Minggu, 12 Maret 2017

PTK Pelajaran Biologi Bab Struktur Sel

PTK Pelajaran Biologi Bab Struktur Sel


Harga Per PTK 300ribu, Kalau ambil lebih dari dua bisa kurang.

Untuk Pilihan Judul PTK Klik Disini



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Biologi adalah pelajaran yang banyak sekali hafalannya. Hal ini merupakan salah satu alasan siswa malas belajar biologi. Apalagi untuk materi-materi yang banyak istilah asing dan sulit dibayangkan siswa karena tidak ada contoh konkretnya.
Sebagai contoh adalah materi kelas XI IPA tentang sel. Berdasarkan pengalaman siswa kelas XII IPA yang baru saja mengikuti UNAS Biologi, sebagian besar siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal tentang struktur sel dan fungsi dari organel-organel sel. Apalagi jika soal tersebut disajikan dalam bentuk gambar. Pengalaman serupa juga ditemukan guru saat melatihkan soal-soal untuk persiapan try-out dan UNAS. Banyak siswa yang tidak dapat menjawab soal-soal gambar sel. Contohnya mereka bingung membedakan antara struktur dinding sel dan membrane sel. Mereka cenderung menyamakan antara dinding sel dan membran sel. Demikian juga untuk fungsi organel sel seringkali siswa salah dalam menjawabnya. Jika ditanya mengapa mereka salah menjawab, jawabannya pasti seragam : ” Sudah lupa, Bu...”
Berdasarkan fakta diatas, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman belajar siswa pada materi tersebut masih kurang. Menurut pengalaman, siswa akan mudah menyerap dan memahami materi jika siswa melihat secara langsung dengan obyek yang dipelajarinya. Sebenarnya untuk pembelajaran tentang sel, selama ini guru sudah berusaha melakukan pendekatannya langsung dengan obyek yang dipelajari, yaitu dengan praktek mengamati sel bawang merah dengan mikroskop. Akan tetapi hal ini belum cukup, karena pengamatan dengan mikroskop cahaya biasa hanya mampu memberi informasi mengenai bentuk sel, bukan struktur dan organel-organel sel didalamnya. Untuk dapat memperoleh informasi gambar sel dan organel-organel didalamnya secara lengkap dapat menggunakan mikroskop elektron. Padahal mikroskop ini mahal dan tidak semua sekolah mampu menyediakannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebagai guru kita dituntut untuk mampu mengatasi hal tersebut. Salah satu contoh upaya yang dapat dilakukan adalah berinovasi menciptakan suatu model sel lengkap dengan organel-organelnya dari bahan yang murah, mudah dibuat siswa sendiri dan bermanfaat dalam membantu siswa memahami sel dan fungsi organel didalamnya. Selanjutnya, model sel yang sudah jadi, digunakan sebagai media diskusi oleh siswa.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru bersama siswa adalah membuat model organel sel dengan bahan clay / plastisin. Selanjutnya setiap siswa presentasi secara berkelompok dengan media sel dari clay yang sudah dibuatnya.
Clay adalah ketrampilan membuat bentuk-bentuk miniatur suatu model dengan menggunakan bahan dasar tepung kue dan lem, sisa roti tawar dan lem, atau sisa sabun yang tak terpakai dengan lem. Bahan clay ini relatif murah dan mudah didapat. Apalagi jika yang dipilih adalah bahan dasar dari sisa-sisa barang yang tak terpakai yaitu roti tawar dan sabun. Tentunya ini akan membantu siswa belajar mendaur ulang sampah. Dewasa ini clay / plastisin menjadi sesuatu tren dikalangan anak muda yang hobby membuat ketrampilan tangan, dan menjadikannya sebagai ladang usaha karena dapat menghasilkan uang jika karya tersebut dijual. Biasanya bentuk-bentuk yang dibuat oleh para pecinta clay adalah miniatur hewan, manusia, boneka, dan tumbuhan yang mungil dan lucu-lucu. Dengan mengadaptasi ketrampilan seni clay tersebut muncullah ide untuk membuat model sel tumbuhan dan hewan yang bermanfaat untuk memudahkan proses kegiatan belajar mengajar struktur sel di kelas XI IPA.
Saat pembuatan media organel sel, siswa belajar juga tentang struktur dan fungsinya. Selanjutnya didalam kelas setiap siswa menukarkan informasi organel sel yang dibuatnya pada siswa yang lain secara berpasangan. Demikan seterusnya sehingga setiap siswa akan memperoleh informasi lengkap tentang sel, organel dan fungsinya.
Dengan demikian diharapkan siswa lebih mudah memahami tentang sel karena berinteraksi langsung dengan contoh obyek yang dipelajarinya, dan pengalaman belajar ini dapat bertahan lebih lama pada siswa. Disamping itu, dengan metode tukar informasi secara berpasangan, membuat suasana belajar tidak membosankan dan siswa dapat belajar lebih efektif. Menurut, Susilowarno : 2007, kelebihan penerapan inovasi pembelajaran seperti ini adalah memberi kesempatan siswa untuk bertanya,berdiskusi, menyelidiki,bereksperimen dalam suasana yang aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan. Media pembelajaran yang digunakan dapat memberikan pengalaman konkret, memotivasi siswa belajar, serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Penerapan metode ini akan dinilai berhasil apabila dihasilkan siswa –siswa yang terlibat berpikir aktif dalam setiap kegiatan kelas, berani mengajukan pertanyaan dan jawabannya, maupun mengajukan gagasan dan pendapat, mampu dan berani menilai hasil/ membuktikan sesuatu, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah meningkatkan pemahaman siswa pada materi Struktur Sel ?
1.3 Tujuan
Meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA tentang materi Struktur Sel
1.4 Manfaat
1. Bagi Siswa :
a. Memberi motivasi dalam mengubah pandangan , perilaku siswa dalam belajar biologi
b. Memberi kesempatan berpikir logis, kritis, dan kreatif belajar materi Sel melalui pembelajaran tukar informasi berpasangan dengan media model sel dari clay
2. Bagi Guru :
Melalui PTK ini guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran untuk membantu siswa dalam menguasai materi Sel.
Mendorong guru untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran inovatif yang murah, mudah dan bermanfaat bagi siswa, agar KBM berhasil.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang karakter siswa.
3.Bagi sekolah :
a. Tercipta suasana belajar yang kondusif
b. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah
c. Membantu meningkatkan mutu pembelajarn di sekolah khususnya pelajaran Biologi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Metode Pembelajaran Cooperatif Learning
2.1.1 Pengertian Cooperative learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Slavin (1995) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Anita Lie (2000) menyebutkan Cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong –royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Cooperative laerning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk menatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model pembelajarn ini terbukti dapt dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan usia.
Djahiri K (2004) menyebutkan Cooperatif learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang sentris, humanistik dan demokratisyang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
2.1.2 Tujuan Cooperative
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik Cooperative learning sebagaiman dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargan kelompok,pertanggungjawaban individu, dan kesempatan sama untuk berhasil.
Sthal(1994) mengatakan bahwa melalui metode Cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial.
Selanjutnya Zaltman et.al (1972) mengemukakan pula siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompokakan menimbulkan persahabatan yang akrab yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.Kerja sama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar menurut Harmin (dalam Santos, 1983) dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak mendapat kesempatan berbicara, inisiatif,menentukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.
Pada dasarnya model Coperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et.al (2000), yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan ketrampilan sosial.
2.1.3 Teori Cooperative Learning
Terdapat berbagai teori dalam kita mempelajari Cooperatif Learning. Tiga diantaranya sebagai berikut :
A. Teori Ausubel.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel 91996) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan suatu informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
B. Teori Piaget
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal, tetapi harus dikontruksi dan direkontruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta haruslah bersifat aktif. Cooperative learning adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif.
Pada masa ini siswa telah menyesuaikan diri dengan realita konkrit dan harus berpengetahuan. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan masalah atau latihan meneliti dan menemukan (Semiawan,1990).
C. Teori Vygotsky
Vygotsky (1997) mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya 2 pengertian yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dan pengalaman siswa sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran disekolah. Selanjutnya Suparno (1997), mengatakan kedua konsep itu saling berhubungan terus-menerus. Apa yang di pelajari siswa di sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya.
Ide penting yang ditunjukkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan mengurangi masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri.
2.1.4 Model Cooperative
Dalam Cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange dan Group Resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut, model yang paling banyak dikembangkan adalah model Student Team Achievement Division (STAD) dan Jigsaw.
1. Student Team Achievement Division (STAD)
Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya kativitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, tipe STAD melalui 5 tahap, yaitu tahap penyajian materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes individual, tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok (Slavin,1995).
Tahap penyajian materi adalah tahap guru untuk menyampaikan indikator yang harus dicapai pada hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa pada materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pada tahap kerja kelompok, siswa diberi lembar kerja tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Disini guru berperan sebagai fasilisator dan motivator kegiatan kelompok.
Tahap tes individu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai pada ateri yang telah dibahas.
Pada tahap penghitungan skor, dihitung berdasarkan skor awal, didalam penelitian ini didasarkan pada nilai semester 1.
2. Jigsaw
Pembelajaran koopertif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Tahap pertama siswa membentuk kelompok-kelompok kecil. Sebelum bahan pembelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam pembelajaran hari itu. Guru dapat menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang diketahui siswa mengenai topik itu. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap mengahadapi bahan pembelajaran yang baru.
Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompokkelompok./maksimal 5 orang. Guru membagikan bahan materi yang berbeda dan dipelajari oleh setiap kelompok. Kemudian siswa disuruh untuk memahami bahan yang diberikan guru. Setelah itu masing-masing kelompok akan mengkomunikasikan dengan kelompok yang ada di kelas.
Pada akhir pelajaran guru memberikan ulasan dari beberapa penjelasan siswa yang dirasa belum cukup.
3. Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4 -5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Siswa bebas memilih sub topik yang akan dipelajari, lalu guru dan siswa merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik yang dipilih. Kemudian siswa belajar dengaberbagai sumber balajar. Setelah itu mereka membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka didepan kelas.
4. Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga tiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya dikiri dan kanan, berikan pada setiap trio pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomer untuk setiap nomer untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya no 0,1,dan 2. Kemudian perintahkan nomer satu berpindah searah jarum jam dan nomer dua sebaliknya, berlawanan jarum jam, sedangkan nomer 0 tetap ditempat. Ini dapat mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
5. Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3- 6 orang siswa. Berikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat/kemampuannya di kelas. Biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang didalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan, akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, ketrampilan,hoby, bakat dan lain-lain. Selanjutnya mereka membuat kesimpulan.
2.1.5. Relevansi Coperative Learning Terhadap Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Relevansi Coperative Learning Terhadap Tujuan Penelitian Tindakan Kelas dapat menjadikan salah satu jawaban dari permasalahan-permasalahan yang timbul di kelas. Penelitian kelas telah memberikan kontribusi berupa deskripsi pelaksanaan tindakan nyata proses belajar mengajar yang telah menolong furu dalam memahami pekerjaannya. Keunggulan dan kelemahan yang timbul dalam Cooperative learning diharapkan dapat dijadikan masukan yang berharga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2.1.6. Langkah-langkah Implementasi Model Cooperative Learning
Stahl (1994) dan Slavin (1993) mengemukakan langkah-langkah Cooperative learning secara umum yang dijelaskan secara operasional sebagai berikut :
1. Merancang rencana program pembelajaran
Langkah ini guru mempertimbangkan dan menerapkan target pembelajaran yang inin dicapai dalam pembelajaran. Disamping itu guru juga menetapkan sikap dan ketrampilan-ketrampilan social yang diharapkan, dikembangkan, dan diperhatikan siswa selama berlangsungnya pembelajaran.
2. Merancang lembar observasi.
Hal ini dimaksudkan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam konteks kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi, dengan tujuan siswa mempunai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat guru selesai menyajikan materi, maka langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah dibelajarkan.
3. Pembimbingan siswa.
Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secra individu maupun secara kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenal sikap dan perilaku siswa selam kegiatan belajar.
4. Presentasi Hasil kerja siswa
Pada saat diskusi di kelas, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi/ hasil kerja yang telah dipelajarinya. Pada saat presentasi siswa diajak guru untuk refleksi diri tentang pembelajaran yang sudah berlangsung, sehingga dapat memperbaiki kelemahannya.
2.2 Metode Quantum Teaching
Quantum teching dengan jalan memberikan soal cerita pendek dan diperdengarkan musik instrumentalia dengan volume yang sayup-sayup ketika siswa sedang membaca cerita pendek yang diberikan, dengan cara sebagai berikut :
· bagikan 2 -3 cerita pendek kepada masing-masing siswa
· Siswa diminta untuk membaca cerpen dengan waktu yang secukupnya
· Setelah selesai siswa diminta untuk memberikan komentar/refleksi. Jika dirasa tidak cukup waktunya maka siswa bisa diminta untuk menuliskan di kertas.
· Pengembangan lain , siswa dapat diminta untuk menuliskan pengalaman pribadinya yang hampir mirip dengan cerpen yang dibaca. Kemudian siswa diminta menuliskan apakah hikmah yang dipetik dari pengalamannya tersebut.
2.3 Mengajar dengan tema yang sama
Dalam metode ini guru mengidentifikasi pokok bahasan yang hampir mirip antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, misalnya tentang polusi air. Kemudian diskusikan dengan beberapa guru bidang studi lain.
Masing-masing guru akan mengajarkan pokok bahasan yang sama yakni polusi air dari sudut pandang mata pelajaran tertentu.
Misalnya mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahas Inggris akan membuat karangan tentang Polusi air, mata pelajaran biologi akan membahas dampak adanya polusi, mata pelajaran kimia menganalisis air yang terpolusi itu mengandung apa saja.
2.4 Mengajar dengan pendekatan Pairs Study
Pada metode ini siswa diberikan tanggung jawab untuk berpikir, bereksperimen, melakukan infestigasi dan belajar dengan caranya sendiri tentang sebuah subyek atau pokok bahasan tertentu. Guru sebagai fasilisator bagi siswa yang menyediakan dan menginformasikan sumber-sumber belajar yang dapat digunakan. Dengan pendekatan Pairs study dalam kelas dibagi secara berpasang-pasangan.
Dalam satu kelas siswa dibagi secara berpasangan 2 orang. Pembagian didasarkan pada karakter siswa. Misalnya siswa yang sebenarnya pandai namun tidak rajin bisa dipasangkan dengan siswa yang cukup rajin meskipun kemampuan intelektualnya tidak sebagus yang pertama. Ini menciptakan keseimbangan diantara mereka.
Dalam belajar berpasangan siswa diminta melakukan secara berpasangan baik itu dalam rangka berpikir kritis, merencanakan sesuatu, berdiskusi, mengerjakan proyek membuat laporan, bahkan saat evaluasi. Diharapkan dengan teknik ini siswabisa belajar lebih cepat dengan kerjasama dan lebih terlibat secara aktif dalam diskusi dan tugas-tugas sekolah
Penataan ini dapat diatur begitu kelas mulai siswa bisa langsung duduk dengan pasangannya. Usahakan pasangannya bukan teman sebangku .
Selanjutnya untuk pengembangan bisa diberikan tugas atau diskusi bersama antar pasangan dalam kelas. Ini bisa berguna untuk melatih team work. Proyek sekolah yang melibatkan seluruh siswa kelas dapat diterapkan juga pada metode ini. Meskipun memerlukan partisipasi seluruh kelas, tapi tiap pasangan dimungkinkan untuk memberikan idepada masalah yang sedang dipelajari
2.5 Mengajar dengan Refleksi diri
Dalam metode ini kelas dibagi menjadi kelompok kecil untuk meneliti suatu kutipan. Tiap kelompok kutipan yang diteliti berbeda. Dari sini setiap kelompok akan membuat daftar pedoman yang akan digunakan untuk menentukan tujuan kelas tersebut belajar.Dari setiap kelompok akan dipilih satu pedoman kutipan yang akan digunakan. Contoh kutipan : Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Bung Karno)
Sementara masih dalam kelompok siswa menyampaikan ide dan mendiskusikannyakemampuan yang diperlukan untuk mengikuti pedoman tersebut dan hasilnya dipasang di kelas.
Bahan yang dibutuhkan papan poster, marker, papan tulis, OHP dan transparansi kosong
Tutup dengan melanjutkan diskusi ”Bagaimana saya sampai disini .” Perjelas tugas menulis sebab akibat untuk mendapatkan pemahaman mengenai kejadian masa lalu yang mempengaruhi hidup mereka.
BAB 3 PELAKSANAAN
A. Lokasi dan Waktu
PTK dilaksanakan di SMA YPPI II Surabaya, dikelas dan diluar kelas. Waktu pelaksanaan 4 , 7 11 dan 14 Agustus 2008.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA YPPI II kelas XI IPA tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa adalah 21 orang terdiri dari 5 siswa putra dan 16 siswa putri.
C. Prosedur
SIKLUS I
Refleksi Awal
Kelemahan siswa SMA YPPI II kelas XI IPA dalam belajar Biologi bab Struktur Sel menurut pengalaman tahun- tahun sebelumnya adalah kurangnya kemampuan menghafal siswa pada istilah dan materi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak berhadapan langsung dengan obyek yang sedang dipelajarinya.Oleh karena itu setelah diidentifikasi alternatif tindakan yang diangap tepat adalah praktek membuat model organel sel tersebut dan diskusi secara berpasangan.
Perencanaan
a. Indikator : Nilai ketuntasan klasikal belajar siswa kelas XI IPA pada pokok bahasan Struktur Sel mencapai 70 %.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 1
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan
Tujuan : Siswa dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi organel-organel sel
I. Indikator
· Menyebutkan nama-nama organel sel
· Menjelaskan fungsi organel-organel sel
· Menjelaskan ciri-ciri organel sel
II. Materi Ajar
Organel-organel sel dan fungsinya
III. Metode Pembelajaran
Praktek dan Diskusi berpasangan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (2 jam pelajaran)
A. Kegiatan awal (5 menit)
· Guru bertanya tentang bagian terkecil penyusun tubuh makhluk hidup. Dari jawaban siswa guru bertanya tentang struktur penyusun sel itu apa saja. Dari jawaban siswa guru siap masuk ke materi organel sel.
B. Kegiatan inti (75 menit)
· Guru menjelaskan tujuan pelajaran hari ini, yaitu mengenal struktur sel.
· Guru menjelaskan metode yang dipakai adalah praktek membuat model organel sel dari bahan clay.
· Guru menjelaskan secara umum cara membuat adonan clay untuk dibentuk macam-macam organel sel.
· Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok diberi tugas membuat 2 macam organel sel yang berbeda, misalnya mitokondria dan ribosom. Dan setiap siswa dalam kelompok tersebut diakhir praktek menghasilkan 2 model organel sel yang ditugaskan dalam kelompok tersebut.
· Siswa membuat model organel sel di luar kelas dengan bimbingan guru.
· Setelah selesai membuat model. Siswa mempelajari ciri-ciri organel sel yang dibuatnya dengan membaca buku
· Siswa kembali ke kelas, dan duduk berpasangan dengan siswa yang berasal dari kelompok lain dan melakukan diskusi berpasangan tentang 2 ciri organel yang dibuatnya dengan menggunakan media model sel yang dibuatnya..
C. Kegiatan akhir (10 menit)
· Siswa bersama guru menyimpulkan struktur dan fungsi organel sel.
V. Alat/Bahan/Sumber
· Buku Kerja Biologi 2A, Ign. Khristiyono, Esis
· Buku Biologi XI, Dyah Aryulina, Esis, Bab 1
VI. Penilaian
· Keaktifan siswa dan karya siswa berupa model sel dari clay
a. Instrumen keaktifan siswa ( Diisi oleh mitra)
No
Nama Siswa
Keaktifan dalam proses pembuatan media
Keaktifan siswa dalam
proses diskusi
1
Adi S
2
Anastasia
3
Bobby
4
Edwin
5
Naomi
6
Siska
7
Sherly N
8
Tiara
9
Widya
10
Angelina
11
Claudia
12
Fanny
13
Gunawan
14
Herlina
15
Irene
16
Erika
17
Rahmat
18
Sunaryo
19
Velda
20
Ratih
21
Yessica
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 1
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan
Tujuan : Siswa dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi organel-organel sel
I. Indikator
· Menyebutkan nama-nama organel sel
· Menjelaskan fungsi organel-organel sel
· Menjelaskan ciri-ciri organel sel
II. Materi Ajar
Organel-organel sel dan fungsinya
III. Metode Pembelajaran
Diskusi berpasangan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 2 (2 jam pelajaran)
A. Kegiatan awal (5 menit)
Guru bertanya secara acak pada siswa tentang ciri organel sel yang dibuatnya pada pertemuan 1. Dari jawaban siswa guru masuk pada materi selanjutnya
B. Kegiatan inti (75 menit)
· Guru menjelaskan tujuan pelajaran hari ini, yaitu mengenal organel sel yang lain.
· Guru menginstruksikan pada siswa untuk duduk berpasangan dengan siswa lain yang belum pernah menjadi pasangannya pada pertemuan yang lalu.
· Kegiatan ini berlangsung terus-menerus sehingga setiap siswa berganti-ganti pasangan untuk mendapatkan informasi tentang organel sel yang belum diketahuinya.
· Diakhir kegiatan setiap siswa mendapatkan minimal 2 informasi organel sel yang baru.
C. Kegiatan akhir (10 menit)
· Guru mengadakan kuis untuk menguji pemahaman siswa tentang organel sel yang dibuatnya, dan organel sel lain hasil diskusi berpasangan.
V. Alat/Bahan/Sumber
· Buku Kerja Biologi 2A, Ign. Khristiyono, Esis
· Buku Biologi XI, Dyah Aryulina, Esis, Bab 1
VI. Penilaian
· Kuis ( datanya hanya untuk acuan guru melihat perkembangan pemahaman siswa setelah beberapa pertemuan, nilai tidak dipakai sebagai indikator keberhasilan PTK)
Instrumen penilaian kuis siswa
NO
Nama Siswa
Gambar organel
(skor = 20)
Uraian materi
(skor = 60)
Jumlah organel yang dijelaskan minimal 3 macam
(skor=10)
Nilai
1
Adi S
2
Anastasia
3
Bobby
5
Edwin
6
Naomi
7
Siska
8
Sherly N
9
Tiara
10
Widya
11
Angelina
12
Claudia
13
Fanny
14
Gunawan
15
Herlina
16
Irene
17
Mariana
18
Rahmat
19
Sunaryo
20
Velda
21
Ratih
22
Yessica
Refleksi Siklus I
Setelah dilakukan aksi dikelas, beberapa hal yang dicatat oleh adalah:
1. Siswa kurang disiplin waktu sehingga waktu yang tersedia lebih banyak terpakai untuk membuat model sel daripada untuk diskusi. Upaya untuk memperbaiki pada siklus II adalah tidak membuat model lagi, tetapi langsung memakai model yang sudah jadi.
2. Suasana kelas agak ribut ketika siswa mencari pasangan. Keributan dipicu karena siswa saling berebut pasangan. Upaya yang dilakukan dalam siklus II adalah membuat jadwal tukar pasangan di karton dan dipasang dipapan tulis.
3. Setting kelas/tempat duduk masih menyulitkan siswa bergerak. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengatur tempat duduk yang memudahkan siswa bergerak pindah.
SIKLUS II
Perencanaan
a. Indikator : Nilai ketuntasan klasikal belajar siswa kelas XI IPA pada pokok bahasan Struktur Sel mencapai 70 %.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 1
Pertemuan : 3
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan
Tujuan : Siswa dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi organel-organel sel
I. Indikator
· Menyebutkan nama-nama organel sel
· Menjelaskan fungsi organel-organel sel
· Menjelaskan ciri-ciri organel sel
II. Materi Ajar
Organel-organel sel dan fungsinya
III. Metode Pembelajaran
Diskusi berpasangan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 3 (2 jam pelajaran)
A. Kegiatan awal (5 menit)
Guru bertanya secara acak pada siswa tentang ciri organel sel yang dibuatnya pada pertemuan 2. Dari jawaban siswa guru masuk pada materi selanjutnya .
B. Kegiatan inti (75 menit)
· Guru menjelaskan tujuan pelajaran hari ini, yaitu mengenal organel sel yang lain.
· Guru menginstruksikan pada siswa untuk duduk berpasangan dengan siswa lain sesuai dengan jadwal yang sudah ada di karton.
· Kegiatan ini berlangsung terus-menerus sehingga setiap siswa berganti-ganti pasangan untuk mendapatkan informasi tentang organel sel yang belum diketahuinya.
· Diakhir kegiatan inti, guru meminta siswa kembali pada kelompok asalnya dan memberi tugas siswa untuk mempersiapkan diri presentasi per kelompok di depan kelas.
A. Kegiatan akhir (10 menit)
· Guru mengadakan kuis untuk menguji pemahaman siswa tentang organel sel yang dibuatnya, dan organel sel lain hasil diskusi berpasangan.
V. Alat/Bahan/Sumber
· Buku Kerja Biologi 2A, Ign. Khristiyono, Esis
· Buku Biologi XI, Dyah Aryulina, Esis, Bab 1
VI. Penilaian
Nilai Presentasi per kelompok (datanya hanya untuk acuan guru melihat perkembangan pemahaman siswa setelah beberapa pertemuan, nilai tidak dipakai sebagai indikator keberhasilan PTK)
Instrumen Penilaian Kuis
Kelompok
Kedalaman materi yang disampaikan
(skor = 20)
Kejelasan materi yang disampaikan
(skor = 60)
Ketepatan waktu
(skor=10)
Total nilai
I
II
III
IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 1
Pertemuan : 4
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.2 Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan
Tujuan : Siswa dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi organel-organel sel
I. Indikator
· Menyebutkan nama-nama organel sel
· Menjelaskan fungsi organel-organel sel
· Menjelaskan ciri-ciri organel sel
II. Materi Ajar
Organel-organel sel dan fungsinya
III. Metode Pembelajaran
Praktek dan Diskusi berpasangan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 4 (2 jam pelajaran)
A. Kegiatan awal (5 menit)
Guru bertanya secara acak pada siswa tentang ciri organel sel yang dibuatnya pada pertemuan 3. Dari jawaban siswa guru masuk pada materi selanjutnya .
B. Kegiatan inti (55 menit)
· Guru menjelaskan tujuan pelajaran hari ini, yaitu mengenal struktur sel.
· Guru menginstruksikan untuk mempersiapkan diri presentasi setiap kelompok ke depan kelas.
· Selama presentasi dan diskusi berlangsung, guru membimbing siswa dengan meluruskan jawaban-jawaban yang masih kurang.
· Guru dan siswa membuat kesimpulan
C. Kegiatan akhir (30 menit)
· Siswa melaksanakan ulangan harian
V. Alat/Bahan/Sumber
· Buku Kerja Biologi 2A, Ign. Khristiyono, Esis
· Buku Biologi XI, Dyah Aryulina, Esis, Bab 1
VI Penilaian
· Ulangan harian
Instrumen Penilaian Ulangan Harian :
No
Nama Siswa
Nilai
1
Adi S
2
Anastasia
3
Bobby
4
Edwin
5
Naomi
6
Siska
7
Sherly N
8
Tiara
9
Widya
10
Angelina
11
Claudia
12
Fanny
13
Gunawan
14
Herlina
15
Irene
16
Erika
17
Rahmat
18
Sunaryo
19
Velda
20
Ratih
21
Yessica
Prosentase ketuntasan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Data nilai keaktifan siswa selama kegiatan
No
Nama Siswa
Keaktifan dalam proses pembuatan media
Keaktifan siswa dalam proses diskusi
1
Adi S
3 ( baik )
2 (sedang )
2
Anastasia
3 ( baik )
2 (sedang )
3
Bobby
2 (sedang )
2 (sedang )
4
Edwin
4 (sangat baik )
3 ( baik )
5
Naomi
3 ( baik )
3 ( baik )
6
Siska
3 ( baik )
3 ( baik )
7
Sherly N
3 ( baik )
3 ( baik )
8
Tiara
3 ( baik )
1 ( kurang )
9
Widya
4 (sangat baik )
3 ( baik )
10
Angelina
4 (sangat baik )
3 ( baik )
11
Claudia
4 (sangat baik )
3 ( baik )
12
Fanny
3 ( baik )
4 (sangat baik )
13
Gunawan
3 ( baik )
3 ( baik )
14
Herlina
4 (sangat baik )
3 ( baik )
15
Irene
3 ( baik )
2 (sedang )
16
Erika
4 (sangat baik )
3 ( baik )
17
Rahmat
4 (sangat baik )
3 ( baik )
18
Sunaryo
4 (sangat baik )
3 ( baik )
19
Velda
4 (sangat baik )
3 ( baik )
20
Ratih
3 ( baik )
2 (sedang )
21
Yessica
3 ( baik )
3 ( baik )
4.1.2 Data nilai kuis siswa
NO
Nama Siswa
Gambar organel
(skor = 20)
Uraian materi
(skor = 60)
Jumlah organel yang dijelaskan minimal 3 macam
(skor=10)
Nilai
1
Adi S
15
45
10
70
2
Anastasia
15
50
10
75
3
Bobby
15
35
10
65
4
Edwin
20
40
10
70
5
Naomi
18
50
10
78
6
Siska
18
50
10
78
7
Sherly N
20
48
10
78
8
Tiara
20
40
10
70
9
Widya
15
40
10
75
10
Angelina
20
40
10
70
11
Claudia
20
40
10
70
12
Fanny
30
55
10
85
13
Gunawan
20
40
10
70
14
Herlina
20
50
10
80
15
Irene
15
55
10
80
16
Erika
20
50
10
80
17
Rahmat
20
48
10
78
18
Sunaryo
20
40
10
70
19
Velda
20
40
10
70
20
Ratih
20
40
10
75
21
Yessica
15
55
10
80
4.1.3 Data nilai kuis per kelompok
Kelompok
Kedalaman materi yang disampaikan
(skor = 20)
Kejelasan materi yang disampaikan
(skor = 60)
Ketepatan waktu
(skor=10)
Total nilai
I
20
50
10
80
II
20
50
8
78
III
15
50
10
75
IV
20
55
10
85
4.1.4 Data Nilai ulangan harian siswa
No
Nama Siswa
Nilai
1
Adi S
90 ( tuntas )
2
Anastasia
85 ( tuntas )
3
Bobby
45 ( tidak tuntas )
4
Edwin
60 ( tidak tuntas )
5
Naomi
100 ( tuntas )
6
Siska
100 ( tuntas )
7
Sherly N
100 ( tuntas )
8
Tiara
80 ( tuntas )
9
Widya
90 ( tuntas )
10
Angelina
90 ( tuntas )
11
Claudia
80 ( tuntas )
12
Fanny
90 ( tuntas )
13
Gunawan
50 ( tidak tuntas )
14
Herlina
90 ( tuntas )
15
Irene
85 ( tuntas )
16
Erika
70 ( tuntas )
17
Rahmat
95 ( tuntas )
18
Sunaryo
35 ( tidak tuntas )
19
Velda
80 ( tuntas )
20
Ratih
95 ( tuntas )
21
Yessica
90 ( tuntas )
Prosentase ketuntasan
80,95 %
4.1.5 Data observasi guru di kelas (diisi mitra)
Keterangan : 1 = kurang 2 = sedang 3 = baik 4 = sangat baik
No
Kegiatan
Hasil
1
Guru memberi arahan materi yang dipelajari pada hari itu
3
2
Situasi kelas aktif dan kondusif
3
3
Guru memonitor/ mengevaluasi kegiatan siswa
3
4
Guru menguasai materi yang dipelajari
4
5
Dalam proses PBM terjadi interaksi guru dan siswa
3
6
Sikap dan penampilan guru dalam mengajar
3
7
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam penyampaian materi
3
8
Guru memberi penilaian di akhir pelajaran
3
4.1.6 Data pengamatan keaktifan siswa saat pembuatan media clay (diisi mitra)
Hari, tanggal : .............
Tempat : .............
Skor : 1 = kurang 2 = sedang 3 = baik 4 = sangat baik
No
Kegiatan
Hasil
1
2
3
4
1
Keaktifan setiap siswa dalam proses pembuatan media dari clay
V
2
Kerja sama antar siswa dalam kelompok
V
3
Keaktifan siswa dalam bertanya / berdiskusi dengan guru
V
4
Tercipta suasana menyenangkan bagi siswa
V
5
Ketepatan siswa dalam menyelesaikan tugas
V
6
Kebersihan dan kerapian lingkungan
V
4.1.7 Data pengamatan terhadap guru saat pembuatan media clay (diisi mitra)
No
Kegiatan
Hasil
1
2
3
4
1
Sikap dan penampilan guru
V
2
Keterlibatan guru dalam memberi informasi cara pembuatan media clay
V
3
Keterlibatan guru dalam memberi informasi tentang materi
V
4
Perhatian guru dalam memantau kegiatan dalam setiap kelompok
V
4.1.8 Data tentang tanggapan siswa pada penerapan metode pembelajaran diskusi informasi dan praktek membuat media model Sel dari bahan clay (diisi siswa)
Keterangan:
STS : Sangat Tidak setuju
TS : Tidak setuju
RR : Ragu-ragu
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
No
Pertanyaan
STS
TS
RR
S
SS
1
Pembelajaran dengan alat peraga / media dapat menumbuhkan ketertarikan untuk mempelajari materi pelajaran
6
28,5%
6
28,5%
9
42,8%
2
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga /media dapat menumbuhkan semangat belajar
3
14,3%
10
47,6%
8
38,1
3
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga /media membuat anda berkonsentrasi dan fokus pada materi pelajaran secara santai dan serius
7
33,3%
5
23,8%
9
42,8%
4
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga /media membuat anda rela untuk aktif terlibat dalam KBM secara penuh dai awal hingga akhir
5
23,8%
12
57,1%
4
19%
5
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga/ media membuat anda mendapatkan pengetahuan dengan mudah
4
19%
8
38,1
8
38,1%
6
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga/media merupakan wahana untuk menggabungkan pengetahuan lama yang sudah di dapat dengan pengetahuan pengetahuan yang baru
8
38,1
7
33,3%
6
28,5%
no
Pertanyaan
STS
TS
RR
S
SS
7
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga/media membebaskan anda dari kebosanan,tekanan,ancaman,dan ketakutan
2
9,5%
1
4,7%
8
38,1%
10
47,6%
8
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga /media membawa anda menemukan sesuatu yang baru dari dalam diri anda mengenai cara memahami materi
5
23,8%
8
38,1%
8
38,1%
9
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga /media membawa anda merasa diteguhkan bahwa untuk menguasai materi pelajaran di butuhkan jerih payah yang kreatif
7
33,3%
8
38,1
6
28,5%
10
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan dapat menumbuhkan ketertarikan untuk mempelajari materi pelajaran
2
9,5%
10
47,6%
7
33,3%
2
9,5%
11
Pembelajaran dengan metode tukar informasi membuat anda mendapatkan pengetahuan dengan mudah
2
9,5%
9
42,8%
6
28,5%
4
19%
12
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan membuat anda berkonsentrasi dan fokus pada materi pelajaran secara santai dan serius
5
7
33,3%
6
28,5%
3
14,3%
13
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan membuat anda menemukan pengalaman baru dalam belajar
3
14,3%
6
28,5%
9
42,8%
3
14,3%
14
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan lebih efektif daripada membaca sendiri dari buku
1
4,7%
5
23,8%
9
42,8%
6
28,5%
15
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan membebaskan anda dari kebosanan
1
4,7%
5
23,8%
6
28,5%
9
42,8%
16
Pembelajaran dengan metode tukar informasi berpasangan dengan media model sel ini membuat suasana belajar di kelas lebih menyenangkan
4
19%
13
4
19%
17
Anda lebih tertarik belajar dengan metode ini, dan menginginkan adanya ide-ide kreatif dalam pembelajaran untuk materi-materi lainnya
2
9,5%
6
28,5%
13
61,9%
4.2 Pembahasan
Hasil dari kegiatan ini cukup baik dan memuaskan. Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diberikan siswa, tanggapan dari rekan/ mitra, dan nilai ulangan harian siswa.
4.2.1 Nilai Ulangan Harian
. Dari hasil nilai ulangan harian terbukti bahwa kegiatan praktek dan diskusi berpasangan mampu menuntaskan kegiatan belajar. Nilai ketuntasan klasikal siswa sebesar 80,95 % melebihi standar indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan di awal penelitian.
4.2.2 Angket instrumen Keaktifan siswa dan tanggapan terhadap penerapan sistem pembelajaran inovatif (pembuatan model dari clay dan diskusi berpasangan)
Dari angket Instrumen keaktifan siswa dan tanggapan terhadap penerapan sistem pembelajaran membuat model sel dari clay diperoleh gambaran sebagai berikut .Perubahan suasana pembelajaran siswa secara umum menjadi baik dan kondusif. Perubahan suasana belajar ini dapat dibuktikan dengan tingginya nilai dari jawaban angket. Berdasarkan jawaban soal dalam angket tentang ketertarikan belajar dan menumbuhkan semangat, ternyata 71,3% menyatakan setuju. Sedangkan model pembelajaran ini sangat setujui dapat meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan dalam belajar dari awal sampai akhir secara serius dalam suasana santai sesuai dengan jawaban soal angket sebesar 66,6% . Dengan membuat model sel dari clay pada model pembelajaran ini, siswa setuju merasa mendapatkan pengetahuan yang mudah diingat dan berkesan secara mendalam karena dengan praktek ini siswa langsung menyusun memori tentang susunan, bentuk dan fungsi dari organel sel yang dibuatnya 76,2%. Sebanyak 85,7% siswa setuju juga jika mereka dapat terhindarkan dari kebosanan, tekanan dan ancaman dalam belajar dengan menemukan sesuatu yang baru dalam mempelajari struktur sel. Dengan pembelajaran model ini siswa menyetujui jika merasa diteguhkan bahwa untuk menguasai materi pelajaran diperlukan upaya/jerih payah. Hal ini dibuktikan dari jawaban angket sebesar 66.6%
Dari metode yang digunakan yaitu diskusi berpasangan, rata-rata siswa menyukai metode ini. Hal ini dapat dilihat dari angket yang diisi siswa. Dari pertanyaan tentang diskusi berpasangan membuat mereka dapat memperoleh pengetahuan dengan mudah dijawab sebesar 47,6%. Metode ini membuat 42,8% mendapatkan pengetahuan dengan mudah. Sebesar 57,1% siswa merasa menemukan pengalaman baru dalam belajar. Metode diskusi berpasangan diyakini oleh 71 % siswa lebih efektif daripada membaca sendiri dan dapat membebaskan siswa dari kebosanan. Sedangkan suasana yang menyenangkan dengan media dan metode seperti ini disetujui oleh 80% siswa. Ide-ide kreatif dan inovatif sangat dinantikan oleh siswa dalam belajar materi-materi yang lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh jawaban angket sebesar 90%.
.
Dari kegiatan ini kita dapat melihat adanya beberapa hasil yang dicapai.
a. Peningkatan penguasaan konsep
Peningkatan penguasaan konsep tentang struktur sel tumbuhan dan hewan dapat dilihat dari hasil nilai test siswa. Peningkatan nilai ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode praktek membuat model sel dari clay, dan dilanjutkan dengan presentasi dapat meningkatkan konsep pada diri siswa tentang struktur sel. Hal ini disebabkan karena siswa membuat sendiri model sel tersebut, sehingga dalam diri siswa terjadi proses merekam obyek yang dipelajarinya. Selama proses membuat model sel, siswa langsung mengingat bagaimana bentuk, susunan, jumlah dan fungsi dari organel sel yang dibuatnya.
Kemudian saat diskusi berpasangan, siswa belajar mentransfer apa yang dibacanya kepada siswa lain. Hal ini menyebabkan siswa semakin paham apa yng dibacanya. Sedangkan siswa pasangannya juga belajar menerima informasi dengan baik dan melatih konsentrasinya. Pemahaman ini semakin dimantapkan ketika presentasi per kelompok dikelas. Jika ini dilakukan oleh beberapa kelompok secara berulang-ulang, maka terjadilah ”Peneguhan Konsep” dalam diri siswa, sehingga siswa benar-benar paham tanpa harus membuka buku lagi.
b. Perubahan Suasana Belajar
Pembelajaran akan berjalan efektif, jika siswa berada dalam keadaan yang menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan menurut Dave Meir dalam buku Menjadi Guru yang Mengajar Secara menyenangkan (2004:17) adalah pembelajaran yang suasana belajarnya dalam keadaan gembira. Suasana pembelajaran yang penuh kegembiraan berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Komponen-komponen pembelajaran yang menyenangkan tersebut di atas ternyata pada praktek pembuatan model sel dari clay ini dialami dan dirasakan selama pembelajaran, sehingga siswa menjadi gembira, yang terbukti dari tingginya nilai jawaban angket . Model pembelajaran praktek membuat model sel dengan bahan clay berlangsung dalam suasana gembira, berarti dapat disimpulkan pembelajaran dengan model ini merupakan pembelajaran yang menyenangkan.
Menurut, Susilowarno : 2007, kelebihan penerapan inovasi pembelajaran seperti ini adalah memberi kesempatan siswa untuk bertanya,berdiskusi, menyelidiki,bereksperimen dalam suasana yang aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan. Media pembelajaran yang digunakan dapat memberikan pengalaman konkret, memotivasi siswa belajar, serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Penerapan metode ini akan dinilai berhasil apabila dihasilkan siswa –siswa yang terlibat berpikir aktif dalam setiap kegiatan kelas, berani mengajukan pertanyaan dan jawabannya, maupun mengajukan gagasan dan pendapat, mampu dan berani menilai hasil/ membuktikan sesuatu, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
BAB V SIMPULAN
A. Simpulan
1. Pemahaman siswa tentang materi Struktur sel dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran praktek membuat model sel dari bahan clay dan diskusi berpasangan.
2. Ketuntasan belajar klasikal yang dicapai siswa kelas XI IPA pada pokok bahasan Struktur Sel sebesar 80,95 % lebih besar dari indikator yang ditentukan pada penelitian ini.
B. Saran
Dengan melihat besarnya manfaat PTK untuk peningkatan hasil belajar siswa, maka guru perlu melakukan PTK. Disamping guru juga dapat melakukan inovasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan membantu peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, S.1988. Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta : Depdikbud
A.M Sardiman, 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Al-Mukhtar,S. 1999. Epistomologi Dasar I : Konseptual Strategi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Forum Pendidikan IKIP Padang No.01 Th.XXIV
Al-Muchtar,S.2004. Pengembangan Berpikir Dalam Pendidikan IPS.Bandung: gelar Pustaka Mandiri
Arends, R. 1989.Learning to Teach. New York: Me Graw Hill Book Company
Arikunto,S.1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aswan & Syaiful.1996. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta
Badeni.2001.” Masalah dan Solusi Pembelajaran IPS dengan Pendekatan Cooperatif Learning”, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial (JPS), No.18
LAMPIRAN
1. Perangkat pembelajaran
2. Instrumen
3. Personalia
4. Curricum vitae
5. Lembar kuis siswa
6. Lembar Ulangan harian siswa
7. Lembar angket siswa
KATA PENGANTAR
Dalam rangka meningkatkan kompetensi pembelajaran guru di kelas, perlu kiranya sebagai guru untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas ini berjudul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas XI IPA Tentang Materi Struktur Sel Melalui Praktek Pembuatan Model Sel Dari Bahan clay Dan Tukar Informasi Berpasangan Di SMA YPPI- II Tahun Pembelajaran 2008 – 2009”
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, pada pihak-pihak yang mendukung Penelitian Tindakan Kelas ini :
1. Dra. Jenny Gunawan sebagai Kepala SMA YPPI-II
2. Drs. Mudji Slamet sebagai guru mitra
3. Bapak/ibu guru yang mendukung kegiatan ini
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
Semoga hasil Penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi saya sebagai peneliti, sekolah tempat saya mengabdi, dan dunia pendidikan dan para pembaca semua.
Saya mengharapkan adanya saran untuk penyusunan Penelitian Tindakan Kelas selanjutnya. Terima Kasih.
Surabaya, September 2008
Hormat kami,
Yuniwati, S.Pd
ABSTRAK
Didalam pelajaran Biologi, salah satu kendala siswa kurang memahami suatu konsep adalah siswa tidak berhadapan langsung dengan obyek yang dipelajarinya. Sehingga siswa cenderung lupa dengan materi yang sudah dipelajarinya. Salah satu contohnya adalah pada pokok bahasan Struktur Sel. Selama ini siswa praktek tentang bentuk sel saja, tetapi struktur sel didalamnya tidak pernah disentuh, karena terbatasnya sarana. Padahal didalam soal-soal UNAS sering dijumpai soal-soal Sel dalam bentuk gambar yang hampir selalu salah dijawab siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya peneguhan konsep saat Kegiatan Belajar Mengajar melalui inovasi pembelajaran praktek pembuatan model sel dari bahan clay dan diskusi berpasangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA tentang materi Struktur Sel, baik mengenai ciri-ciri, bentuk dan fungsi dari organel sel. Sedangkan tingkat keberhasilan /indikator penelitian ini adalah nilai ketuntasan klasikal belajar siswa kelas XI IPA pada pokok bahasan Struktur Sel mencapai 70 %.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 dan 7 Agustus 2008 untuk siklus I . sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 dan 14 Agustus 2008. Tempat penelitian ini adalah di SMA YPPI II dengan sampel 21 siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2008-2009.
Berdasarkan nilai yang dicapai siswa dengan pembanding indikator ketercapaian yang telah ditetapkan, maka disimpulkan penelitian ini berhasil. Nilai ketuntasan klasikal belajar siswa adalah 80,95%. Sedangkan berdasarkan analisis deskriptif tentang pembuatan model sel dari clay , diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) 71,3 % siswa tertarik belajar dan termotivasi belajar, (2) 66,6% siswa setuju model pembelajaran ini meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan dalam belajar dari awal sampai akhir secara serius dalam suasana santai sesuai, (3) 76,2 % siswa setuju mendapat pengetahuan yang mudah diingat dan berkesan secara mendalam, (4) Sebanyak 85,7% siswa setuju mereka dapat terhindarkan dari kebosanan, tekanan dan ancaman dalam belajar dengan menemukan sesuatu yang baru dalam mempelajari struktur sel, (5) dengan pembelajaran model ini siswa menyetujui jika merasa diteguhkan bahwa untuk menguasai materi pelajaran diperlukan upaya/jerih payah. Hal ini dibuktikan dari jawaban angket sebesar 66.6%
Dari metode yang digunakan yaitu diskusi berpasangan, rata-rata siswa menyukai metode ini. Dari pertanyaan tentang diskusi berpasangan membuat mereka dapat memperoleh pengetahuan dengan mudah dijawab sebesar 47,6%. Metode ini membuat 42,8% mendapatkan pengetahuan dengan mudah. Sebesar 57,1% siswa merasa menemukan pengalaman baru dalam belajar. Metode diskusi berpasangan diyakini oleh 71 % siswa lebih efektif daripada membaca sendiri dan dapat membebaskan siswa dari kebosanan. Sedangkan suasana yang menyenangkan dengan media dan metode seperti ini disetujui oleh 80% siswa. Ide-ide kreatif dan inovatif sangat dinantikan oleh siswa dalam belajar materi-materi yang lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh jawaban angket sebesar 90%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar