui seberapa jauh keingin tahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) untuk membangkitkan lebuh banyak lagi pertanyaan dari siswa, (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002a: 14).
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep learning community agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang  tahu dan yang belum tahu. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan dari tempat belajarnya (Depdiknas, 2002a: 15). Dalam “masyarakat belajar ditekankan bahwa hasil belajar diperoleh siswa dari adanya kerja sama dan berbagai pengalaman dengan siswa lain melalui dua arah atau multiarah (Depdiknas, 2004b: 6).
5) Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh pemodelan di kelas, misalnya guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari sebuah Harian sebuah model berita (Depdiknas, 2002a: 16). Tujuan dihadirkan model bagi siswa adalah untuk membahasakan dan mendemonstrasikan sesuatu (materi pembelajaran) sehingga apa yang dilihat dalam demonstrasi tersebut dilakukan oleh siswa dalam belajar (Depdiknas, 2004b: 6).
6) Refleksi (Reflection) Penelitian tindakan Kels untuk jenjang SMP
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa mendapatkan apa yang baru  dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru (Depdiknas, 2002a: 18).
Refleksi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran yang perlu dilakukan pada setiap akhir segmen pembelajaran atau akhir pembelajaran karena dengan adanya refleksi dapat diketahui apa yang diperoleh siswa dan bagaimana proses pemerolehannya (Depdiknas, 2004b: 7).
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester) pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (Depdiknas, 2002a: 190.

B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah tesis yang ditulis oleh Sri Harjani (2005) berjudul “Pengembangna Kemampuan Membaca dan Meniulis Permulaan dengan pendekatan Kontekstual”, pada bagian simpulan penelitian diungkapkan bahwa kondisi awal dalam pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru aktif mentransfer ilmu pada anak, sementara anak bagai botol kosong yang terus diisi dengan berbagai pengetahuan yang kadang sama sekali tidak dimengerti oleh anak. Guru belum secara variatif mampu mengembangkan metode pembeljaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan produktif. Metode ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran. Peran siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan.
Pelaksanaan dari tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual memberi pengaruh positif dalam pembelajaran. Pada bagian akhir penelitian disarankan bahwa guru perlu melakukan tindakan untuk mengurangi kejenuhan dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran yang bervariasi. 
Tesis Nurul Fariyah (2004) berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Penel itian Tindakan Kelas di Kelas 1 SMA Nefgeri 1 Ngrambe, Kabupaten Ngawi”. Pada tesis tersebut diuraikan bahwa permasalahan yang muncul dalam proses penulisan cerpen adalah penuangan unsur-unsur intrinsik, tanda baca, dan ejaan. Peran  guru yang berkompeten sangat diperlukan dalam penerapan sebuah metode sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, guru harus berusaha mening katkan kemampuan refleksinya. Disarankan pula bahwa untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen, guru perlu mendorong dan membimbing siswa untuk menulis, misalnya mengikuti lomba, menulis untuk media massa atau majalah dinding.

C. Kerangka Berpikir
Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran keterampilan menulis rendah. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga masih pasif. Siswa kurang berminat dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran.
Pada prinsipnya, menulis adalah suatu keterampilan atau skill. Menulis adalah hal nyata yang perlu dipelajari dengan ketekunan dan kemampuan untuk terus mempraktikkannya. Menulis tidak cukup dengan hanya mengetahui teori-teorinya saja. Tanpa pernah berlatih, mustahil keterampilan menulis dapat diraih. Proses pembelajaran menulis perlu dirancang dengan mengutamakan kemampuan dan keterampilan dengan mendudukkan siswa sebagai subjek sehingga siswa dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya, merasakan adanya manfaat, dan tertarik untuk selalu mengembangkannya. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran menulis yang dapat lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Dengan pendekatan kontekstual, akan terjalin suasana belajar yang mengutamakan kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis guru kreatif.
Pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru. Siswa dapat menonstruksikan sendiri pengetahuannya, menemukan sendiri konsep-konsep materi yang sedang dihadapi. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya, dan menanyakan segala sesuatu yang belum dipahami. Kepada siswa diberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan praktik menulis. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar menulis dapat didiskusikan sehingga kelompok satu dapat menilai hasil pekerjaan kelompok yang lain.
Pada akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksi terhadap apa yang dipelajarinya sehingga dapat meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


Download Penelitian Tindakan Kelas Jenjang SMP

DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas.2003.Kurikulum 2004 standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Tsanawiyah.Jakarta:Diknas.
Djamal, Chomsiah.1996.”Membantu Suami, Mengurus Rumah Tangga. Perempuan di Sektor Formal”.Oey-Gardiner, Mayling dkk (ed).Perempuan Indonesia Dulu dan Kini.Jakarta:Gramedia Pustaka.
Dzuhayatin,S.R.1998.”Ideologi Pembebasan Perempuan” Bainar (ed).Wacana Perempuan dalam KeIndonesiaan Kenodernan.Jakarta:Gramedia Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.1998.Jakarta:Depdikbud.
Quasthoff, Uta.1973.Soziales Vorurteil und Kommunikation-eine sprachwissenschaftliche Analyse des Stereotyps.Frankfurt:Athenaum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar